Anda di halaman 1dari 82

Kuliah Kerja Nyata

Desa Parakanmanggu Kecamatan Parigi


Kabupaten Pangandaran.

Program Studi S1 Farmasi


STIKes Bhakti Tunas Husada Tasikmalaya
 Definisi
Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang terhadap suatu antigen, sehingga
bila kelak ia terpajan pada antigen yang
serupa, tidak terjadi penyakit

 Tujuan
Mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang dan menghilangkan
penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia
 Macam kekebalan : (cara timbul)
1.Aktif
-Dibuat oleh tubuh sendiri akibat
terpajan pada antigen, mis: imunisasi
aktif, terpajan secara alamiah.
-Berlangsung lama ok memori imunologi
2.Pasif
-Diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat
individu itu sendiri, mis: kekebalan
janin yang diperoleh dari ibu, imunisasi
pasif.
-Tidak berlangsung lama
1. PRIMER
Terjadi pada pajanan pertama kalinya
dengan antigen
Terbentuk antibodi Ig M

2. SEKUNDER
Terjadi setelah terpajan ulang dengan
antigen yang sama
Terbentuk antibodi Ig G
 Status imun penjamu
 Faktor genetik penjamu
 Kualitas dan kuantitas vaksin
Cara pemberian
dosis pemberian
frekuensi pemberian
ajuvan yang digunakan
jenis vaksin : vaksin hidup
 Definisi: pemberian antigen pada inang
untuk menginduksi pembentukan
antibodi dan imunitas seluler.

 Tujuan: menginduksi perlindungan


terhadap berbagai bahan infeksius
 Bahan: materi yang diinaktivasi (mati)
atau bahan hidup yang dilemahkan
 Lebih disukai karena:
a. kadar antibodi tinggi dipertahankan
dalam jangka lebih lama
b. frekuensi pemberian lebih jarang
c. secara beriringan membentuk
imunitas seluler
 Definisi: pemindahan imunitas pada
inang menggunakan produk imunologis
yang sudah terbentuk

 Tujuan: memberikan perlindungan


terhadap antigen

 Bahan: Imunoglobulin
 Sasaran :
• Individu yang tidak mampu membentuk
antibodi (agammaglobulinemia
kongenital)
• Pencegahan penyakit ketika waktu tidak
memungkinkan imunisasi aktif (misal: pasca
paparan)
• Terapi penyakit tertentu yang secara
normal dicegah dengan imunisasi (misal:
tetanus)
• Terapi dalam kondisi imunisasi aktif tidak
tersedia atau tidak dapat dilaksanakan
(misal: tergigit ular)
1. Vaksin Hidup Attenuated
bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
dengan cara pembiakan berulang-ulang
harus dpt berkembang biak  respon imun
respon imun = infeksi alamiah
bersifat labil, rusak oleh panas & cahaya
contoh: campak, mumps, rubela, polio
(virus)
BCG, demam tifoid oral (bakteri)
2. Vaksin Inactivated
bakteri, virus/ komponennya yg dibuat
tidak aktif dgn pemanasan atau bahan
kimia
tidak dapat replikasi seluruh dosis ag
tidak dapat menyebabkan penyakit
tidak dipengaruhi oleh ab yg beredar
selalu membutuhkan dosis ganda
sedikit atau tidak menimbulkan respon
seluler
contoh: difteri, tetanus (toksoid)
haemophilus
 Sebelum melakukan imunisasi
• memberitahu risiko vaksinasi dan tdk
imunisasi
• persiapan bila terjadi reaksi ikutan
• baca dgn teliti informasi produk
• tinjau apakah ada kontraindikasi
• periksa pasien dan beri antipiretik bila
perlu
• periksa kondisi vaksin (warna, kadaluarsa)
• pemberian sesuai jadwal
• berikan vaksin dengan tehnik yang benar
 Setelah pemberian imunisasi
• berilah petunjuk kpd pengasuh/ortu apa
yg harus dikerjakan dalam kejadian
reaksi biasa atau reaksi ikutan yang lebih
berat
• catat imunisasi dalam rekam medis
• laporkan hasil imunisasi ke Dinkes
• periksa status imunisasi keluarga yg lain
 Aturan umum: sebagian besar
harus didinginkan pada suhu 2-8o C
DPT, Hib, hepatitis B, hepatitis A (tdk beku)
OPV, Yellow fever (dapat dalam kead.
beku)

Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan
Dengan pelarut khusus
Digunakan dalam periode waktu tertentu, mis
vaksin campak yg telah diencerkan cepat
berubah warna pada suhu kamar.
Tempat suntikan harus dibersiihkan (antiseptik)

Pemberian suntikan
Sebagian besar secara IM atau SK dalam
kecuali OPV per oral dan BCG scr intradermal
Petugas harus menguasai teknik dasar
 Pernah mengalami kejadian ikutan yg
berat
 Alergi terhadap bahan dalam vaksin
 Sedang terapi steroid, radioterapi/kemotx
 Menderita sakit yg menurunkan imunitas
 Tinggal serumah dg org lain yg imunitasnya
turun atau dalm terapi yg menurunkan
imun
 Bulan lalu mendapat vaksin virus hidup
(campak, poliomielitis, rubela)
 Pada 3 bln lalu mendpt imunoglobulin/
 Mengurangi ketidaknyamanan pasca
imunisasi
 Dosis 15 mg/kgbb kepada bayi/anak, 3-4
X/hr

Reaksi KIPI
 Reaksi lokal di tempat suntikan atau reaksi
umum
 Derajat ringan selama 1-2 hari
 Lokal: kemerahan, gatal, nyeri kompres
hangat teraba benjolan kecil agak keras
beberapa minggu atau lebih tidak perlu
 BCG
• 2-6 mgg dapat timbul papulasemakin
besar
 ulserasi selama 2-4 bln sembuh
perlahan dgn menimbulkan jaringan parut.
• Bila ulkus keluar cairan kompres antiseptik
• Bila cairan tambah banyak, koreng semakin
besar ditambah pembesaran kelenjar
regional (aksila) dibawa ke dokter
 Hepatitis B
jarang terjadi, demam yg agak tinggi
lokal seperti pada umumnya
(sementara)

 DPT
demam tinggi, rewel
lokal seperti pada umumnya

 DT
lokal seperti pada umumnya
 Polio oral
sangat jarang terjadi reaksi KIPI

 Campak dan MMR


 lokal: rasa tidak nyaman
 5-12 hr setelah imunisasi dapat timbul :
demam tidak tinggi atau erupsi kulit halus
yg
berlangsung kurang dari 48 jam
 3 mgg pasca imunisasi dapat timbul:
pembengkakan KGB di belakang telinga
 BCG adlh vaksin hidup dari M. bovis yang
dibiakkan berulang selama 1-3 tahun basil
yg tidak virulen tapi masih punya
imunogenitas
 Menimbulkan sensitivitas terhdp tuberkulin
 Vaksin BCG Biofarma Bandung
 Tidak mencegah infeksi TB tapi mengurangi
risiko TB berat seperti meningitis TB, TB milier
 Efek proteksi 8-12 mgg pasca imunisasi,
bervariasi antara 0-80% tergantung vaksin,
lingkungan dengan M.atipik dan faktor
penjamu (umur, gizi dll)
 Diberikan scr intradermal 0,10 ml (anak)
0,05 ml (bayi baru lahir)
 Sebaiknya pada deltoid kanan (bila ada
limfadenitis (aksila) lebih mudah terdeteksi.
 Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar
matahari,
harus disimpan pada 2-8o C, tidak boleh
beku,
yang telah diencerkan hrs dibuang dlm 8 jam.
 Diberikan pada umur kurang atau tepat 2
bulan.
 Sebaiknya diberikan pada anak dengan uji
Mantoux (tuberkulin) negatif.
 Penyuntikan BCG yang benar menimbulkan
ulkus lokal yg superfisial. Ulkus yg biasanya
tertutup krusta  sembuh dlm 2-3 bln 
meninggalkan parut bulat dgn diameter 4-8
mm.
 Apabila dosis terlalu tinggi ulkus yang timbul
lebih besar, namun apabila penyuntikan
terlalu dalam parut yg terjadi tertarik ke
dalam

Limfadenitis supuratif kadang dijumpai (aksila/


leher) sembuh sendiri.
 Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
 Sedang menderita HIV, imunokompromise
 Anak menderita gizi buruk
 Sedang menderita demam tinggi
 Menderita infeksi kulit yang luas
 Pernah sakit tuberkulosis
 Kehamilan
 BCG diberikan pada bayi <= 2 bulan
 Pada bayi yg kontak erat dgn px TB dg
BTA(+3) sebaiknya diberikan INH profilaksis
dulu, kalau kontaknya sudah tenang dapat
diberi BCG
 BCG jangan diberikan pada bayi atau
anak dengan imunodefisiensi, mis HIV, gizi
buruk dan lain-lain
 Imunisasi Pasif
 Pemberian imunoglobulin
(sebelum/sesudah)
Misal: IG/ISG (Immune Serum Globulin)
atau
HBIG (Hepatitis B Immune Globulin)

 Indikasi utama:
-Paparan darah yg mgandung HbsAg
-Paparan seksual dgn pengidap HbsAg (+)
 Dosis:
• Kecelakaan jarum suntik: 0,06ml/kg,maks 5
ml, IM, harus diberikan dlm jangka 24 jam,
diulang 1 bulan kemudian.

• Paparan seksual: dosis tunggal 0,06 ml/kg,


IM, harus diberikan dalam jangka waktu 2
mgg, maks 5 ml.

• Paparan perinatal: 0,5 ml IM


 Pemberian partikel HbsAg yang tidak infeksius

 3 jenis :
-Berasal dari plasma
-Dibuat dengan tehnik rekombinan
(rek.genetik)
-Polipeptida
 Vaksin yang beredar beserta dosis:
• Hevac-B (Aventis Pasteur), dws 5 ug,
anak 2,5 ug, pada ibu HbeAg (+) dosis 2 X
• Hepaccine (Cheil Sugar), dws: 3 ug,
anak 1,5 ug.
• B-Hepavac II (MSD), dws: 10 ug, anak 5 ug.
• Hepa-B (Korean green Cross), dws; 20 ug,
anak 10 ug.
• Engerix-B (GSK), dws 20 ug, anak 10 ug.

Penyuntikan scr IM pada deltoid/paha


anterolat
 Vaksinasi awal (primer) 3 X
 Jarak antara suntikan I dan ke II 1-2 bln,
suntikan ke III diberikan 6 bln dari yang ke
I.
 Pemberian booster 5 tahun kemudian
masih belum ada kesepakatan.
 Pemeriksaan Anti-HBs pasca imunisasi
setelah 3 bulan dari suntikan terakhir
 Skrining pravaksinasi (pada praktek
swasta perorangan)
 Umumnya ringan, nyeri, bengkak, panas
mual, nyeri sendi & otot

Kontra Indikasi
Belum ada, terkecuali ibu hamil

Tanggap kebal rendah dapat ok:


Usia tua, pemberian di bokong, anak gemuk,
pasien hemodialisis/ transplantasi, obat
imunosupresif, lekemia/ keganasan, DM tipe I,
HIV, peminum alkohol.
 Toksoid Difteria, vaksin aseluler, toksoid
tetanus
 Kadar antibodi protektif setelah DTP 3
kali mencapai 0,01 IU atau lebih
 Reaksi lokal: merah, bengkak, nyeri
Reaksi umum: demam ringan, jarang
hiperpireksia, kejang.
 DPT dasar diberikan 3X sejak umur 2 bln dg
interval 4-6 mgg, ulangan (DPT 4) diberikan
1 thn setelah DPT3.

 DPT 5 pada umur 5-7 tahun

 DPT 6 pada umur 12 tahun

 Dosis DPT/DT 0,5 ml, IM baik untuk imunisasi


dasar dan ulangan.
 Virus hidup tetapi sudah dilemahkan.
 Virus polio tipe 1, 2, 3
 Digunakan scr rutin sjk bayi lahir dg dosis 2
tts per oral.
 Virus ini menempatkan diri di usus dan
memacu pembentukan antibodi dlm
darah, maupun epitel usus sebagai
pertahanan lokal.
 Penerima vaksin terlindungi setelah dosis
tunggal pertama, tiga dosis berikutnya
memberikan imunitas jangka lama (3 tipe)
 harus disimpan tertutup pada suhu 2-8o
C
 Vaksin sangat stabil, akan kehilangan
potensi bila dibuka krn perubahan PH
setelah terpapar dengan udara.
 Dapat disimpan pada 20o C. Dicairkan
dg cara ditempatkan antara dua
telapak tgn, dijaga agar tidak berubah
warna (merah muda-oranye muda) sbg
indikator PH
 Imunisasi dasar (polio 0, 1, 2, 3) diberikan
2 tetes per oral dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu.

 Polio 0 diberikan saat bayi baru pulang


dari rumah sakit.

 Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun


setelah polio 4, selanjutnya saat 5-6
tahun
 KIPI
dapat berupa pusing, diare ringan, sakit
otot, jarang sekali poliomielitis (tapi tetap
waspada)

 Indikasi kontra
Penyakit akut/demam > 38,5oC, muntah/
diare
Terapi KS, imunosupresif, radiasi, keganasan
ibu hamil < 4 bln, bersama vaksin tifoid oral,

Pada penderita imunosupresi beri IPV


 2 Jenis :
- virus hidup dan dilemahkan
- virus yang dimatikan

 Reaksi KIPI :
Biasanya terjadi pada imunisasi ulangan.
Dapat berupa demam >39,5 oC pada hari ke
5-6 berlangsung 2 hari.
Ruam pada hari ke 7-10, berlangsung 2-4 hari
 Campak diberikan pada umur 9 bln, dgn
dosis 0,5 ml SK dalam/ IM. Diulang usia 5-7
tahun.
 Diulang juga, bila:
-imunisasinya pada usia < 1 thn
-terjadi KLB (diberikan pada SD, SMP, SMA)
-imunisasinya vaksin inaktif, imunoglobulin
-catatan imunisasi tidak ada

Kontra indikasi: demam tinggi, tx imunosupresi,


hamil, alergi, tx imunoglobulin
 Haemophilus Influenzae tipe b
 Measles, Mumps, Rubella (MMR)
 Varisela
 Demam tifoid
 Hepatitis A
 Influenza
 Pneumokokos
 Salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar
 Banyak wanita harus menentukan
pilihan kontrasepsi yang sulit
 Pendapat suami mengenai KB cukup
kuat pengaruhnya untuk menentukan
penggunaan metode KB oleh istri.
 Faktor budaya, agama
 kontrasepsi sederhana
 kontrasepsi modern (metode efektif).
Kontra : mencegah atau melawan
Konsepsi : pertemuan antara sel telur yang
matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi : menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sel sperma tersebut.
 Kontrasepsi tanpa alat
dilakukan dengan LAM, senggama
terputus dan pantang berkala.
 Kontrasepsi dengan alat/obat.
dilakukan dengan menggunakan
kondom, diafragma atau cup, cream,
jelly, atau tablet berbusa (vaginal
tablet).
 Cara KB melalui menyusui eksklusif (menyusui bayi
dari 0 s/d 4 bulan tanpa makanan tambahan).
 Seorang wanita menyusui dikatakan
menggunakan metoda LAM, bila:
Menyusui secara penuh atau bayinya tidak
mendapat makanan tambahan, ibu sering
memberikan ASI, siang dan malam;
Belum mendapat haid;
Bayinya belum berumur 6 bulan.
Wanita sebaiknya sudah merencanakan
penggunaan cara KB lain, bila tidak
menggunakan LAM.
 Kontrasepsi yang paling tua. Senggama
dilakukan sebagaimana biasa, tetapi
pada puncak senggama, alat kemaluan
pria dikeluarkan dari liang vagina dan
sperma dikeluarkan di luar. Cara ini tidak
dianjurkan karena sering gagal, karena
suami belum tentu tahu kapan
spermanya keluar.
 Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan
senggama pada saat istri dalam masa
subur. Cara ini kurang dianjurkan karena
sukar dilaksanakan dan membutuhkan
waktu lama untuk ‘puasa’. Selain itu,
kadang juga istri kurang terampil dalam
menghitung siklus haidnya setiap bulan.
 Kondom kantung karet tipis, biasanya terbuat dari
lateks, tidak berpori, dipakai untuk menutupi zakar
yang berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke
dalam liang vagina.
 Kelebihan : mudah diperoleh di apotek, toko obat,
atau supermarket dengan harga yang terjangkau
dan mudah dibawa kemana-mana, semua orang
bisa memakai tanpa mengalami efek sampingan.
Kondom tersedia dalam berbagai bentuk dan
aroma, serta tidak berserakan dan mudah
dibuang. Sedangkan diafragma adalah kondom
yang digunakan pada wanita, namun
kenyataannya kurang populer di masyarakat.
 Semua kontrasepsi tersebut masing-
masing dimasukkan ke dalam liang
vagina 10 menit sebelum melakukan
senggama, yaitu untuk menghambat
geraknya sel sperma atau dapat juga
membunuhnya.
 Kurang populer di masyarakat dan
biasanya mengalami keluhan rasa
panas pada vagina dan terlalu banyak
cairan sehingga pria kurang puas.
 Kontrasepsi tidak permanen
dilakukan dengan pil, AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim), suntikan, dan
norplant.
 Kontrasepsi permanen
dilakukan dengan metode mantap,
yaitu dengan operasi tubektomi
(sterilisasi pada wanita) vasektomi
(sterilisasi pada pria).
 Pil Kombinasi
 Mini pil atau Pil Tunggal
 Tiap pil mengandung dua hormon
sintetis, yaitu hormon estrogen dan
progestin. Pil gabungan mengambil
manfaat dari cara kerja kedua hormon
yang mencegah kehamilan, dan hampir
100% efektif bila diminum secara teratur.
 Pil tunggal : mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis
dan memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama dengan
mengubah mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada
leher rahim) sehingga mempersulit pengangkutan sperma.
Selain itu, juga mengubah lingkungan endometrium (lapisan
dalam rahim) sehingga menghambat perletakan telur yang
telah dibuahi.
 Kontra indikasi : wanita menderita hepatitis, radang
pembuluh darah, kanker payudara atau kanker kandungan,
hipertensi, gangguan jantung, varises, perdarahan abnormal
melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok
(struma), penderita sesak napas, eksim, dan migraine (sakit
kepala yang berat pada sebelah kepala).
 Efek Samping : perdarahan di luar haid, rasa mual, bercak
hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit jamur pada
liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan
berat badan.
 Prinsip pemasangan AKDR adalah
menempatkan setinggi mungkin dalam
rongga rahim (cavum uteri). Saat
pemasangan yang paling baik ialah pada
waktu mulut peranakan masih terbuka dan
rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40
hari setelah bersalin dan pada akhir haid.
 Pemasangan AKDR dapat dilakukan oleh
dokter atau bidan yang telah dilatih secara
khusus. Pemeriksaan secara berkala harus
dilakukan setelah pemasangan satu
minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan
berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya
dilakukan setiap enam bulan sekali.
 Copper-T AKDR berbentuk T, terbuat dari
bahan polyethelen di mana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat
tembaga halus. Lilitan kawat tembaga
halus ini mempunyai efek antifertilisasi
(anti pembuahan) yang cukup baik
 Primary mechanism is
prevention of fertilization
› Reduce motility and viability
of sperm
› Inhibit development of ova
 Inhibition of implantation is
a secondary mechanism
Copper-7 AKDR ini
berbentuk angka 7
dengan maksud untuk
memudahkan
pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran
diameter batang
vertikal 32 mm dan
ditambahkan
gulungan kawat
tembaga (Cu) yang
mempunyai luas
permukaan 200 mm2,
fungsinya sama seperti
halnya lilitan tembaga
halus pada jenis
Coper-T.
 Multi Load AKDR ini terbuat dari dari plastik
(polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel.
Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6
cm. Batangnya diberi gulungan kawat
tembaga dengan luas permukaan 250
mm2 atau 375 mm2 untuk menambah
efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu
standar, small (kecil), dan mini.
LNG IUD
 20 mcg
levonorgestrel/day
 Approved for 5
years’ use

Copper T 380A IUD


 Copper ions
 Approved for 10
years’ use
Lippes Loop AKDR ini terbuat
dari bahan polyethelene,
bentuknya seperti spiral atau
huruf S bersambung. Untuk
meudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya. Lippes
Loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya. Tipe
A berukuran 25 mm (benang
biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang
hitam), tipe C berukuran 30
mm (benang kuning), dan 30
mm (tebal, benang putih)
untuk tipe D. Lippes Loop
mempunyai angka kegagalan
yang rendah. Keuntungan lain
dari pemakaian spiral jenis ini
ialah bila terjadi perforasi
jarang menyebabkan luka
atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan
plastik.
 Belum pernah melahirkan, Adanya perkiraan hamil
 Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti:
perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan,
perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
 Keluhan-keluhan pemakai AKDR terjadinya sedikit
perdarahan, bisa juga disertai dengan mules yang
biasanya hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika
perdarahan berlangsung terus-menerus dalam
jumlah banyak, pemakaian AKDR harus dihentikan.
Gangguan haid,. Kemungkinan kejang rahim
(uterine cramp), serta rasa tidak enak pada perut
bagian bawah. Hal ini karena terjadi kontraksi
rahim sebagai reaksi terhadap AKDR yang
merupakan benda asing dalam rahim. Dengan
pemberian obat analgetik keluhan ini akan segera
teratasi. Keputihan dan infeksi juga dapat timbul
selama pemakaian AKDR.
 Ekspulsi Selain keluhan-keluhan di atas, ekspulsi juga sering
dialami pemakai AKDR, yaitu AKDR keluar dari rahim. Hal ini
biasanya terjadi pada waktu haid, disebabkan ukuran AKDR
yang terlalu kecil. Ekspulsi ini juga dipengaruhi oleh jenis
bahan yang dipakai. Makin elastis sifatnya makin besar
kemungkinan terjadinya ekspulsi. Sedangkan jika permukaan
AKDR yang bersentuhan dengan rahim (cavum uteri) cukup
besar, kemungkinan terjadinya ekspulsi kecil.
Lama Pemakaian AKDR Sampai berapa lama AKDR dapat
dipakai? Hal ini sering menjadi pertanyaan. Sebenarnya,
AKDR ini dapat terus dipakai selama pemakai merasa cocok
dan tidak ada keluhan. Untuk AKDR yang mengandung
tembaga, hanya mampu berfungsi selama 2--5 tahun,
tergantung daya dan luas permukaan tembaganya. Setelah
itu harus diganti dengan yang baru.
 Pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini berisi
Depo Medorxi Progesterone Acetate (DMPA). Penyuntikan
dilakukan pada otot (intra muskuler) di bokong (gluteus) yang
dalam atau pada pangkal lengan (deltoid).
Cara pemakaian Cara ini baik untuk wanita yang menyusui dan
dipakai segera setelah melahirkan. Suntikan pertama dapat
diberikan dalam waktu empat minggu setelah melahirkan. Suntikan
kedua diberikan setiap satu bulan atau tiga bulan berikutnya.
Kontra indikasi Kontrasepsi suntikan tidak diperbolehkan untuk
wanita yang menderita penyakit jantung, hipertensi, hepatitis,
kencing manis, paru-paru, dan kelainan darah.
Efek samping kontrasepsi suntikan
Tidak datang haid (amenorrhoe)
Perdarahan yang mengganggu
Lain-lain: sakit kepala, mual, muntah, rambut rontok, jerawat,
kenaikan berat badan, hiperpigmentasi.
 Alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa digunakan untuk jangka waktu 5
tahun, Alat tersebut terdiri dari enam kapsul lentur seukuran korek api yang
terbuat dari bahan karet silastik. Masing-masing kapsul mengandung
progestin levonogestrel sintetis yang juga terkandung dalam beberapa jenis
pil KB. Hormon ini lepas secara perlahan-lahan melalui dinding kapsul
sampai kapsul diambil dari lengan pemakai. Kapsul-kapsul ini bisa terasa
dan kadangkala terlihat seperti benjolan atau garis-garis. ( The Boston’s Book
Collective, The Our Bodies, Ourselves, 1992)
 Norplant sama artinya dengan implant. Norplant adalah satu-satunya merek
implant yang saat ini beredar di Indonesia. Oleh karena itu, sering juga
digunakan untuk menyebut implant. Di beberapa daerah, implant biasa
disebut dengan susuk.
Indonesia merupakan negara pemula dalam penerimaan norplant yang
dimulai pada 1987. Sebagai negara pelopor, Indonesia belum mempunyai
referensi mengenai efek samping dan permasalahan yang muncul sebagai
akibat pemakaian norplant. Pada 1993, pemakai norplant di Indonesia
tercatat sejumlah 800.000 orang.
 Efektivitas norplant Efektivitas norplant cukup tinggi. Tingkat kehamilan yang
ditimbulkan pada tahun pertama adalah 0,2%, pada tahun kedua 0,5%,
pada tahun ketiga 1,2%, dan 1,6% pada tahun keempat. Secara
keseluruhan, tingkat kehamilan yang mungkin ditimbulkan dalam jangka
waktu lima tahun pemakaian adalah 3,9 persen. Wanita dengan berat
badan lebih dari 75 kilogram mempunyai risiko kegagalan yang lebih tinggi
sejak tahun ketiga pemakaian (5,1 persen).
 Kontraindikasi mereka yang menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi,
tekanan darah tinggi, migrain, epilepsi, benjolan pada payudara, depresi
mental, kencing batu, penyakit jantung, atau ginjal. (The Boston Women’s
Book Collective, 1992)
 Pemasangan norplant Pemasangan norplant biasanya
dilakukan di bagian atas (bawah kulit) pada lengan kiri
wanita (lengan kanan bagi yang kidal), agar tidak
mengganggu kegiatan. Norplant dapat dipasang pada
waktu menstruasi atau setelah melahirkan oleh dokter atau
bidan yang terlatih. Sebelum pemasangan dilakukan
pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu dan juga disuntik
untuk mencegah rasa sakit. Luka bekas pemasangan harus
dijaga agar tetap bersih, kering, dan tidak boleh kena air
selama 5 hari. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter
seminggu setelah pemasangan. Setelah itu, setahun sekali
selama pemakaian dan setelah 5 tahun norplant harus
diambil/dilepas.
 Kelebihan norplant : masa pakainya cukup lama, tidak
terpengaruh faktor lupa sebagaimana kontrasepsi pil/suntik,
dan tidak mengganggu kelancaran air susu ibu. Sedangkan
kekurangannya adalah bahwa pemasangan hanya bisa
dilakukan oleh dokter atau bidan yang terlatih dan kadang-
kadang menimbulkan efek samping, misalnya spotting atau
menstruasi yang tidak teratur. Selain itu, kadang-kadang juga
 Vaksin ini menyebabkan antibodi
berinteraksi dengan human chrrionic
gonadotropin (HCG), suatu hormon
yang memelihara kehamilan. Tanpa
HCG, lapisan uterus lepas dengan
membawa telur yang sudah dibuahi
sehingga terjadi menstruasi.
 Dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat, sebaiknya calon
akseptor diberi penjelasan tentang keuntungan dan
kerugian masing-masing alat kontrasepsi, sehingga
diharapkan dapat memperkecil terjadi kehamilan serta
mengurangi efek samping dari alat kontrasepsi tersebut.

 Penelitian yang didasarkan pada hasil mengenai manfaat


dan kepercayaan akseptor yang berkaitan dengan
seksualitas serta penggunaan kontrasepsi, harus dilakukan
terlebih dahulu sebelum suatu metode kontrasepsi
dipasarkan dan dianggap sebagai pilihan tambahan.
Untuk peningkatan dan perluasan pelayanannya, keluarga
berencana dapat dimasukkan ke dalam pelayanan
kesehatan reproduksi serta pelayanan kesehatan primer
yang lain agar tanggap terhadap seluruh kebutuhan
kesehatan reproduksi wanita. Di dalam suatu program yang
terintegrasi, harus terdapat metode kontrasepsi yang dapat
diterima, aman, dan efektif serta dapat dipakai wanita pada
berbagai tahap kehidupan reproduksi. Metode kontrasepsi
juga harus dapat diterima secara seksual maupun sosial
tanpa adanya pengaruh negatif terhadap kesehatan dan
kesejahteraan secara umum.
1. Apa itu MOW?
Kontrasepsi permanen wanita utk
mereka yg tdk menginginkan anak lagi

Bagaimana cara kerjanya?


Menghambat perjalanan sel telur
wanita, shg tdk dpt dibuahi sel
sperma.
Tingkat keberhasilannya?
>99% sangat efektif

Keuntungannya?
 Efektifitas langsung setelah sterilisasi
 Permanen
 Tdk ada efek samping jangka panjang
 Tdk menggangu hub. seksual
Kerugiannya?
 Resiko & efek samping bedah tetap ada

Kontra Indikasi?
 Penyakit jantung
 Penyakit paru-paru
 Turunnya rongga dada (Hernia Diagfragmatika)
 Turunnya tali pusar (Hernia Umbilikalis)
 Radang akut selaput perut (Peritonitis Akut)
Tempat pelayanannya?
 Rumah sakit
 PKM atau KKB yg memiliki tenaga
terlatih utk melakukan Tubektomi

Kunjungan ulang:
 Jika ada keluhan/ masalah, kembali ke
Klinik
Apa itu MOP?
Kontrasepsi permanen laki-laki utk
mereka yg tdk menginginkan anak
lagi.

Cara kerjanya?
Menghalangi transport (jalannya)
spermatozoa (sel sperma), shg tdk
dpt membuahi sel telur
Tingkat keberhasilan (Efektifitas)?
>99 % sangat efektif

Keuntungannya?
 Tdk ada kematian (mortalitas)
 Komplikasi lain (morbiditas) kecil sekali
 Pasien tdk perlu dirawat di RS
 Tdk menggangu hub. seksual
 Sifatnya permanen & tdk ada resiko kes.
 Tdk hrs diingat-ingat, tdk hrs selalu ada
persediaan
Kerugiannya?
 Hrs dengan tindakan
pembedahan
 Hrs memakai kontrasepsi lain
(kondom) selama
beberapa hari sampai sel mani
menjadi negatif
 Tdk dpt dilakukan pada orang yg
ingin punya anak lagi
Kontra Indikasi/ yg tdk boleh menggunakannya?
 Peradangan kulit atau jamur di daerah
kemaluan
 Peradangan pd alat kelamin pria
 Penyakit kencing manis
 Kelainan mekanisme pembekuan darah
Efek/ akibat sampingnya?
 Timbul rasa nyeri
 Abses pd bekas luka
 Pembengkakan kantung biji zakar
karena pendarahan (Hematoma)
Catatan:
Tubektomi (MOW) dan Vasektomi
(MOP) dlm pelaksanaannya hrs
mendapatkan izin dari pasangan,
keduanya menandatangani surat
persetujuan untuk tindakan
kontrasepsi mantap

Anda mungkin juga menyukai