Anda di halaman 1dari 25

DEEP VEIN THROMBOSIS

KELOMPOK 13

Asyaratun Qamila Rahman 11020150119


Nur Arafah 11020150125
A. Muh Fadilah M 11020150126
Ria Reski Amaliah 11020150129
Gita Refina Rahmadini 11020150130
Fathannia Rizky Diennillah 11020150131
Ikhmawanda Mufid 11020150132
Pratiwi Purnama 11020150133
Risfa Fatmi A. Daaly 11020150134
Nur Khusnul Khatimah Bani Putri 11020150156
DEFINISI

■ Trombosis vena dalam (TVD) adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena
sekunder/ vena dalam oleh karena inflamasi/ trauma dinding vena atau karena
obstruksi vena sebagian

Referensi : Jayanegara A.P. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Vol. 43. Halaman: 652-653.
Etiologi

■ Berdasarkan “Virchow’s Triad”, terdapat 3 faktor stimuli terbentuknya


tromboemboli, yaitu kelainan dinding pembuluh darah, perubahan aliran darah, dan
perubahan daya beku darah.
■ Selain faktor stimuli, terdapat faktor protektif yaitu inhibitor faktor koagulasi yang
telah aktif (contoh: antitrombin yang berikatan dengan heparan sulfat pada
pembuluh darah dan protein C yang teraktivasi), eliminasi faktor koagulasi aktif, dan
kompleks polimer fibrin oleh fagosit mononuklear dan hepar, serta enzim
fibrinolisis.

Referensi : Jayanegara A.P. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Vol. 43. Halaman: 652-653
Epidemiologi

■ Insidens DVT di Eropa dan Amerika Serikat kurang lebih 50 per 100.000
populasi/tahun. Angka kejadian DVT meningkat sesuai umur, sekitar 1 per 10.000
– 20.000 populasi pada umur di bawah 15 tahun hingga 1 per 1000 populasi pada
usia di atas 70 tahun.2 Insidens DVT pada ras Asia dan Hispanik dilaporkan lebih
rendah dibandingkan pada ras Kaukasia, Afrika-Amerika Latin, dan Asia Pasifik.
Tidak ada perbedaan insidens yang signifikan antara pria dan wanita

Referensi : Jayanegara A.P. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Vol. 43. Halaman:
652-653
Faktor Resiko
UMUM
– Imobilitas ( kurang gerakan )
– Memiliki riwayat gangguan penggumpalan darah
– Cedera/pembedahan
– Kehamilan
– Kanker
– IBS
– Pil KB dan terapi pengganti hormon
– TVD yang terjadi sebelumnya dan kerusakan vena
– Hiperkoagulabilitas
– Meroko dan memiliki berat badan yang berlebihan/obesitas

Referensi : Jayanegara A.P. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Vol. 43. Halaman: 652-
653
Obstetric

■ Pelahiran caesar
■ Diabetes
■ Perdarahan dan anemia
■ Hiperemesis
■ Gestasi multifetal
■ Preeklampsia
■ Infeksi nifas
Patofisologi
Terdapat 3 hal yang berperan dalam proses terjadinya
trombosis (Virchow’s Triad):

Trombosis Vena
Dalam

Stasis vena Injury Endotel Hiperkoagubilitas

Referensi: Jayanegara A.P. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Vol. 43.
Halaman: 652-653.
Manifestasi Klinis

• Nyeri bervariasi & tidak spesifik


Nyeri • Intensitas mulai dari ringan-berat
• Nyeri berkurang bila berbaring, terutama jika posisi tungkai ditinggikan

• Disebabkan oleh sumbatan vena proksimal dan peradangan jar.perivaskuler

Bengkak • Jika karena sumbatan: bengkak dibawah sumbatan & tidak nyeri
• Jika karena peradanganperivaskuler: bengkak didaerah trombosis & nyeri
• Bengkak bertambah jika berjalan dan berkurang jika istirahat

Perubahan • Tidak spesifik & tidak banyak ditemukan pada trombosis vena dalam dibanding
trombosis arteri
warna kulit • Kulit bisa berubah pucat dan kadang-kadang berwarna ung

Referensi: Jayanegara A.P. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Vol. 43.
Halaman: 652-653.
Diagnosis

■ Anamnesis
■ Pemeriksaan Fisik
■ Pemeriksaan Penunjang

Andi P. Jayanegara. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. CONTINUING MEDICAL
EDUCATION. Kalimantan Tengah. RSUD dr. Doris Sylvanus Palang Karaya. 2016
ANAMNESIS

■ edema
■ nyeri
■ perubahan warna kulit (phlegmasia alba dolens/milk leg, phlegmasia cerulea
dolens/blue leg).
■ Skor Wells dapat digunakan untuk stratifikasi menjadi kelompok risiko ringan,
sedang, atau tinggi.

Andi P. Jayanegara. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. CONTINUING MEDICAL
EDUCATION. Kalimantan Tengah. RSUD dr. Doris Sylvanus Palang Karaya. 2016
Well’s rule sebagai tes awal untuk diagnosis DVT

Andi P. Jayanegara. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. CONTINUING MEDICAL EDUCATION.
Kalimantan Tengah. RSUD dr. Doris Sylvanus Palang Karaya. 2016
PEMERIKSAAN PENUNJANG

■ Angiografi (venografi atau flebografi) GOLD STANDAR


■ ultrasound (USG Doppler)
■ D-dimer <0,5 mg/mL dapat menyingkirkan diagnosis DVT
■ Magnetic Resonance Venography (MRV)
■ Pletismografi impedansi

Andi P. Jayanegara. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. CONTINUING MEDICAL
EDUCATION. Kalimantan Tengah. RSUD dr. Doris Sylvanus Palang Karaya. 2016
TATALAKSANA

Tujuan tatalaksana DVT fase akut adalah:


1. Menghentikan bertambahnya trombus
2. Membatasi bengkak tungkai yang progresif
3. Melisis dan membuang bekuan darah serta mencegah disfungsi vena atau
terjadinya sindrom pasca-trombosis
4. Mencegah terjadinya emboli

Andi P. Jayanegara. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. CONTINUING MEDICAL
EDUCATION. Kalimantan Tengah. RSUD dr. Doris Sylvanus Palang Karaya. 2016
NON FARMAKOLOGIS

■ Bed Rest
■ Meninggikan posisi kaki
■ Compression stocking dengan tekanan kira-kira 40 mmHg.

Andi P. Jayanegara. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. CONTINUING MEDICAL
EDUCATION. Kalimantan Tengah. RSUD dr. Doris Sylvanus Palang Karaya. 2016
FARMAKOLOGIS

■ Antikoagulan (Prinsip pemberian anti-koagulan adalah safe dan efektif)


■ Fibrinolitik

Andi P. Jayanegara. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. CONTINUING MEDICAL
EDUCATION. Kalimantan Tengah. RSUD dr. Doris Sylvanus Palang Karaya. 2016
Unfractionated Heparin

Mekanisme kerja utama heparin adalah:


1. meningkatkan kerja antitrombin III sebagai inhibitor faktor pembekuan, dan
2. melepaskan tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dari dinding pembuluh darah.

Andi P. Jayanegara. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. CONTINUING MEDICAL
EDUCATION. Kalimantan Tengah. RSUD dr. Doris Sylvanus Palang Karaya. 2016
Andi P. Jayanegara. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. CONTINUING MEDICAL
EDUCATION. Kalimantan Tengah. RSUD dr. Doris Sylvanus Palang Karaya. 2016
Low-Molecular-Weight Heparin (LMWH)

■ Dibandingkan dengan unfractionated heparin, LMWH lebih menguntungkan karena


waktu paruh biologis lebih panjang
■ Dapat diberikan subkutan satu atau dua kali sehari
■ Dosisnya pasti
■ Tidak memerlukan pemantauan laboratorium

Andi P. Jayanegara. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. CONTINUING MEDICAL
EDUCATION. Kalimantan Tengah. RSUD dr. Doris Sylvanus Palang Karaya. 2016
Warfarin

■ Warfarin adalah obat pilihan untuk antikoagulasi akut.


■ Namun kerjanya memerlukan satu minggu atau lebih.
■ Oleh karena itu, LMWH diberikan bersamaan sebagai terapi penghubung hingga
warfarin mencapai dosis terapeutiknya.

Andi P. Jayanegara. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. CONTINUING MEDICAL
EDUCATION. Kalimantan Tengah. RSUD dr. Doris Sylvanus Palang Karaya. 2016
Trombektomi

INDIKASI:
■ DVT iliofemoral akut, tetapi terdapat kontraindikasi trombolitik atau trombolitik
ataupun mechanical thrombectomy gagal
■ Lesi tidak dapat diakses oleh kateter
■ Trombus sukar dipecah dan kontraindikasi antikoagulan

Andi P. Jayanegara. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. CONTINUING MEDICAL EDUCATION.
Kalimantan Tengah. RSUD dr. Doris Sylvanus Palang Karaya. 2016
Komplikasi
1. Emboli Paru

Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis atau


percabangannya akibat bekuan darah yang berasal dari tempat lain.
Trombus yang terlepas menjadi embolus akan mengikuti aliran darah ke
jantung dan akan dialirkan ke cabang – cabang arteri di paru sehingga
akan menghambat aliran darah. Penderita dengan EP sering mengeluh
sesak mendadak disertai hemoptisis atau nyeri dada atau nyeri dada dan
tiba-tiba kolaps disertai syok bahkan kematian mendadak
Komplikasi
2. Post-thrombotic syndrome

Post-thrombotic syndrome terjadi akibat inkompetensi katup vena yang


terjadi pada saat rekanalisasi lumen vena yang mengalami trombosis, atau karena
sisa trombus dalam lumen vena. Sindrom ini ditandai oleh bengkak dan nyeri
berulang dan progresif, dapat terjadi dalam 1 sampai 2 tahun setelah kejadian
trombosis vena dalam. Pada beberapa pasien dapat terjadi ulserasi (venous ulcer),
biasanya di daerah perimaleolar tungkai. Ulserasi dapat diberi pelembap dan
perawatan luka. Setelah ulkus sembuh pasien harus menggunakan compressible
stocking untuk mencegah berulangnya post thrombotic syndrome.
Pencegahan

1. Pemberian injeksi heparin dosis rendah pada pasien dengan risiko TVD yang
direncanakan operasi dan akan terjadi imobilisasi setelah operasi. Pada pasien
dengan risiko rendah disarankan untuk memakai compression stockings.

2. Kurangi merokok dan berat badan yang dapat meningkatkan terjadnya TVD.

3. Selama perjalanan jauh ( > 6 jam ) dianjurkan banyak minum air, menghindari
alkohol, melakukan olahraga sederhana untuk tungkai, serta menggunakan kaos
kaki compression stockings.

Anda mungkin juga menyukai