Anda di halaman 1dari 23

Mikosis Endemik

Blastomikosis
Blastomikosis
• Disebabkan oleh Blastomyces dermatitidis yang
merupakan jamur yang tumbuh pada suhu tubuh.
• Blastomyces dapat ditemukan di tanah lembab dan
hangat, bentuk conidia dapat diinhalasi oleh
manusia.
Patogenesis
• Blastomyces dapat tumbuh baik di host
immunokompeten maupun imunokompromais.
• Biasanya 50% kasus bersifat asimptomatik.
• Setelah dihirup conidia akan di fagosit oleh
makrofag dan neutrofil. Sebagian conidia yang tidak
terfagosit akan tumbuh menjadi ragi (yeast)
patogen di paru yang kemudian akan menyebar.
Gejala Klinis
• Pada anak gejala biasa akan muncul bersamaan
dengan penyakit yang lama. Gejala yang muncul
dapat berupa demam, batuk, myalgia, dan nyeri
dada.
• 38-50% kasus dapat menimbulkan manifestasi di
kulit berupa pustul, nodul, dan lesi ulseratif.
• Apabila sudah terjadi secara kronik maka dapat
timbul batuk, hemoptisis, dan penurunan berat
badan.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan apusan sputum, urine atau spesimen
jaringan dapat ditemukan sel berdinding teba dan
bertunas dari ragi jamur Blastomyces.
• Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan
gambaran lesi modular, konsolidasi lobar, yang
dapat muncul dengan atau tanpa adanya kavitasi.
Diagnosis Banding
• Blastomyces dapat di diagnosis banding dengan
pneumonia bakteri akan, TB, dan neoplasma
maligna.
Tata Laksana
• Pada kasus ringan-sedang dapat diberikan
itraconazole secara oral selama 6-12 bulan.
• Pada kasus sedang-berat diberikan amphotericin B
lipid maupun Deo ycholate selama 1-2 minggu
hingga perbaikan. Kemudian dilanjutkan pemberian
itraconazole oral selama 6-12 bulan.
Prognosis
• Pada orang dewasa kasus mortalitas terjadi sekitar
4-6%.
Mikosis Invasif
Candidiasis
Aspergillus
PCP
Candidiasis
• Candida spp. adalah ragi yang berkembang biak dengan
tunas. Candida spp. umumnya berkoloni pada saluran
gastrointestinal, mukosa genital, dan kulit.
• Infeksi invasif karena infeksi dari spesies Candida dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada sebagian
populasi anak-anak.
• Candida spp. adalah penyebab ketiga paling sering dari
infeksi nosokomial pada anak dengan faktor risiko
antara lain penggunaan antibiotik spektrum luas.
Penggunaan alat invasif seperti CVC, transplantasi
organ, pasien dengan regimen kemoterapi
immunosupresif, dan bayi dengan BBLR.
Patogenesis
• Patogenesis dari infeksi Candida spp. biasanya dari
Candida albicans yang memiliki beberapa faktor
virulensi seperti; adhesi ke mukosa sel host,
pergantian bentuk antara ragi dan bentuk hifa dan
kemampuan untuk membentuk biofilm.
Pembentukan biofilm berpengaruh pada infeksi
karena pemasangan alat seperti CVC dan alat bantu
cardiovascular.
Gejala Klinis
• Terdapat tiga pola gejala yang terjadi pada candidiasis
pulmoner yaitu:
• Pneumonia primer karena adanya kolonisasi pada
trakeobronkial dan aspirasi.
• Pneumonia sekunder pada candidemia dengan penyakit lain
yang menyebar.
• Pneumonia candidal primer yang termasuk jarang dan
kemungkinan terjadi pada pasien yang neutropeni dan bayi
dengan BBLR.
• Pada semua kasus ini gejala klinis muncul tidak spesifik
dengan demam, batuk, dan gejala yang paling sering adalah
gejala seperti sepsis.
Pemeriksaan Penunjang
• Pada pasien dengan penyakit yang menyebar luas,
keterkaitan paru bilateral biasanya tipikal dan pada
pemeriksaan mikroskopik paru ditemukan adanya
pseudohifa pada kapiler paru.
• Gambaran pada foto thorax menunjukkan ada
konsolidasi yang tidak sempurna, dengan sebagian
besar area konsolidasi terbatas pada penyakit berat.
• Pada CT scan muncul lesi nodular dengan nekrosis
sentral. Jarang ditemukan kavitasi dan efusi pleura.
Pemeriksaan Penunjang
• Gold standard untuk diagnosis adalah kultur
candida dari sampel steril (darah atau CSF).
Pertumbuhan biasanya dapat terlihat setelah masa
inkubasi 2-3 hari.
Tata Laksana
• Pendekatan pada terapi dari candidiasis invasif
bergantung pada berbagai macam faktor, termasuk
sistem imun pada host, fokal infeksi, jenis Candida
spp, dan usia pasien.
• Terapi antifungal multipel menjadi bagian dari
terapi candidiasis invasif. Terapi yang digunakan
termasuk antifungal polyenes (amphotericin B),
azoles, echinocandins, dan flucytosine.
Amphotericin B efektif terhadap spesies candida.
Profilaksis
• Profilaksis fluconazole di rekomendasikan pada
anak dengan BBLSR yang dirawat di NICU dengan
candidiasis invasif yang sedang. Profilaksis
fluconazole juga digunakan pada pasien dengan
HIV.
Aspergillosis
Epidemiologi
• Aspergillosis dapat berkaitan dengan invasi paru,
alergi, atau penyebaran ekstra paru.
• Spesies apergillus menjadi salah satu penyebab
mematikan bagi anak dengan imunokompromais.
Pada orang dengan sistem imun baik, aspergillus
invasif jarang terbentuk.
• Renovasi RS dapat dikaitkan dengam infeksi
nosokomial pada pasien dengan
imunokompromais.
Etiologi
• Spesies dalam genus Aspergillus ditemukan
dimana-mana, termasuk ditemukan di tanah, air,
dan udara. Penggolongan genus Aspergillus
termasuk rumit, karena ada lebih dari 200 spesies
berbeda.
• Beberapa spesies hanya dapat dibedakan dengan
pemeriksaan molekuler.
• Aspergillus fumigatus adalah kompleks spesies yang
menyebabkan sebagian besar penyakit invasif pada
manusia, dan sebagian besar dari apa yang
diketahui
Patogenesis
• Barrier anatomi memainkan peran penting dalam
pertahanan host terhadap inhalasi conidia Aspergillus.
• Saluran pernafasan yang utuh mukosa, lendir bronkus,
surfaktan, dan epitel pernapasan yang bersilia
menghambat inhalasi konidia dan mencegah
pertumbuhan.
• Makrofag alveolar bertanggung jawab untuk
menghancurkan konidia. Rekrutmen Neutrofil dan
aktivasi imunitas seluler juga memainkan peran kunci
dalam mengontrol hifa invasif. Begitu conidia
Aspergillus berkecambah dan menjadi bentuk hifa
invasif, akan terlihat invasi vascular.
Gejala Klinis
• Aspergillus invasif dapat dikelompokkan menjadi
empat gejala klinis utama: Aspergillosis paru,
tracheobronchitis, rinosinusitis, dan penyakit yang
menyebar.
• Dari semua presentasi klinis ini, aspergillosis
pulmonal invasif (IPA) adalah yang paling umum.
• Trias gejala untuk IPA adalah demam, nyeri pleuritic
dan hemoptisis, meskipun trias ini terlihat hanya
pada sedikit orang. Lebih sering, gejala IPA pada
anak-anak tidak spesifik, dengan keluhan paling
umum demam, batuk, dan dyspnea.
Pemeriksaan Penunjang
• Penemuan paling umum pada rontgen thorax
adalah nodul paru-paru yang terdistribusi secara
perifer atau tampak massa.
• Foto thorax juga dapat normal di awal, atau
menunjukkan berbagai temuan nonspesifik seperti
konsolidasi multilobar atau segmental, infltrat
perihilar, efusi pleura atau lesi nodular.
• CT-scan thorax adalah modalitas pencitraan pilihan
untuk diagnosis dini dan dapat memabtu dalam
terapi preemptif lebih awal untuk pasien yang
berisiko tinggi.
Tata Laksana
• Pengobatan yang efektif melibatkan kombinasi
antifungal, atau intervensi imunosupresif.
• Amphotericin B direkomendasikan sebagai terapi
utama untuk Aspergillus.
• Efek samping toksisitas amfoterisin B deoxycholate
yang paling umum adalah nefrotoksisitas.
• Formulasi lipid yang lebih baru dari amfoterisin B
menunjukkan pengurangan toksisitas, tetapi
senyawa ini belum menunjukkan peningkatan
efikasi relatif terhadap formulasi deoxycholate.

Anda mungkin juga menyukai