Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

ABSES PARAFARING

Disusun Oleh :

Karissa Maria S., S.Ked FAB 118 011


Kartika Sari, S. Ked FAA 113 056
Ismul Bahiyih, S. Ked FAA 112 027

Pembimbing : dr. NUNUN CHATRA KRISTINAE, Sp. THT-KL

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA


RSUD dr. DORIS SYLVANUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1
LATAR BELAKANG
Abses leher dalam  abses yang terbentuk di dalam ruang
potensial di antara fasia leher

Abses parafaring infeksi di ruang parafaring yang


dapat meluas dan menyebabkan penimbunan pus

Insidensi : 1 dalam 6-10.000 orang / tahun


18-23,5% dari total insidensi abses leher dalam
Peringkat ke-2 setelah abses peritonsil

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3
ANATOMI

4
ANATOMI

5
ANATOMI

6
ABSES PARAFARING

• infeksi di ruang parafaring yang dapat meluas


dan menyebabkan penimbunan pus
• komplikasi dari berbagai infeksi rongga mulut
dan orofaring

Insidensi : 1 dalam 6-10.000 orang / tahun


18-23,5% dari total insidensi abses leher dalam
Peringkat ke-2 setelah abses peritonsil

7
ETIOLOGI

• Langsung  terkontaminasi kuman menembus


lapisan otot tipis (m.konstriktor
faring superior)

• Proses supurasi bagian lain

• Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil,


retrofaring atau submandibula

8
PATOFISIOLOGI

9
PATOFISIOLOGI

10
MANIFESTASI KLINIS

• pembengkakan perimandibular, nyeri dan


menyebabkan pembatasan gerak leher
• demam
• sulit buka mulut atau trismus
• odinofagi dan disfagia yang progresif
• perubahan suara yaitu "hot-potato voice
• sesak napas

11
DIAGNOSA

Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
Fisik
Anamnesa

Gejala dan tanda klinis


Riwayat penyakit

12
DIAGNOSA
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
Fisik
Anamnesa

pembengkakan pada daerah parafaring, terutama di


belakang arkus posterior tonsil dan menyebabkan
berpindahnya tonsil ke depan dan medial

13
DIAGNOSA
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
Fisik
Anamnesa

• Foto rontgen
• Foto jaringan lunak AP
• CT scan
• Pemeriksaan kultur & tes resistensi

14
TATALAKSANA

Medikamentosa Pembedahan

kausal simptomatik Drainase Abses

antibiotik

15
BAB III
KASUS

16
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. C
Jenis kelamin : Laki – laki
Umur : 53 tahun
Alamat : Jalan Menteng XVI
Agama : Kristen Protestan
Ruang Rawat : Nusa Indah
Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 26 Dessember 2018
Nomor RM : 26.12.18

17
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sulit membuka mulut

Riwayat Penyakit Sekarang :


• Sulit membuka mulut sejak 1 hari SMRS, seperti rasa
kaku pada rahang  makan minum terganggu
• Nyeri menelan, nyeri tenggorok, dagu kanan terasa
bengkak 5 hari sebelumnya
• Bengkak semakin membesar, kemerahan, nyeri (+)
• Demam (+) 4 hari lalu disertai nyeri telinga
• Riwayat sakit gigi geraham kanan bawah 1 minggu lalu
• Serak, batuk pilek, sesak napas (-)

18
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Pasien mengaku sering menderita sakit gigi sebelumnya, DM (-),
hipertensi (-), asma (-)

Riwayat Pengobatan :
• Pasien sebelumnya pernah berobat ke perawat gigi, konsumsi obat
(+), pasien lupa nama obat

Riwayat Alergi : (-)

Riwayat Sosial :
• Pasien jarang membersihkan giginya dan terkadang mengorek-
ngorek giginya

19
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang


Kesadaran : Composmentis (E4V5 M6)
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 91 x / menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 37,0 derajat Celcius

20
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis
Wajah Inspeksi : Asimetris (+), kemerahan (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Mata : Visus 6/6, diplopia (-), infeksi konjungtiva (-)
Hidung : Deviasi (-), discharge (-)
Telinga : Discharge (-)
Mulut : Trismus (+) 2 jari
Sensoris : Normoestesia

21
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Telingga
• Inspeksi : Kedua daun telinga dalam batas normal
• Palpasi : Tidak ditemukan nyeri tekan dan massa
• Otoskopi : Kedua liang telinga tampak serumen minimal,
kedua membran timpani intak, cone of light (+)

22
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung luar kesan normal, deviasi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Rhinoskopi : Vestibulum nasi dextra dan sinistra tidak
Anterior hiperemis, cavum nasi dextra dan sinistra
kesan tidak menyempit, tidak tampak edema
serta hipertrofi pada konka nasi dextra
maupun sinistra, sekret minimal, fenomena
pallatum molle (+).

23
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Tenggorok
Dinding dorsal orofaring tidak hiperemis, tonsil dextra dan
sinistra tenang, tampak pembengkakan pada dinding
lateral dextra, hiperemis (+).

24
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Gigi dan Mulut

Tampak gangren radiks pada


gigi molar 3 kanan bawah yang
ditandai dengan erupsi sebagian
dan drainase pus di sekitar gigi

25
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH LENGKAP & KIMIA DARAH (26/12/2018)

• WBC : 12,62 x 103/uL*


• Hb : 15,5 g/dl*
• RBC : 5,54 x 106 /uL
• PLT : 290 x 103 /uL
• Creatinine : 1,24 mg/dL
• GDS : 101 mg/dL

26
DIAGNOSIS
• Abses Parafaring Dextra
• Gangren Radiks M3 (Kanan Bawah)

TERAPI
• Infus RL 20 tpm • Ranitidine 2 x 50 mg
• Ceftriaxone 2 x 1g • PCT infus 1000 mg
• Metronidazole 3 x 500 mg • Betadine garglez
• Ketorolac 3 x 30 mg 2 x SUE

27
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

28
BAB IV
PEMBAHASAN

29
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan sulit membuka mulut

Nyeri tenggorok & demam Kasus :


disertai keterbatasan
gerakan membuka mulut Sulit membuka mulut
Nyeri tenggorok
demam
Harus dicurigai
kemungkinan o/k abses
leher dalam Presumtif abses
leher dalam

30
PEMBAHASAN
Kasus :
• Bengkak dagu kanan, nyeri
(+) Abses leher dalam
• Riwayat sakit gigi (+)

Abses peritonsil
Terori : Abses retrofaring
• Gejala klinis berupa nyeri dan Abses parafaring
pembengkakan di ruang leher Abses submandibula
• Akibat penjalaran infeksi
berbagai sumber, ex: gigi
Pemeriksaan fisik

31
PEMBAHASAN
Kasus :
• Trismus (+)
• Pem. Tenggorok Abses leher dalam
Dinding lateral bengkak,
hiperemis, akumulasi pus (+),
tonsil & uvula tenang, dinding Abses peritonsil
posterior tidak terdapat Abses retrofaring
Abses parafaring
benjolan
Abses submandibula
• Pem. Intraoral
Gangren radiks pada M3
kanan bawah Abses Parafaring

32
PEMBAHASAN
Kasus : Teori :
• Pem. Intraoral Etiologi
Gangren radiks pada M3 1) langsung
kanan bawah 2) Proses supurasi ex: gigi
3) Penjalaran infeksi ruang
peritonsil, retrofaring,
Sumber infeksi submandibula

Pasien direncanakan
ekstraksi gigi

33
PEMBAHASAN
Kasus : Teori :
• Leukositosis sebagian besar abses
parafaring disebabkan oleh
campuran dari berbagai
Penanda infeksi bakteri, baik bakteri aerob,
anaerob, maupun fakultatif
anaerob

Tatalaksana
Antibiotik
kausatif

34
PEMBAHASAN
• Teori :
Tatalaksana kausal
• Dapat diberikan
antibiotik spektrum
luas dosis tinggi secara
Kasus :
Ceftriaxone 2 x 1 gr
parenteral sampai 48
Metronidazole 3 x 500 mg jam bebas demam
• Digunakan yang
memiliki spektrum
Ceftriaxone  antibiotik
spektrum luas terhadap bakteri gram
Metronidazole  spektrum positif, gram negatif,
kuat untuk bakteri anaerob anaerob

35
PEMBAHASAN
Kasus : Teori :
Drainase abses tidak • Fistula dapat dijadikan
dilakukan sebagai drainase, yakni
tempat keluarnya bahan-
Mengapa? bahan supuratif dari dalam
abses ke mukosa atau gingiva
• Terdapat fistula disela
• evakuasi abses harus
ganggren
dilakukan bila tidak ada
• Terdapat perbaikan post
perbaikan dengan pemberian
pemberian antibiotik
antibiotik dalam 24-48 jam
dalam 24 jam

36
PEMBAHASAN
Tindak lanjut : Teori :
Rawat jalan post 5 hari
Indikasi rawat inap
perawatan
sampai gejala dan tanda
Kasus : infeksi reda
Demam (-)
Nyeri (-)
Tanda infeksi
Bengkak reda
Pasien BLPL

Anjuran :
Menjaga kebersihan mulut

37
KESIMPULAN
• Dilaporkan pasien laki-laki Tn. C, usia 53 tahun
dengan abses parafaring
• Anamnesis  sulit membuka mulut, nyeri tenggorok,
demam, bengkak dagu kanan, riwayat sakit gigi (+)
• Pemeriksaan fisik  dinding lateral bengkak,
hiperemis, akumulasi pus (+), gangren radiks M3
• Laboratorium  Leukositosis
• Tatalaksana  kausal dan simptomatik
• Edukasi  perawatan kebersihan mulut dan gigi u/
menurunkan rekuren

38
DAFTAR PUSTAKA
1. Fachruddin, Darnila. Abses leher dalam. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI, 2007, h. 226 - 230.
2. Novialdi dan Triana, Wahyu. Abses leher dalam multipel dengan kesulitan intubasi dan komplikasi fistula
faringokutan. Padang: Bagian THT-KL FK UNAND/RSUP dr.M.Jamil, 2011, h. 1 - 7.
3. Erdogliza M, Sotirovic J, dan Grgurevic U. A severe case of parapharyngeal abscess treated as a spastic torticollis.
Dalam Medical review. Volume ketiga. Milan: 2011, h. 387-389
4. Adams, L george. Penyakit-penyakit nasofaring dan orofaring. Dalam: Adams L, Boies L, Higler P. Boies buku ajar
penyakit THT Edisi keenam. Jakarta: EGC, 1997, h 320-355
5. Probst R, Grevers G dan Iro H. Basic otorhinolaryngology a step by step learning guide. New York: Thieme, 2006, h
97-130
6. Tom, Lawrence. Disease of oral cavity, Oropharynx and Nasopharynx. Dalam: Snow J dan Ballenger J. Ballenger’s
otorhinolaryngology. Edisi enam belas. Ontario: Bedecker, 2003, h1020-1047
7. Novialdi dan Asyari, Ade. Penatalaksanaan abses mandibula dengan penyulit uremia dan infark miokardium lama.
Padang: Bagian THT-KL FK UNAND/RSUP dr.M.Jamil, 2010, h. 1 – 7.
8. Batu Maranatha L dan Reno Dwi P. Jurnal Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Parafaring. Dep/SMF Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Volume : 1 - No. 1 Terbit : 1--2008
9. Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher Jilid 1. Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.
1994. h. 295-9.
10. Sofia, L F. Studi Penggunaan Ceftriaxone dan Metronidazol pada Pasien dengan Gangren. 2016. Universitas
Muhammadiyah Malang

39
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai