Anda di halaman 1dari 44

INFERTILITAS

INFERTILITAS APAKAH SAMA DENGAN


KEMANDULAN ????
• Di bidang reproduksi, infertilitas diartikan
sebagai kekurangmampuan pasangan untuk
menghasilkan keturunan, jadi bukanlah
ketidakmampuan mutlak untuk memiliki
keturunan.

• Jadi, pasangan suami istri


dikategorikan mengalami infertilitas bila tidak
juga mengalami pembuahan, sekalipun sudah
melakukan hubungan seksual secara teratur -
tanpa kontrasepsi - dalam periode setahun.
Sedangkan kemandulan atau sterilitas adalah
perempuan yang rahimnya telah diangkat atau
laki-laki yang telah dikebiri (dikastrasi).
Definisi
Fertilitas
Fertilitas adalah kemampuan
seorang wanita (istri) untuk
menjadi hamil dan melahirkan
anak hidup dari pasangan pria
(suami) yang mampu
menghamilkannya.
INFERTILITAS
• infertilitas primer
kalau istri belum pernah hamil
walaupun bersanggama tanpa usaha
kontrasepsi dan tetap dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan
selama 12 bulan. (WHO/FIGO : 2
tahun).
• infertilitas sekunder
kalau istri pernah hamil, namun
kemudian tidak terjadi kehamilan lagi
walaupun bersanggama tanpa usaha
kontrasepsi dan tetap dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan selama
12 bulan. (Ukuran frekuensi sanggama
yang adekuat : minimal 3 x seminggu)
PENYEBAB
• Berdasarkan catatat WHO, diketahui penyebab
infertilitas pada perempuan di antaranya,
adalah:
• faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%,
• gangguan ovulasi 33%,
• endometriosis 6%,
• tidak diketahui sekitar 40%.
PENYEBAB PADA LAKI-LAKI
• gangguan pada testis dan skrotum,
• kelainan endokrin,
• gangguan saluran genital,
• kelainan seksual,
• dan idiopatik
GANGGUAN
ORGAN REPRODUKSI WANITA
• VAGINA
Bila terjadi infeksi pada vagina, biasanya kadar
keasaman dalam vagina akan
meningkat. Kondisi ini akan menyebabkan
sperma mati sebelum sempat membuahi sel
telur. Kadar keasaman vagina juga
menyebabkan vagina mengerut sehingga
perjalanan sperma di dalam
vagina terhambat.
LEHER RAHIM (CERVIKS)
• Dalam keadaan normal, pada leher rahim
terdapat lendir yang dapat memperlancar
perjalanan sperma. Jika produksi lendir
terganggu, atau infeksi pada servik (Cervixitis)
maka perjalanan sperma akan terhambat.

UTERUS
• Dalam rahim, yang berperan adalah gerakan di
dalam rahim yang mendorong sperma bertemu
dengan sel telur matang. Jika gerakan
rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon
prostaglandin) maka gerakan sperma melambat
ENDOMETRIOSIS

Endometriosis adalah istilah untuk


menyebutkan kelainan jaringan endometrium
(rahim) yang tumbuh di luar rahim. Jaringan
abnormal tersebut biasanya terdapat pada
ligamen yang menahan uterus, ovarium, Tuba
fallopii, rongga panggul, usus, dan berbagai
tempat lain. Sebagaimana jaringan endometrium
normal, jaringan ini mengalami siklus yang
menjadi respon terhadap perubahan hormonal
sesuai siklus menstruasi perempaun.
• TUBA FALLOPI (SALURAN TELUR)
• Gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran
inilah sel telur bertemu dengan sel sperma.
Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran
telur, maka sperma tidak bisa membuahi sel
telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan
oleh penyakit salpingitis, radang pada panggul
(Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakt
infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.
GANGGUAN OVULASI

Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari


ovarium terganggu jika terjadi gangguan hormonal.
Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui
sebagai salah satu penyebab utama kegagalan proses
ovulasi yang normal. Ovarium polikistik disebabkan
oleh kadar hormon androgen yang tinggi dalam darah.
Kadar androgen yang berlebihan ini mengganggu
hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam
darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan
mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang
dengan baik, sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan
terganggu
KEGAGALAN IMPLANTASI

Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan


seterusnya berkembang menjadi embrio,
selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan)
pada endometrium. Perempuan yang memiliki
kadar hormon progesteron rendah,
cenderung mengalami gangguan
pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh
antara lain karena struktur jaringan endometrium
tidak dapat menghasilkan hormon progesteron
yang memadai.
PEMERIKSAAN INFERTILITAS
• Syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil
1. Istri
berumur antara 20-30 tahun, baru diperiksa
setelah berusaha mendapat anak selama 12
bulan.

2. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini, apabila :


- ada riwayat mengalami keguguran berulang
- ada riwayat penyakit / kelainan metabolik /
endokrin / sistemik
- ada riwayat penyakit radang rongga panggul atau
rongga perut
• 3. Istri berumur antara 31-35 tahun dapat
diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu
datang ke dokter.

4. Istri berumur antara 36-40 tahun hanya


dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum
mempunyai anak dari perkawinan.

5. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada


pasangan infertil yang salah satu anggota
pasangannya mengidap penyakit yang dapat
membahayakan kesehatan istri dan atau anaknya
YANG DIPERIKSA DLM INFERTIL

Faktor pria (suami) :


- anatomi dan fisiologi organ reproduksi
- fungsi ereksi dan ejakulasi
- produksi dan transport air mani.

Faktor wanita (istri) :


- anatomi dan fisiologi organ reproduksi : pendekatan
per organ (masalah vagina, masalah serviks, masalah
uterus, masalah tuba, masalah ovarium, masalah
peritoneum, masalah hormonal / endokrinologi).
MASALAH YG TIMBUL PD INFERTIL PADA
LAKI-LAKI
• Masalah air mani:
- Warna, biasanya berwarna putih keruh
- Bau yang khas (akasia)
- pH, yang normal berkisar 7,2-7,8
- Volume, sekitar 2-5 mL
- Viskositas, yaitu antara 1,6-6 centipose
- Jumlah sperma, kira-kira 20 juta/mL
- Sperma motil, lebih dari 50%
- Bentuk normal, lebih dari 60%
- Kecepatan gerak (velositas) sperma antara 0,8-1,2 detik
- Persentase gerak sperma motil lebih dari 60%
- Aglutinasi tidak ditemukan
- Sel-sel selain sperma tidak ada atau sedikit sekali
- Uji fruktosa yang positif
Pemeriksaan masalah2 infertilitas
1. Masalah Air mani
a. Warna : warna semen ketika baru diejakulasi
seperti warna lem kanji encer, atau putih keabu-
abuan, makin banyak mengandung
spermatozoa warnanya makin gelap, jika tidak
ada atau sedikit semen bening jernih, jika agak
lama abstinensi warna menjadi kekuningan, jika
putih atau kuning menandakan banyak lekosit
yang mungkin disebabkan oleh adanya infeksi
pd organ genitalia.
2. Volume
• Volume normal semen sekali ejakulasi sekitar 2-3
ml.setelah abstinensi slm 3 hr volum air mani
berkisar antara 2-5 ml Jika < 1 ml ada
kemungkinan ada kelainan pd kelenjar prostat
dan vesikula seminalisyang merupakan penghasil
utama plasma semen dan > 5 ml biasanya disertai
kadar spermatozoa rendah Volum semen diukur
dg menggunakan gelas ukur 5 – 10 ml dan diukur
setelah semen mencair
3. Bau
• Bau sperma langu seperti bunga akasia,
baunya khas, tajam, tidak busuk hal ini
disebabkan o/ oksidasi zat spermin yg
dihasilkan kelenjar prostat , jika tidak ada
bau khas semen prostat tidak aktif atau ada
gangguan, dan bau busuk mungkin o/
adanya infeksi.
4. Lukuifaksi / pengenceran
• Keadaan semen yg baru diejakulasi kental shg
sukar berpindah tempat dlm wadahnya,
selanjutnya mencair pd suhu kamar dlm waktu 15
– 20 mntpost ejakulasi o/ adanya enzim lisis
semininyg dihasilkan kelenjar prostat, jika
pengenceran di luar normal kemungkinan ada
kelainan pd kelenjar prostat dan biasanya kurang
fertil
5. Viskositas/ kekentalan
• Dpt diperiksa dg mencelupkan btg kaca ke semen
yg telah diteteskan ke ats gelas obyek, diangkat
pelan, diukur tinggi nenang yg terjadi antara btg
kaca dan gls obyek
smp batas putus. Viskositas normal jika panjang
benang antara 3 – 5 cm, jika > 5 cm semen terlalu
kental, berarti kurang enzim likuifaksi dr kljr
prostat, jika < 3 cm semen terlalu encer krn zat
koagulasi yg dihasilkan vesikula seminalis terlalu
sedikit, atau enzim likuifaksi banyak.
6. PH
• Nilai normal ph semen yaitu 7,2 – 7,7 jika ph >8
menunjukan kemungkinan adanya peradangan
akut kelenjar atau sal genital, sedangkan ph < 7,2
menunjukan adanya penyakit kronis pd kelenjar
atau epididimis, pengukuran ph dpt dilakukan
dengan kertas indikator ph, nilai ph dpt berubah 1
jam sesudah ejakulasi o/ krn itu harus diukur
secepat mungkin post ejakulasi
7. Motilitas
• Jml spermatozoa motil dpt menggambarkan
fertilitas seseorang yg diperiksa, semakin lama
waktu post ejakulasi motilitas semakin kurang,
smp 1 jam post ejakulasi lebih dari 70%
spermatozoa aktif, dan setelah 5 jam tinggal
kurang lebih50%,
• Asthenozoospermia keadaan spermatozoa yg
lemah sekali gerak majunya
• Necrozoospermia keadaan hampir semua
spermatozoa mati / tdk bergerak
8. Jumlah spermatozoa
• Jumlah sperma normal kurang lebih 100 juta/ml
• Polizoospermia jika kadar spermatozoa > 250 jt/ml
• Normozoosperma jika kadar spermatozoa 70 – 100
jut/ml
• Oligozoospermia jika kadar spermatozoa < 40 jt/ml
• Azoospermia jika kadar spermatozoa 0 / ml
9. Morfologi spermatozoa
• Diperiksa mll sediaan apus semen dgn pewarnaan
giemsa.
• Spermatozoa normal memiliki kepala oval, ekor lurus
• Abnormal jika bentuk kepala bukan oval (terlalu
besar/ kecil/ panjang, inti pecah, ekor tdk ada / 2
ekor, pendek, semen dianggap normal jika jumlah
spermazoa normal
10. Pemeriksaan kimia
a. Fruktosa
Fruktosa air mani a/ hasil vesikula seminalis yg
menunjukan adanya rangsangan androgen, fruktosa
terdapat pd semua air mani kecuali pada :
- Azoospermia krn tdk terbentuknya kedua vas deferens,
air maninya tdk berkoagulasi, segera setelah ejakulasi k/
vesikula seminalisnya tdk terbtk
- Kedua duktus ejakulatoriusnya tertutup
- Keadaan luar biasa dari ejakulasi retrogad dimana sbgn
kecil ejakulasi yg tdk mgd spermatozoa sempat keluar
b. Asam sitrat, spermin, seminin, enzim asam fosfatase,
glukoronidase, lisosim, dan amilase semua dihasilakn oleh
kelenjar prostat

c. Elektrolit, terutama Na, K, Zn, Mg dihasilkan oleh kelenjar


prostat dan vesikula seminalis u/ memelihara PH plasma
semen
d. Enzim pembuahan: Hialuronidase, neuroaminidase,
protease, sebagian terdapat di akrosom spermatozoa dan
sebagian terdapat dalam plasma semen
e. Zat inhibitor, hormon testoteron, dan zat2 organik lain mis:
asam amino, protein, lemak yg berasal dari testis, saluran
dan kelenjar
Analisis semen sgt penting u/ mengetahui apakah seseorang pria
fertil atau infertil, namun pemeriksaan perlu dilakukan berulang
k/ kualitas semen berbeda dr wkt ke wkt k/ dipengaruhi o/
seringnya ejakulasi, abstinensi, penyakit, dsb

• Hal2 yg perlu diperhatikan dlm memp sampel:


1. Sblm menjlni pemeriksaan semen, pasien diminta abstinensi 3 – 5
hari.
2. Pengeluaran ejakulat sebaiknya pagi hari sedekat mungkin dg
waktu pemeriksaan, paling baik selambatnya 1 jam post-ejakulasi
3. Semen yg diperiksa hrs seluruh ejakulat dlm 1 kali ejakulasi,
penampungan dg menggunakan kondom tdk dianjurkan k/ mgd
spermatida yg dpt melemahkan at/ membunuh spermatozoa
• Masalah vagina

Kemampuan vagina menyampaikan air mani


ke dalam sekitar serviks perlu untuk fertilitas.
Masalah vagina yang dapat menghambat
penyampaian ini adalah sumbatan atau
peradangan. Sumbatan bisa psikogenik atau
karena kelainan anatomik. Vaginitis dapat
menjadi masalah bukan karena efek
spermisidalnya, namun karena efek
antisenggamanya.
• . Masalah serviks

Infertilitas yang berhubungan dengan factor


serviks dapat disebabkan oleh sumbatan kanalis
servikalis, lender serviks yang abnormal,
malposisi serviks, atau kombinasinya. Selain itu
juga terdapat berbagai kelainan anatomi yang
berperan pada timbulnya infertilitas. Untuk
masalah serviks, terdapat beberapa uji, yaitu uji
pasca senggama (mengetahui ada/tidaknya
sperma yang melewati seviks, dilakukan 6 jam
pasca senggama), uji gelas obyek, serta uji kontak
air mani dengan lender serviks.
• Masalah uterus
Kontraksi vagina dan uterus memegang peranan
penting dalam transportasi spermatozoa ke dalam
tuba. Pasa manusia, oksitosin tidak berpengaruh
terhadap uterus yang tidak hamil, akan tetapi
prostaglandin dalam air mani dapat membuat uterus
berkontraksi secara ritmik. Ternyata, prostaglandin-lah
yang memegang peranan penting dalam transportasi
spermatozoa ke dalam uterus dan melewati
penyempitan pada batas uterus dan tuba itu. Selain itu,
uterus menjadi sangat sensitif terhadap prostaglandin
pada akhir masa proliferasi dan permulaan fase sekresi.
• Masalah lain yang dapat mengganggu
transportasi spermatozoa melalui uterus adalah
distorsi kavum uteri karena , mioma, atau polip,
peradangan endometrium, dan gangguan
kontraksi uterus. Dalam menilai ada tidaknya
masalah pada uterus, dapat dilakukan berbagai
pemeriksaan seperti biopsi endometrium
(mengetahui pengaruh progesterone terhadap
endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3
hari sebelum haid (siklus 28 hari). Kontra indikasi:
hamil, infeksi pelvic, atau servisitis),
histerosalpingografi, serta histeroskopi.
• Masalah tuba
Faktor tuba merupakan salah satu faktor yang
paling sering ditemukan dalam infertilitas.
Penilaian potensi tuba dianggap sebagai salah
satu pemeriksaan terpenting. Terdapat
beberapa cara pemeriksaan, seperti pertubasi,
histerisalpingografi, serta laparoskopi.
• Masalah ovarium
Deteksi ovulasi merupakan bagian integral
pemeriksaan infertilitas karena kehamilan tidak
mungkin terjadi tanpa ovulasi. Ovulasi yang
jarang terjadi pun dapat menyebabkan
infertilitas. Terdapat beberapa pemeriksaan
seperti perubahan lender serviks, pencatatan
suhu basal tubuh, sitologi vagina (pemeriksaan
usap forniks lateral vagina untuk mengetahui
perubahan epitel vagina akibat hormone). Serta
biopsi endometrium
• Penanganan Infertilitas

Penanganan infertilitas tentunya bergantung


pada penyebabnya. Apabila terdapat air mani
abnormal, maka dicari penyebabnya apakag
akibat dari varikokel, sumbatan, infeksi,
defisiensi gonadotropin, atau
hiperprolaktinemia. Kalau infertilitas ternyata
ada hubungannya dengan tuba yang
tersumbat, maka pengobatan saja sangat
sedikit membawa hasil..
• Istri dengan riwayat infeksi panggul yang
berulang dapat dicoba dengan pemberian
antibiotik jangka panjang. Endometriosis pada
tuba dapat diobati dengan pil KB,
progesterone, atau danazol yang diberikan
terus menerus atau berselang-seling. Dalam
hal memutuskan pembedahan, pasangan yang
bersngkutan harus memikirkan terlebih
dahulu keberhasilannya serta bagaimana
reaksi mereka bila gagal sama sekali.
• Indikasi pembedahan tuba adalah
tersumbatnya seluruh atau sebagian
tuba, tekukan tuba yang patologis,
sakulasi tuba, perlekatan pertubular dan
periovarial khususnya untuk
membebaskan gerakan tuba dan
ovarium. Pembedahan tuba tidak
dilakukan kalau analisis sperma suaminya
abnormal, serta adanya penyakit pada
istri yang tidak membolehkannya untuk
hamil.
• Pada pasien dengan endometriosis terdapat
beberapa pilihan yaitu menunggu sampai kehamilan
terjadi, pengobatan hormonal, atau pembedahan
konservatif. Dengan cara pertama didapatkan angka
keberhasilan sampai 65%. Tentu saja umur pasen
serta lamanya infertilitas harus menjadi
pertimbangan dengan cara ini. Sementara cara kedua
memerlukan waktu lama dan tidak selalu
menyembuhkan endometriosis, kebanyakan hanya
menekanuntuk beberapa waktu saja. Oleh karena itu
pada pasien yang sudah lama infertilitasnya
dianjurkan untuk melakukan pembedahan
konservatif.

Anda mungkin juga menyukai