Anda di halaman 1dari 15

Molluscum Contagiosum Treated with Dilute Povidone-Iodine: A

Series of Cases

DI SUSUN OLEH:
RAHMAT ABDUL HARIS (18360125)
SALMA SANNA KUSWARA (18360144)
DINI MARDIANA USMAN (18360058)
IKA APITA LUKITA SARI (18360006)
REVYNA N. SIREGAR (213210159)

PEMBIMBING:
dr. SRI NAITA PURBA, Sp.KK
2

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Molluscum Contagiosum (MC) adalah infeksi virus jinak yang umumnya menyerang
anak-anak. Hal ini ditandai dengan papul halus berbentuk kubah, mengkilat dan
pada permukaannya terdapat lekukan (dell) berisi massa yang mengandung badan
molluscum.

EPIDEMIOLOGI
 MC jarang terjadi pada usia <1 tahun, sekitar 80% pasien berusia <8 tahun, dengan
distribusi jenis kelamin yang sama.
Studi kunjungan pasien di AS → infeksi virus MC meningkat 11 kali lipat selama dua
dekde, tampaknya sejajar dengan peningkatan PMS, pada anak-anak <5% dan
lokasinya bervariasi.
Di Belanda → kejadian MC pada anak berusia 15 tahun sebanyak 17%
Di Irak pada tahun 1989 → kejadian MC 0,2% pada anak-anak
Pada pasien AIDS → insiden MC 30%
ETIOLOGI
Molluscum contagiosum disebabkan oleh virus Molluscum yang
merupakan bagian dari family Poxviridae subgenus Molluscipox virus.

CARA PENULARAN
MC ditularkan melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau
benda yang terkontaminasi seperti spons, handuk, kolam renang dan
pemandian umum. Virus MC menginfeksi kulit, jarang menginfeksi
mukosa.

PATOFISIOLOGI
Virus MC bereplikasi di dalam sitoplasma sel-sel epitel, infeksi virus MC
menyebabkan hiperplasia dan hipertrofi epidermis dan terbentuklah papul
halus berbentuk kubah, mengkilat dan pada permukaannya terdapat
lekukan (dell) . Jika dipijat akan keluar massa yang berwarna putih di pusat
lesi.
GEJALA KLINIS
MC terdapat pada daerah wajah, leher,
ketiak, badan dan ekstremitas. Pada pasien
imunokompremais (HIV/AIDS) lesi
molluscum menjadi cepat tumbuh,
berjumlah sampai ratusan, dengan ukuran
besar dan tersebar.
MC sering muncul dengan papul berbentuk
bulat seperti kubah, mengkilat seperti
mutiara dengan diameter rata-rata 3-5 mm,
kadang-kadang mencapai ukuran hingga 3
cm “giant molluscum". Ketika papul
membesar, kemudian ditengahnya terdapat
lekukan (delle) jika dipijat akan tampak
keluar massa yang berwarna putih mirip
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan PCR → didaerah epidermis dapat ditemukan
badan molluscum (intracytoplasmic inclusion body) yang
mengandung partikel virus. Badan inklusi tersebut
dinamakan Handerson-Paterson Bodies.
Pulasan gram, Wright, atau Giemsa → melihat badan
molluscum
Diagnosis MC → larutan KOH 10% yang ditambahkan inti
MC, dalam beberapa menit akan terlihat badan
Henderson Paterson Bodies yang bergerombol, bundar
atau berbentuk lonjong.
PENATALAKSANAAN
Bedah → kuret, eviserasi, cryosurgery
Tropical → cantharidin 0,7/0,9 %, podophilin resin 10 %
hingga 25 %, imiquimod 5 % cream, krim oksida nitrat, kalium
hidroksida (KOH) 5/10/20%.
Kalium hidroksida (KOH) adalah basa kuat dan bersifat
korosif. Larutan kalium hidroksida adalah alkali kuat yang
dapat menembus dan menghancurkan kulit karena larutan
KOH dapat melarutkan keratin. Hal ini juga dapat
menyebabkan reaksi iritasi pada kulit.
Sistemik → Cimetidine 40 mg/kg/hari diberikan dalam dua
atau tiga dosis terbagi selama 2 bulan.
 MC pada pasien HIV → sangat sulit diobati
PASIEN
Tinjauan sistematis dari kasus yang diajukan ke salah satu
klinik dermatologi pribadi penulis dari Januari hingga
Juli 2015 mengidentifikasi 12 pasien dengan pengobatan
kontagiosum moluskum. Populasinya berupa anak-anak,
dengan jumlah laki-laki enam orang dan perempuan
enam orang termasuk (rentang usia 2–17 tahun, usia
rata-rata 6 tahun).
METODE
Pasien dievaluasi pada awal dan kembali ke klinik untuk
evaluasi pada interval empat minggu sampai akhir
pengobatan atau kegagalan dalam memenuhi janji untuk
evakuasi, dengan jumlah dan lokasi lesi yang dicatat pada
setiap kunjungan. Efek merugikan dievaluasi pada setiap
kunjungan.
HASIL
• Semua 12/12 (100%) pasien menunjukkan resolusi lengkap
atau sebagian. ada total 115 lesi yang diobati dalam seri kasus,
dan 103/115 (90%) terselesaikan.
• Resolusi lengkap terjadi pada 8/12 (67%) pasien. Dari 8/12
dengan resolusi lengkap, 4/8 (50%) pasien menunjukkan
resolusi lengkap pada kunjungan tindak lanjut empat minggu
dan 4/8 (50%) menunjukkan resolusi lengkap pada delapan
minggu tindak lanjut.
• Dari 4/12 (33%) pasien yang gagal menunjukkan resolusi
lengkap, 4/4 (100%) menunjukkan resolusi parsial.
PICO
PATIENTS
Dua belas pasien dengan diagnosa kontagiosum moluskum.
Populasinya berupa anak-anak, dengan jumlah laki-laki enam orang
dan perempuan enam orang termasuk (rentang usia 2–17 tahun,
usia rata-rata 6 tahun).
LANJUTAN PICO
INTERVENTION
Sebuah tinjauan retrospektif sistematis dari semua kasus yang diajukan ke
salah satu klinik dermatologi pribadi penulis (KC) dari Januari hingga Juli
2015 mengidentifikasi 12 pasien dengan MC yang mencari pengobatan. Ada
enam pasien pria dan enam wanita yang termasuk (rentang usia 2–17 tahun,
usia rata-rata 6 tahun). Lesi bervariasi di lokasi, termasuk wajah, batang
tubuh, lengan, dan kaki, dan setiap pasien memiliki lesi multipel (mulai dari
2-23). Setiap pasien diresepkan gel topikal yang terdiri dari 2% PVP-I dalam
dimetil sulfoksida (DMSO) yang dipersiapkan melalui farmasi peracikan
berlisensi. Obat diaplikasikan dua kali sehari tanpa gangguan antar
kunjungan. Pasien kembali ke klinik untuk evaluasi pada interval empat
minggu sampai pengobatan tuntas atau kegagalan untuk hadir saat
kunjungan ulang, dengan jumlah dan lokasi lesi yang dicatat pada setiap
kunjungan. Jika pasien tidak hadir dalam kunjungan ulang, upaya yang
dilakukan yaitu menghubungi pasien melalui telepon. Efek merugikan
dievaluasi pada setiap kunjungan.
COMPARISON
Tidak ada perbandingan atau intervensi lain.
OUTCOME
Semua 12/12 (100%) pasien menunjukkan resolusi lengkap
atau sebagian. Ada total 115 lesi yang diobati dalam seri kasus dan
103/115 (90%) diselesaikan. Resolusi lengkap terjadi pada 8/12
(67%) pasien. Dari 8/12 dengan resolusi lengkap, 4/8 (50%) pasien
menunjukkan resolusi lengkap pada kunjungan tindak lanjut empat
minggu dan 4/8 (50%) menunjukkan resolusi lengkap pada
delapan minggu tindak lanjut (Angka 1–3). Dari 4/12 (33%) pasien
yang gagal menunjukkan resolusi lengkap, 4/4 (100%)
menunjukkan resolusi parsial (66%, 75%, 80%, 60%); namun, 3/4
(75%) pasien dalam subset ini gagal hadir di jadwal kontrol ulang.
LANJUTAN OUTCOME
Dari pasien yang gagal menunjukkan jadwal kunjungan, 2/4
pasien dapat dihubungi melalui telepon, kemudian mengkonfirmasi
resolusi lesi yang tersisa. Iritasi ringan didokumentasikan pada
2/12 (14%) pasien pada kulit di sekitar lesi. Lesi peradangan
individu tidak dihitung sebagai reaksi merugikan karena ini adalah
bagian dari proses pembersihan di banyak lesi MC. Jumlah lesi
rata-rata adalah 10 per pasien (Tabel 1). Tak satu pun dari pasien
melaporkan adanya rasa pedih atau terbakar saat menggunakan
obat.

Anda mungkin juga menyukai