Anda di halaman 1dari 25

WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS

DASAR HUKUM
1. UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, pada lembar
lampiran pembagian urusan pemerintah bidang kesehatan pada
urusan Nomor 2 Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan
Pemerintah Pusat melakukan penetapan penempatan dokter
spesialis dan dokter gigi spesialis bagi daerah yang tidak mampu dan
tidak diminati.
2. Wajib Kerja Dokter Spesialis
a. Pasal 28 ayat (1) Dalam keadaan tertentu pemerintah dapat
memberlakukan ketentuan wajib kerja kepada tenaga
kesehatan yang memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi
untuk melaksanakan tugas sebagai tenaga kesehatan di daerah
khusus di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Pasal 28 ayat (2) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
memberikan tunjangan khusus kepada tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Ratio Dokter Spesialis Per 100.000 Penduduk

Target Rasio 12,2


Realisasi 12,6

Sumber : Konsil Kedokteran Indonesia 31 Desember 2015


PERTIMBANGAN PELAKSANAAN
WAJIB KERJA
1. Dalam rangka peningkatan akses dan pemenuhan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
spesialistik, perlu dilakukan upaya pemerataan dokter
spesialis di seluruh Indonesia, khususnya di daerah
tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dan
daerah bermasalah kesehatan
2. Upaya pemerataan dokter spesialis dilakukan melalui
program wajib kerja sebagai bentuk pengabdian kepada
negara guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
3. Negara turut berperan dalam proses pendidikan dokter
spesialis dengan memberikan subsidi dalam
penyelenggaraan pendidikan kedokteran program
spesialis
Wajib Kerja Spesialis
1. Wajib Kerja Dokter Spesialis adalah penempatan dokter
spesialis di rumah sakit milik pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
2. Peserta wajib kerja dokter spesialis adalah setiap dokter
spesialis yang baru lulus pendidikan kedokteran program
dokter spesialis
3. Peserta Wajib Kerja terdiri atas:
a. Peserta mandiri;
b. Peserta penerima beasiswa dan/atau program bantuan
biaya pendidikan.
4. Wajib kerja dokter spesialis dilaksanakan di Rumah Sakit
milik pemerintah dan pemerintah daerah utamanya di RS
DTPK, RS Rujukan Regional, RS Rujukan Provinsi dan RS
milik Pemerintah dan Pemda lainnya.
Lanjutan .......

5. Untuk tahap awal penempatan wajib kerja dokter spesialis


di prioritaskan bagi lulusan pendidikan kedokteran program
Sspesialis Ilmu Penyakit Dalam, Spesialis Obstetri dan
Ginekologi, Spesialis Ilmu Kesehatan Anak, Spesialis
Bedah, Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif
6. Waktu kerja :
a.Lulusan mandiri 1 (satu) tahun
b.Lulusan spesialis penerima beasiswa dan atau bantuan
pendidikan Kemenkes, Kementerian lain dan Pemda masa
kerja disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (masa penempatan dalam rangka
wajib kerja dokter spesialis diperhitungkan sebagai masa
kerja)
PERSIAPAN PELAKSANAAN WAJIB
KERJA DOKTER SPESIALIS
PERSIAPAN PELAKSANAAN
WAJIB KERJA SPESIALIS
1. Rancangan Peraturan Presiden tentang Wajib Kerja
Dokter Spesialis, dengan perkembangan sbb :
a. Tanggal 7 November 2016, surat pengajuan
Menkes kepada Presiden untuk proses
penetapan Peraturan Presiden
b. Verbal Rancangan Perpres saat ini posisi ada di
Menristek Dikti
2. Permenkes Penyelenggaraan Program Wajib Kerja
Dokter Spesialis Dalam Rangka Pemenuhan
Kebutuhan Pelayanan Spesialistik di
Indonesia sedang dalam proses penetapan
(simultan dibahas dengan Rancangan Perpres
tentang Wajib Kerja Dokter Spesialis)
Lanjutan .......
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2016
Tentang Komite Penempatan Dokter Spesialis (KPDS)
4. Kepmenkes No: 02.02/MENKES/383/2016 tentang
Susunan Keanggotaan Komite Penempatan Dokter
Spesialis Masa Banti 2016-2019
5. Pengajuan ijin prinsip tunjangan khusus wajib kerja
dokter spesialis sudah di ajukan kepada Menteri
Keuangan pada tanggal 3 Agustus 2016.
6. Pada tanggal 31 Agustus 2016 telah dilakukan
pembahasan antara Dirjen Anggaran Kemenkeu dengan
Kemenkes terkait usulan tunjangan khusus. Ijin prinsip
tunjangan khusus disetujui bila Perpres wajib kerja
dokter spesialis sudah ditetapkan
Lanjutan .......
7. Analisa dan pemetaan kekurangan dokter spesialis Penyakit
Dalam, Obstetri dan Ginekologi, Anak, Bedah dan
Anestesiologi dan Terapi Intensif berdasarkan standar
ketenagaan minimal di Rumah Sakit (Permenkes 56 Tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit)
8. Pembangunan portal WKS untuk memudahkan
pelaksanaan WKS, direncanakan pada tanggal 13 – 14
Desember akan dilaksanakan pertemuan analisa data hasil
visitasi, Penyusunan SOP Pelaksanaan WKS dan masukan
pembangunan portal WKS dengan mengundang Tim KPDS,
OP, Kolegium, dan 14 Fakultas Kedokteran serta unit di
lingkungan Kemenkes.
9. Rapat persiapan sosialisasi WKS tahun 2017 direncanakan
pada tanggal 16 Desember 2016 dengan mengundang TIM
KPDS, OP dan Kolegium serta unit Kemenkes
SUSUNAN KEANGGOTAAN KPDS
MASA BAKTI 2016 - 2019
NO NAMA INSTITUSI

1 dr. Asjikin Iman H. Dachlan, MHA Wakil dari Kementerian Kesehatan


2 dr. Kirana Pritasari, MQIH Wakil dari Kementerian Kesehatan

3 Dr. dr. Ina Rosalina, Sp.A(K), M.Kes, Wakil dari Kementerian Kesehatan
MHkes
4 Drg. Murti Utami, MPH Wakil dari Kementerian Kesehatan

5 Prof. dr. Ali Ghufron Mukti., Ph.d Wakil dari Kemristekdikti

6 Drs. Slamet, M.Si Wakil dari Kemendagri

7 Prof. Dr. dr. Ova Emilia, M.M.Ed., Wakil dari Institusi Pendidikan
Sp.OG(K)., Ph.D
8 Prof. dr. Wiwien Heru Wiyono, Sp.P(K), Wakil dari Konsil Kedokteran Indonesia
Ph.D
9 Dr. Poedjo Hartono, Sp.OG (K) Wakil dari PB IDI

10 dr. Nurdadi Saleh, Sp.OG Wakil dari Perkumpulan Obstetri dan


Ginekologi Indonesia
11 Prof. DR. dr. Soegiharto Wakil dari Kolegium Obstetri dan
Soebijanto,Sp.OG (K) Ginekologi Indonesia
12 Prof.DR.dr.Idrus Alwi, SpPD.K- Wakil Perhimpunan Dokter Spesialis
KV,FINASIM,FACC,FESC,FAPSIC,FACP Penyakit Dalam Indonesia
SUSUNAN KEANGGOTAAN KPDS
MASA BAKTI 2016 - 2019
NO NAMA INSTITUSI

13 dr. Sumariyono, Sp.PD, K-R Wakil dari Kolegium Penyakit Dalam

14 DR.dr. Aman Bhakti Pulungan , Sp.A (K) Wakil dari Ikatan Dokter Anak Indonesia

15 DR.dr.Aryono Hendarto, Sp.A(K) Wakil dari Kolegium Ilmu Kesehatan Anak

16 dr..R.Suhartono,Sp.B.KV Wakil dari Perhimpunan Dokter Spesialis


Bedah Indonesia
17 DR.dr.Kiki Lukman, M(Med)Sc,FCSI Wakil Kolegium Ilmu Bedah Indonesia

18 Dr. Andi Wahyuningsih Wakil Perhimpunan Dokter Spesialis


Attas,Sp.An,KIC,MARS Anestesiologi dan Terapi Intensif
Indonesia
19 Prof. DR.dr. Eddy Rahardjo, Wakil dari Kolegium Anestesiologi dan
Sp.An.KIC,KAO Terapi Intensif Indonesia
20 dr. Kuntjoro Adi Purjanto, MKes Wakil Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia
21 Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, Wakil Badan Pengawas Rumah Sakit
MARS, M.Kes
ANALISA DAN PEMETAAN KEKURANGAN
DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM,
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI, ANAK, BEDAH
DAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
Kekurangan Dokter Spesialis 4 Dasar + Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif
KEKURANGAN DOKTER SPESIALIS
KRITERIA RS JUM RS Sp Sp
Sp Anak Sp OG Sp PD
Bedah Anestesi

RS PERBATASAN 19 13 15 16 14 7
RS RUJUKAN REGIONAL 104 (110) 80 60 66 99 65
RS RUJUKAN PROVINSI 20 35 31 30 53 14
RS RUJUKAN NASIONAL 14 3 0 7 9 1
RS KELAS C 261 147 101 108 134 42
RS KELAS D 119 36 30 36 50 0
RS KELAS A DAN B 140 57 23 41 76 40
RS BUMN 63 24 14 18 21 8
RS TNI-POLRI 168 65 48 49 46 6
Keterangan : RS yang beririsan masuk kedalam salah satu kriteria RS

Sumber : SIRS Online, 16 Mei 2016


Standar Ketenagaan di RS berdasarkan PMK No 56 Tahun 2014 dan PMK No 340 Tahun
Kekurangan dokter Sp 4 dasar + Anestesiologi
dan Terapi Intensif di RS Perbatasan
PERBATASAN
PROVINSI Sp Sp
Jum RS Sp Anak Sp OG Sp PD
Bedah Anestesi
NUSA TENGGARA TIMUR 3 4 4 6 5 1
KALIMANTAN BARAT 5 4 4 4 6 3
KALIMANTAN TIMUR 2 1 2 1 1 0
KALIMANTAN UTARA 2 1 1 1 1 0
MALUKU 1 1 1 1 0 0
MALUKU UTARA 1 2 1 1 1 1
PAPUA BARAT 1 0 0 0 0 0
PAPUA 4 0 2 2 0 2
INDONESIA 19 13 15 16 14 7

Sumber : SIRS Online, 16 Mei 2016


Standar Ketenagaan di RS berdasarkan PMK No 56 Tahun 2014 dan PMK No 340 Tahun
Kekurangan dokter Sp 4 dasar + Anestesiologi dan Terapi Intensif
di RS Rujukan Regional
Regional
PROVINSI
Jum RS Sp Anak Sp OG Sp PD Sp Bedah Sp Anestesi
ACEH 5 1 2 1 3 4
SUMATERA UTARA 6 3 0 2 3 4
SUMATERA BARAT 3 2 2 0 2 1
RIAU 4 0 1 2 4 4
JAMBI 2 1 1 0 1 2
SUMATERA SELATAN 4 3 3 1 1 4
BENGKULU 3 6 4 6 5 5
LAMPUNG 2 3 1 0 2 0
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 1 1 1 1 1 1
KEPULAUAN RIAU 1 0 0 1 1 0
DKI JAKARTA 5 0 0 0 1 0
JAWA BARAT 7 0 0 1 2 0
JAWA TENGAH 7 2 1 0 7 1
DI YOGYAKARTA 1 1 1 0 2 0
JAWA TIMUR 6 1 0 0 7 0
BANTEN 1 0 0 0 0 0
BALI 2 0 0 0 2 0
NUSA TENGGARA BARAT 1 1 0 1 0 0
NUSA TENGGARA TIMUR 3 6 4 5 4 4
KALIMANTAN BARAT 2 1 2 1 1 1
KALIMANTAN TENGAH 3 2 1 2 3 2
KALIMANTAN SELATAN 4 4 3 1 4 4
KALIMANTAN TIMUR 2 2 0 2 1 1
KALIMANTAN UTARA 0 0 0 0 0 0
SULAWESI UTARA 4 6 6 6 8 3
SULAWESI TENGAH 4 5 3 5 4 5
SULAWESI SELATAN 6 5 3 2 5 3
SULAWESI TENGGARA 2 3 2 3 3 2
GORONTALO 2 3 4 3 4 2
SULAWESI BARAT 1 1 0 1 0 0
MALUKU 3 9 7 7 6 4
MALUKU UTARA 2 3 4 4 4 2
PAPUA BARAT 1 0 0 1 2 1
PAPUA 4 5 4 7 6 5
INDONESIA 104 80 60 66 99 65

Sumber : SIRS Online, 16 Mei 2016


Standar Ketenagaan di RS berdasarkan PMK No 56 Tahun 2014 dan PMK No 340 Tahun
Kekurangan dokter Sp 4 dasar + Anestesiologi
dan Terapi Intensif di RS Rujukan Propinsi
Pripinsi
PROVINSI
Jum RS Sp Anak Sp OG Sp PD Sp Bedah Sp Anestesi
ACEH 1 0 5 0 4 0
RIAU 1 0 0 0 3 0
JAMBI 1 2 0 0 3 0
BENGKULU 1 2 1 1 4 2
LAMPUNG 1 0 1 0 2 0
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 1 2 3 4 4 2
KEPULAUAN RIAU 1 3 3 2 0 1
BANTEN 1 0 0 1 4 0
NUSA TENGGARA BARAT 1 1 0 0 1 0
NUSA TENGGARA TIMUR 1 0 0 0 1 0
KALIMANTAN TENGAH 1 0 0 1 4 0
KALIMANTAN SELATAN 1 0 0 0 0 0
KALIMANTAN UTARA 1 4 3 4 4 1
SULAWESI TENGAH 1 2 1 1 4 0
SULAWESI TENGGARA 1 4 3 0 1 1
GORONTALO 1 1 2 2 2 0
SULAWESI BARAT 1 3 4 5 4 1
MALUKU 1 4 3 3 3 1
MALUKU UTARA 1 4 0 2 4 2
PAPUA BARAT 1 3 2 4 1 3
INDONESIA 20 35 31 30 53 14

Sumber : SIRS Online, 16 Mei 2016


Standar Ketenagaan di RS berdasarkan PMK No 56 Tahun 2014 dan PMK No 340 Tahun
Kekurangan dokter Sp 4 dasar + Anestesiologi
dan Terapi Intensif di RS Rujukan Nasional
Nasional
PROVINSI Sp
Jum RS Sp Anak Sp OG Sp PD Sp Bedah
Anestesi
SUMATERA UTARA 1 0 0 0 0 0
SUMATERA BARAT 1 0 0 0 0 0
SUMATERA SELATAN 1 0 0 0 0 0
DKI JAKARTA 1 0 0 0 0 0
JAWA BARAT 1 0 0 0 2 0
JAWA TENGAH 1 0 0 0 0 0
DI YOGYAKARTA 1 0 0 0 0 0
JAWA TIMUR 1 0 0 0 0 0
BALI 1 0 0 0 0 0
KALIMANTAN BARAT 1 1 0 4 4 1
KALIMANTAN TIMUR 1 1 0 0 0 0
SULAWESI UTARA 1 0 0 0 0 0
SULAWESI SELATAN 1 0 0 0 2 0
PAPUA 1 1 0 3 1 0
INDONESIA 14 3 0 7 9 1

Sumber : SIRS Online, 16 Mei 2016


Standar Ketenagaan di RS berdasarkan PMK No 56 Tahun 2014 dan PMK No 340 Tahun
Kekurangan dokter Sp 4 dasar + Anestesiologi dan Terapi Intensif
di RS Kelas C
Kelas C
PROVINSI
Jum RS Sp Anak Sp OG Sp PD Sp Bedah Sp Anestesi
ACEH 13 10 8 9 12 3
SUMATERA UTARA 18 8 6 5 10 3
SUMATERA BARAT 15 6 4 5 4 5
RIAU 9 1 0 2 2 2
JAMBI 7 7 4 3 3 2
SUMATERA SELATAN 8 3 2 1 2 -
BENGKULU 3 4 2 1 2 1
LAMPUNG 9 6 2 6 5 3
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 4 1 1 2 1 -
KEPULAUAN RIAU 6 5 5 6 7 2
DKI JAKARTA 2 0 1 0 1 1
JAWA BARAT 18 5 2 2 5 -
JAWA TENGAH 25 8 1 3 5 1
DI YOGYAKARTA 3 0 1 0 1 -
JAWA TIMUR 28 12 7 8 10 -
BANTEN 5 1 2 0 - -
BALI 3 0 0 0 - -
NUSA TENGGARA BARAT 9 7 4 7 6 1
NUSA TENGGARA TIMUR 8 10 9 10 10 3
KALIMANTAN BARAT 5 5 4 4 6 2
KALIMANTAN TENGAH 5 4 2 3 3 1
KALIMANTAN SELATAN 8 2 4 1 5 2
KALIMANTAN TIMUR 5 4 1 2 4 1
KALIMANTAN UTARA 1 1 0 0 1 -
SULAWESI UTARA 5 3 3 3 5 1
SULAWESI TENGAH 5 6 4 4 4 1
SULAWESI SELATAN 18 15 12 8 6 3
SULAWESI TENGGARA 6 5 3 6 6 2
GORONTALO 2 1 0 1 2 -
SULAWESI BARAT 2 1 1 1 1 -
MALUKU 2 4 4 3 3 1
PAPUA BARAT 3 2 1 2 2 1
PAPUA 1 0 1 0 - -
INDONESIA 261 147 101 108 134 42
Sumber : SIRS Online, 16 Mei 2016
Standar Ketenagaan di RS berdasarkan PMK No 56 Tahun 2014 dan PMK No 340 Tahun
Kekurangan dokter Sp 4 dasar + Anestesiologi dan Terapi Intensif
di RS Kelas D
Kelas D
PROVINSI
Jum RS Sp Anak Sp OG Sp PD Sp Bedah Sp Anestesi
ACEH 2 0 0 0 0 0
SUMATERA UTARA 6 1 2 1 2 0
SUMATERA BARAT 1 0 1 1 0 0
RIAU 4 0 2 0 3 0
JAMBI 3 0 0 0 0 0
SUMATERA SELATAN 6 1 0 1 0 0
BENGKULU 5 1 1 1 1 0
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2 0 0 1 0 0
KEPULAUAN RIAU 2 1 0 2 1 0
DKI JAKARTA 18 7 7 11 18 0
JAWA BARAT 2 0 0 0 0 0
JAWA TENGAH 6 2 1 0 1 0
DI YOGYAKARTA 1 0 0 0 0 0
JAWA TIMUR 7 1 2 2 3 0
NUSA TENGGARA BARAT 1 1 0 0 1 0
NUSA TENGGARA TIMUR 3 2 2 1 1 0
KALIMANTAN BARAT 1 0 0 0 0 0
KALIMANTAN TENGAH 8 2 0 2 2 0
KALIMANTAN SELATAN 2 1 1 1 1 0
KALIMANTAN UTARA 1 1 1 1 1 0
SULAWESI UTARA 3 0 0 0 1 0
SULAWESI TENGAH 5 1 0 0 1 0
SULAWESI SELATAN 2 0 0 0 0 0
SULAWESI TENGGARA 5 3 1 1 2 0
GORONTALO 3 1 2 1 1 0
MALUKU 6 5 5 4 5 0
MALUKU UTARA 6 2 1 1 2 0
PAPUA BARAT 2 1 0 1 0 0
PAPUA 6 2 1 3 3 0
INDONESIA 119 36 30 36 50 0
Sumber : SIRS Online, 16 Mei 2016
Standar Ketenagaan di RS berdasarkan PMK No 56 Tahun 2014 dan PMK No 340 Tahun
Kekurangan dokter Sp 4 dasar + Anestesiologi dan
Terapi Intensif di RS BUMN
BUMN
PROVINSI
Jum RS Sp Anak Sp OG Sp PD Sp Bedah Sp Anestesi
ACEH 3 1 1 0 1 1
SUMATERA UTARA 15 8 1 7 2 2
SUMATERA BARAT 1 1 1 1 1 0
RIAU 3 3 2 2 2 1
SUMATERA SELATAN 5 1 2 0 2 0
KEPULAUAN RIAU 1 0 0 0 0 0
DKI JAKARTA 5 3 0 2 3 1
JAWA BARAT 5 1 1 0 0 0
JAWA TENGAH 3 1 1 1 1 0
DI YOGYAKARTA 1 0 0 0 0 0
JAWA TIMUR 13 4 3 3 5 2
BANTEN 1 0 0 1 1 1
KALIMANTAN SELATAN 2 0 0 0 0 0
KALIMANTAN TIMUR 2 1 2 1 3 0
SULAWESI SELATAN 1 0 0 0 0 0
SULAWESI TENGGARA 1 0 0 0 0 0
PAPUA BARAT 1 0 0 0 0 0
INDONESIA 63 24 14 18 21 8

Sumber : SIRS Online, 16 Mei 2016


Standar Ketenagaan di RS berdasarkan PMK No 56 Tahun 2014 dan PMK No 340 Tahun
Kekurangan dokter Sp 4 dasar + Anestesiologi dan Terapi Intensif
di RS TNI-POLRI
TNI-POLRI
PROVINSI
Jum RS Sp Anak Sp OG Sp PD Sp Bedah Sp Anestesi
ACEH 5 1 3 2 3 0
SUMATERA UTARA 9 6 3 4 4 1
SUMATERA BARAT 4 0 0 0 0 0
RIAU 4 0 0 1 1 0
JAMBI 2 0 0 2 0 0
SUMATERA SELATAN 5 0 0 0 0 0
BENGKULU 3 3 3 4 2 0
LAMPUNG 2 0 0 0 0 0
KEPULAUAN RIAU 2 0 0 0 1 1
DKI JAKARTA 12 2 3 2 2 0
JAWA BARAT 13 4 1 4 1 0
JAWA TENGAH 12 5 4 0 0 0
DI YOGYAKARTA 4 2 2 1 1 1
JAWA TIMUR 31 16 8 8 9 0
BANTEN 2 0 0 0 0 0
BALI 3 1 0 0 1 0
NUSA TENGGARA BARAT 2 0 0 0 0 0
NUSA TENGGARA TIMUR 5 3 4 3 3 0
KALIMANTAN BARAT 6 1 0 0 0 0
KALIMANTAN TENGAH 2 1 0 0 1 0
KALIMANTAN SELATAN 4 2 1 2 2 0
KALIMANTAN TIMUR 4 1 1 1 2 1
KALIMANTAN UTARA 1 1 1 0 0 0
SULAWESI UTARA 4 3 4 3 3 1
SULAWESI TENGAH 2 0 0 0 0 0
SULAWESI SELATAN 7 2 2 2 1 0
SULAWESI TENGGARA 2 3 3 3 3 0
MALUKU 4 4 2 3 2 0
MALUKU UTARA 2 0 0 0 0 0
PAPUA BARAT 3 0 0 0 0 0
PAPUA 7 4 3 4 4 1
INDONESIA 168 65 48 49 46 6
Sumber : SIRS Online, 16 Mei 2016
Standar Ketenagaan di RS berdasarkan PMK No 56 Tahun 2014 dan PMK No 340 Tahun
Target Wajib Kerja Spesialis
Tahun 2016 – 2019

Strategi Target/Tahun
Pemenuhan
2015 2016 2017 2018 2019

Wajib Kerja - 1.250 1.250 1.250


Dokter Spesialis

Rumah sakit dapat ditetapkan sebagai lokus wajib kerja , bila :


1. Ada usulan daerah
2. Proses analisa ketenagaan, kosong/kurang dokter spesialis 4
dasar dan 1 penunjang
3. Ketersedian sarana dan prasarana
4. Hasil visitasi Rumah Sakit untuk kesiapan penempatan
TATACARA PENGUSULAN KEBUTUHAN DOKTER
SPESIALIS BAGI RUMAH SAKIT YANG
AKAN DIPENUHI PUSAT
1. Melakukan entry setiap tahun Aplikasi Perencanaan Kebutuhan SDM
Kesehatan, entry dapat dilakukan secara online www.pusrengun.info
dan offline dapat diunduh pada web tersebut
2. Membuat surat usulan kebutuhan dengan syarat sebagai berikut :
a. Keberadaan tenaga kesehatan kosong/kurang dari standar
ketenagaan berdasarkan Permenkes No 56 tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit dan Permenkes No 340 tahun
2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit lampiran hasil entry Aplikasi
Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan dengan menggunakan
metode standar ketenagan minimal di Rumah Sakit ).
b. Tersedia sarana prasarana Rumah Sakit
c. Kab/Kota yang bersedia menyediakan tempat tinggal bagi tenaga
dan kendaraan dinas bagi dokter spesialis yang akan ditempatkan
d. Tahap awal pemenuhan dokter spesialis melalui wajib kerja spesialis
utamanya untuk dokter spesialis Obygin, spesialis anak, spesialis
penyakit dalam, spesialis bedah dan spesialis anestesi dan terapi
intensif
3. Memberikan insentif tambahan kepada dokter spesialis
Terima Kasih

Together We Can
www.bppsdmk.depkes.go.id
HPEQ DIKTI

Anda mungkin juga menyukai