Anda di halaman 1dari 14

OLEH : USWATUN HASANAH TANJUNG

KELAS C EKSTENSI
NIM 1801032239
Pelayanan kesehatan ibu selama kehamilan merupakan hal penting
bagi ibu hamil maupun bayi yang dikandungnya. Upaya pelayanan tersebut
merupakan salah satu upaya pencegahan terhadap kondisi buruk yang dapat
terjadi pada seorang ibu hamil yang mungkin sampai menyebabkan kematian
pada ibu.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dari tingkat
kesehatan suatu daerah. Dengan kata lain, tingginya angka kematian ibu,
menunjukkan rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut.
• Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit
seorang wanita meninggal karena komplikasi yang terkait dengan
kehamilan, persalinan

dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 orang wanita meninggal setiap hari atau
lebih dari 500.000 orang wanita meninggal setiap tahun karena kehamilan,
persalinan, dan nifas.
Kegawatdaruratan obstetri adalah suatu keadaan yang datangnya
tibatiba, tidak diharapkan, mengancam jiwa, sehingga perlu penanganan yang
cepat dan tepat untuk mencegah morbiditas maupun mortalitas.
Kegawatdaruratan obstetri diantaranya disebabkan oleh pendarahan,
eklampsia, infeksi, persalinan lama akibat distosia, dan keguguran.
Perdarahan merupakan penyebab kematian tertinggi pada
kegawatdaruratan obstetri, yaitu sebanyak 28%. Persentase tertinggi kedua
disebabkan oleh eklampsia, yaitu sebanyak 24%. Sebab-sebab lainnya antara
lain infeksi (14,9 %), abortus (12,9 %), partus lama (6,9 %), emboli (2,1 %),
serta komplikasi pasca persalinan (9,2 %).7 Perdarahan postpartum (pasca
salin) merupakan penyebab kematian maternal tertinggi di seluruh dunia
terutama di negara-negara miskin dan berkembang, dengan perkiraan
sebanyak 140.000 wanita meninggal setiap tahun akibat komplikasi
perdarahan atau sebanyak 2% dari seluruh wanita yang melahirkan, yang
berarti terdapat seorang wanita yang meninggal setiap 4 menit.
2.1.1 Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat yang abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh dari
ostium uteri internum (pembukaan jalan lahir). Pada keadaan
normal plasenta terletak dibagian atas uterus. . Sejalan dengan
bertambahnya membesarnya rahim dan meluasnya segmen
bawah rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim seolah plasenta
tersebut bermigrasi.
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah
rahim belum diketahui dengan pasti. Dalam teori mengemukakan
bahwa salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua
yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang
atau atrofi. Disamping masih banyak penyebab plasenta previa
yang belum diketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori
dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.
• Endometrium yang inferior
• Chorion leave yang persisten
• Korpus luteum yang bereaksi lambat
1. Umur dan Paritas
a. Pada Primigravida, umur diatas 35 tahun lebih sering daripada umur dibawah 25
tahun.
b. Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
2. Hipoplasia endometrium; bila kawin dan hamil pada usia muda.
3. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi,
post operasi caesar, kuretase, dan manual plasenta. Hal ini berperan
menaikkan insiden dua sampai tiga kali.
4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.
5. Kehamilan janin kembar, plasenta yang terlalu besar seperti pada
kehamilan ganda dan eritoblastosis fetalis bisa menyebabkan
pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
6. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
7. Kadang-kadang pada malnutrisi.
8. Riwayat perokok, pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta
previa lebih tinggi dua kali lipat. Hipoksemia akibat karbon mono-oksida
hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi
sebagai upaya kompensasi.
1. Plasenta previa totalis atau komplit
2. Plasenta previa lateralis/persialis
3. Plasenta previa marginalis
4. Plasenta letak rendah bila plasenta yang letaknya abnormal
di segmen bawah uterus, tetapi belum sampai menutupi
pembukaan jalan lahir, tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta
previa umumnya terjadi pada trimester ketiga kehamilan. Karena
pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan berkaitan dengan makin tuanya kehamilan.
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta
previa dapat sejak kehamilan berusia 20 minggu. Pada usia
kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai
menipis.
Penyebab plasenta melekat pada segmen bawah rahim
belum diketahui secara pasti. Ada teori menyebutkan bahwa
vaskularisasi desidua yang tidak memadai yang mungkin
diakibatkan oleh proses radang atau atrofi dapat menyebabkan
plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim. Plasenta
yang terlalu besar dapat tumbuh melebar ke segmen bawah
rahim dan menutupi ostium uteri internum misalnya pada
kehamilan ganda, eritroblastosis dan ibu yang merokok.
• Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit dan biasanya darah
berwarna merah segar.
• Perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak,
tetapi perdarahan berikutnya (recurrent bleeding) biasanya
lebih banyak.
• Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai
kelainan letak janin.
1. Anamnesis
• Keluhan utama : perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu
atau pada kehamilan lanjut (trimester III)
• Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang
2. Inspeksi/inspekulo
• Perdarahan keluar pervaginam (dari dalam uterus)
• Tampak anemis
3. Palpasi abdomen
• Janin sering belum cukup bulan, TFU masih rendah
• Sering dijumpai kesalahan letak janin
• Bagian terbawah janin belum turun
• Pemeriksaan USG
• Evaluasi letak dan posisi plasenta.
• Posisi, presentasi, umur, tanda-tanda kehidupan janin.
• Transabdominal ultrasonography
Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua kasus
perdarahan antepartum adalah menilai kondisi ibu dan janin, dan
melakukan resusitasi secara tepat apabila diperlukan. Apabila
terdapat fetal distress dan bayi sudah cukup matur untuk dilahirkan,
maka perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan dan
memberikan Imunoglobulin anti D pada semua ibu dengan rhesus
negatif.
Penanganan ibu dengan plasenta previa simtomatik meliputi :
setelah terdiagnosis maka ibu disarankan untuk rawat inap di rumah
sakit, menyediakan darah transfusi apabila dibutuhkan segera, fasilitas
yang mendukung untuk tindakan bedah sesar darurat, rencana
persalinan pada minggu ke-38 kehamilan namun apabila terdapat
indikasi sebelum waktu yang telah ditentukan maka dapat dilakukan
bedah sesar saat itu juga.
• Prolaps tali pusat
• Prolaps plasenta
• Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau
perlu dibersihkan dengan kuretase
• Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
• Perdarahan post partum
• Infeksi karena perdarahan yang banyak
• Bayi prematur atau lahir mati
• Anemia,
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif,
maka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi tinggi,
mortalitas ibu mencapai 8-10% dan mortalitas janin 50-
80%.Sekarang penangan relatif bersifat operatif dini sehingga
angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun.
Kematian maternal menjadi 0,1-5% terutama disebabkan
perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan.
Kematian perinatal juga turun menjadi 7- 25% terutama
disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan
persalinan buatan atau tindakan.

Anda mungkin juga menyukai