Anda di halaman 1dari 23

RBD: BRONKOPNEUMONIA

Disusun oleh :
Ali Rifqi Alkaff 30101306860
Binti Maratus S 30101306896
Hana Rahmi F 30101306959

Pembimbing :
Dr. dr. Bambang Satoto, Sp.Rad(K)., M.Kes
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. A
• Umur : 69 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Status : Menikah
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Swasta
• Alamat : Karang Tengah, Demak
• No. RM : 011671xx
• Tanggal Pemeriksaan: 15 Januari 2019
ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS DAN
ALLOANAMNESIS)
Keluhan utama : sesak nafas dan demam
Riwayat Penyakit Sekarang
• Onset : sejak ± 5 hari yang lalu
• Lokasi : pada dada
• Kronologi : ± 7 hari SMRS pasien merasa badannya
tidak enak dan batuk batuk ± 5 hari SMRS pasien merasa sesak
nafas dan disertai demam.
• Kuantitas : Hilang timbul
• Kualitas : Tambah lama sesak dirasakan bertambah
berat
• Faktor memperberat : tidak ada
• Faktor memperingan : tidak ada
• Gejala penyerta : Batuk (+) Sputum (+)
RPD RPK
• Riwayat sakit seperti ini
Riwayat batu ginjal disangkal
sebelumnya (+) Riwayat hipertensi disangkal
• Riwayat darah tinggi Riwayat DM disangkal
disangkal Riwayat penyakit jantung
disangkal
• Riwayat kencing manis
disangkal
• Riwayat penyakit Riwayat Sosial
jantung disangkal Ekonomi
• Riwayat asma disangkal
Pasien bekerja sebagai
• Riwayat batuk lama pegawai swasta, tinggal
disangkal bersama istri dan anaknya.
• Riwayat alergi obat Biaya pengobatan
disangkal menggunakan BPJS.
PEMERIKSAAN FISIK

Kepala : Mesocephal, Mulut : Bibir sianosis (-),


• KU : Composmentis rambut warna hitam, bibir kering (-), mukosa
dan tidak mudah hiperemis (-), lidah
• Kesadaran: Tampak sakit deviasi (-), lidah tremor (-
ringan rontok ), lidah kotor (-) tepi
• Tekanan darah: 120/80 • Mata : Conjungtiva hiperemis (-)
mmHg
anemis (-/-), sklera •Telinga: Discharge (-/-),
• Nadi : 80 x/menit serumen (-/-)
ikterik (-/-)
• RR : 20 x/menit •Leher : Deviasi trakea (-/-),
• Suhu : 38°C
• Hidung : pembesaran KGB (-/-)
Deviasi (-/-),
discharge (-/-)
PEMERIKSAAN THORAX
• simetris kanan=kiri, retraksi sela iga (-/-), ictus cordis tampak, ketertinggalan gerak
(-/-), nafas teratur, pergerakan otot bantu pernafasan (-/-)
Inspeksi

• pergerakan dada simetris, stem fremitus kanan= kiri, nyeri tekan (-), ictus cordis
teraba, kuat angkat, danmelebar (+) ± 3 cm ke caudolateral, getaran / thrill (+)
Palpasi

• sonor hemithorax dextra et sinistra, batas jantung normal.


Perkusi

• suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki kasar (+/+), BJ I-II reguler, gallop
(-), murmur (-)
Auskultasi
PEMERIKSAAN ABDOMEN
Inspeksi: bentuk datar, warna sawo matang,
tidak terdapat sikatrik, striae dan tidak terdapat
nodul di permukaan kulit

Auskultasi: bising usus (+) normal

Perkusi: timpani seluruh regio abdomen (+),


shifting dullness (-)

Palpasi: massa (-), nyeri tekan (-), defance


muscular (-), nyeri ketok sudut kostovertebra kiri
(-), hepar/lien/ren tidak teraba besar
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Clubbing finger -/- -/-
Capillaryrefill time < 2”/ < 2” < 2”/ < 2”

PEMERIKSAAN GENITAL
Dalam batas normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pembacaan Hasil Foto thorax
Cor :
CTR tidak dapat
dinilai
Bentuk dan letak
normal
Pulmo :
Corakan
bronkovaskuler
meningkat
Tampak bercak pada
perilihar dan
perikardial kiri
KESAN
COR : BENTUK DAN LETAK
NORMAL
PULMO : CURIGA
BRONKOPNEUMONIA.
DIAFRAGMA LETAK TINGGI.
Diagnosis
Bronkopneumonia
PEMBAHASAN
ANAMNESIS TANDA TANDA VITAL & PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
• seorang pasien laki-laki
• Pada pemeriksaan foto
dengan usia 69 tahun tahun
dirawat di bangsal baitussalam
PEMERIKSAAN FISIK thorax proyeksi AP
1 dan diperiksa pada tangal 15 • TD 130/80 mmHg, suhu ditemukan gambaran
Januari 2018.
38º C, RR 20 kali/menit, peningkatan corakan
• Sejak ± 5 hari yang lalu pasien
mengeluh sesak napas disertai nadi 80 kali/menit. bronkovaskuler, bercak
demam. • kesadaran composmentis pada perihiler dan
• Sesak napas dirasakan pada
dada. • tampak sakit ringan perikardial kiri, dan
• Sebelumnya, sekitar ± 7 hari • pelebaran area ictus CTR tidak dapat dinilai
sebelum dirawat di RSI Sultan
Agung, pasien merasa tidak cordis ± 3 cm ke arah • kesan curiga
enak badan dan batuk – batuk caudolateral bronkopneumonia dan
berdahak.
• Keluhan sesak napas dirasakan • getaran / thrill (+) diafragma letak tinggi
hilang timbul dan semakin
lama dirasakan bertambah • ronki kasar pada kedua
berat dan tidak membaik lapang paru DIAGNOSIS
dengan istirahat.
• Gejala lain yaitu ditemukannya BRONKOPNEUMONIA
sputum (+)
KESIMPULAN
• Bronkopneumonia merupakan salah satu klasifikasi dari pneumonia berdasarkan predileksi
infeksi yang dapat disebabkan oleh bakteri/ virus dan sering menyerang bayi & usia lanjut

• Kuman penyebab bronkopneumonia dapat bermacam-macam, namun organisme yang paling


sering ditemukan sebagai penyebab adalah Streptococcus pneumoniae

• Diagnosis bronkopneumonia dapat ditegakkan pada temuan klinis dan pemeriksaan penunjang
radiografi seperti foto thorax, CT scan pada kasus yang lebih kompleks, USG transtorakal,
ataupun MRI apabila ada kecurigaan terhadap massa intratorakal.

• Tujuan penatalaksanaan bronkopneumonia adalah untuk menghilangkan gejala dan


menatalaksana etiologi, yakni berupa terapi suportif dan antibiotik yang sesuai.
DASAR TEORI
PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru. Kebanyakan
kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab
non infeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Penyebab non infeksi ini
meliputi aspirasi makanan dan atau asam lambung, benda asing, hidrokarbon, dan
hipersensitivitas serta pneumonitis akibat obat atau radiasi (Dicky, 2017).

Bronkopneumonia merupakan salah satu klasifikasi dari pneumonia


yang didasarkan predileksi infeksi. Dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus
dan sering terjadi pada bayi dan orangtua (PDPI, 2003).
EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia, prevalensi kejadian pneumonia pada tahun 2013 sebesar 4,5%. Pneumonia
merupakan salah satu dari 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit, dengan proporsi
kasus 53,95% laki-laki dan 46,05% perempuan. Pneumonia memiliki tingkat Case Fatality
Rate (CFR) yang tinggi, yaitu 7,6%.1 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2013, prevalensi pneumonia pada geriatri mencapai 15,5% (Sari, 2018).

Kejadian pneumonia cukup tinggi di dunia, yaitu sekitar 15%-20%. Dan pneumonia menjadi
penyebab kematian kelima pada geriatric (Sari, 2018). Insiden pneumonia komunitas
dilaporkan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Pada pasien usia ≥65 tahun yang
dirawat di rumah sakit, pneumonia merupakan diagnosis terbanyak ketiga (Sari, 2016).
ETIOLOGI
Streptococcus pneumonia diidentifikasi hingga 58% dari kasus.

Haemophilus influenza yang menyumbang hingga 14%

Moraxella catarrhalis dan staphylococcus aureus yang sensitif terhadap


metisilin sekitar

Organisme gram negatif yang bertanggung jawab untuk kasus


pneumonia yang didapat di rumah sakit (HAP) daripada CAP
(pseudomonas aeruginosa, burkholderia cepacia complex, klebsiella
pneumonia, dan Escherichia coli )
PATOFISIOLOGI

1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa
Berdasarkan 2. Berdasarkan
3. Berdasarkan
klinis dan bakteri
predileksi infeksi
epidemiologis : penyebab

a. Pneumonia
a. Pneumonia
a. Pneumonia lobaris. Sering pada
bakterial / tipikal.
komuniti (community- pneumania bakterial,
Dapat terjadi pada
acquired pneumonia) jarang pada bayi dan
semua usia.
orang tua.

b. Pneumonia b. Pneumonia atipikal, b.


nosokomial (hospital- disebabkan Bronkopneumonia.
acqiured pneumonia / Mycoplasma, Ditandai dengan
nosocomial Legionella dan bercak-bercak infiltrat
pneumonia) Chlamydia pada lapangan paru

c. Pneumonia
c. Pneumonia aspirasi c. Pneumonia virus interstisial (PDPI,
2003).

d. Pneumonia pada d. Pneumonia jamur KLASIFIKASI PNEUMONIA


penderita sering merupakan
Immunocompromised infeksi sekunder.
Manifestasi Klinis
•Demam
• Menggigil
•Suhu tubuh meningkat dapat melebihi 400C
•Batuk dengan dahak mukoid atau purulen
kadang-kadang disertai darah,
•Sesak napas dan nyeri dada (PDPI, 2003).

Gejala dan tanda pneumonia yang khas sering


tidak didapatkan pada pasien usia lanjut.
Diagnosis Radiologi
CT Scan

Gambaran tree-in-bud
USG Transtorakal MRI

Banyak pasien yang lebih


tua memiliki kontraindikasi
untuk MRI seperti alat
pacu jantung atau bahan
bedah feromagnetik yang
lebih tua
Penatalaksanaan
Pasien tua dengan pneumonia Selain antibiotik, lansia dengan
Antibiotik

Non antibiotik
sangat disarankan untuk segera kondisi kritis dengan pneumonia
menerima pengobatan antibiotik direkomendasikan untuk
agresif.
menerima kortikosteroid
sistemik, protein C rekombinan
Antibiotik yang direkomendasikan teraktivasi. Selain kortikosteroid,
termasuk fluoroquinolone (seperti beberapa agen
moxifloxacin dan levofloxacin) yang imunomodulator (seperti statin
diberikan sendiri, atau B-laktam dan ACEI) dapat secara positif
(ertapenem, sefalosporin generasi
mempengaruhi hasil
ketiga, atau ampisilin dengan
sulbaktam) bersama dengan pneumonia.
makrolida, diberikan bersama-sama
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai