PPT SK 1 K.4
PPT SK 1 K.4
1. Muhammad Farid
2. Naufal Yova Subagyo
3. Raudhatul Jannah
4. Najla Asyura
5. Safira Fasya
6. Anna Deviani
7. Tasha Mailina
8. Jehsy Asyifa
9. Rizkya Hirzi
10.Sirry Hijirni
IDENTIFIKASI MASALAH :
PASIEN 2
PASIEN 1
NAMA : MINI NAMA : ABRAR
UMUR : 11 TTAHUN UMUR : 5 TAHUN
KELUHAN : BERLUBANG DAN SAKIT
KELUHAN : GIGI DEPAN TAMPAK MAJU P. KLINIS : GIGI 54, 65, 74, 51, DAN
P. EXTRAORAL : WAJAH CEMBUNG 61 SUDAH DICABUT
P. INTRAORAL :
- OKLUSI KELAS II ANGLE
- LENGKUNG RAHANG BERBENTUK SEGIEMPAT
LEARNING OBJEKTIF KELOMPOK 4
Ref: Bath-Balogh, Mary. F.J. Margareth. Dental Embryology, Histology and Anatomy 2nd edition. 2006. ELSEVIER
Ref: Bath-Balogh, Mary. F.J. Margareth. Dental Embryology, Histology and Anatomy 2nd edition. 2006. ELSEVIER
Perkembangan fasial bergantung pada 5 prosesus yang
terbentuk pada minggu ke-4
Ref: Bath-Balogh, Mary. F.J. Margareth. Dental Embryology, Histology and Anatomy 2nd edition. 2006. ELSEVIER
Ref: Bath-Balogh, Mary. F.J. Margareth. Dental Embryology, Histology and Anatomy 2nd edition. 2006. ELSEVIER
Postnatal
Basis cranium
1. Remodelling
Remodeling adalah proses di mana terjadi deposisi dan
reabsorpsi tulang yang menyebabkan perubahan ukuran,
bentuk, dan hubungan tulang.
Foramina yang memungkinkan lewatnya saraf dan
pembuluh darah ini mengalami deposisi tulang dan resorpsi
sehingga dapat secara konstan mempertahankan
hubungan mereka dengan otak yang sedang tumbuh.
Ref: Rao, Arathi et.al. Principles and Practice of Pedodontics 3rd edition. 2012. New Delhi: Jaypee Brothers
Postnatal
Basis cranium
2. Elongation at Synchondrosis
Sebagian besar tulang dasar tengkorak dibentuk oleh proses tulang
rawan. Kemudian tulang rawan digantikan oleh tulang. Namun,
sebagian kecil tulang rawan dapat tetap berada di persimpangan
berbagai tulang. Area-area ini disebut synchondroses.
Mereka adalah situs pertumbuhan penting dari dasar tengkorak.
Synchondroses penting yang ditemukan di dasar tengkorak adalah (Gbr.
4.10):
A. synchondrosis spheno-oksipital
B. Synchondrosis sphenoethmoid
C. Intersphenoidsynchondrosis
D. Synchondrosis interoccipital
Ref: Rao, Arathi et.al. Principles and Practice of Pedodontics 3rd edition. 2012. New Delhi: Jaypee Brothers
Postnatal
Basis cranium
3. Sutural Growth
Basis cranium memiliki sejumlah tulang yang
bergabung satu sama lain melalui sutura. Beberapa
sutura yang mempengaruhi pertumbuhan cranium :
A. Sutura Spheno-frontalis
B. Sutura Fronto-temporalis
C. Sutura Spheno-ethmoid
D. Sutura Fronto-ethmoid
E. Sutura Fronto-zygomatik
Ref: Rao, Arathi et.al. Principles and Practice of Pedodontics 3rd edition. 2012. New Delhi: Jaypee Brothers
Ref: Rao, Arathi et.al. Principles and Practice of Pedodontics 3rd edition. 2012. New Delhi: Jaypee Brothers
Postnatal
Maksila
1. Displacement
Maxilla melekat pada dasar tengkorak melalui sejumlah jahitan. Dengan demikian
pertumbuhan basis kranial memiliki pengaruh langsung pada pertumbuhan
nasomaxillary.
Kompleks nasomaxillary tumbuh dalam arah ke bawah dan ke depan ketika basis
tengkorak tumbuh.
Perpindahan pasif rahang atas merupakan mekanisme pertumbuhan yang penting
selama pertumbuhan gigi primer.
Jenis perpindahan primer juga terlihat dalam arah maju. Hal ini terjadi dengan
pertumbuhan tuberositas maksila dalam arah posterior yang mengakibatkan seluruh
maksila dibawa ke anterior. Jumlah perpindahan ke depan ini sama dengan jumlah
pemanjangan posterior.
Ref: Rao, Arathi et.al. Principles and Practice of Pedodontics 3rd edition. 2012. New Delhi: Jaypee Brothers
Postnatal
Maksila
2. Sutural Growth
Maksila terhubung ke cranium dan dasar cranial dengan sejumlah
Sutura. Sutura ini semuanya miring dan kurang lebih sejajar satu sama
lain, yang memungkinkan reposisi maxilla ke bawah dan ke depan
saat pertumbuhan terjadi pada Sutura ini.
Sutura ini termasuk :
1. Sutura frontonasal
2. Sutura frontomaxillary
3. Sutura Zygomaticotemporal
4. Sutura Zygomaticomaxillary
5. Sutura Pterygopalatine
Ref: Rao, Arathi et.al. Principles and Practice of Pedodontics 3rd edition. 2012. New Delhi: Jaypee Brothers
Ref: Rao, Arathi et.al. Principles and Practice of Pedodontics 3rd edition. 2012. New Delhi: Jaypee Brothers
Postnatal
Maksila
3. Surface Remodelling
Selain pertumbuhan yang terjadi di jahitan, renovasi
besar-besaran oleh deposisi tulang dan resorpsi
terjadi untuk menghasilkan:
1. Peningkatan ukuran
2. Perubahan bentuk tulang
3. Perubahan dalam hubungan fungsional
Ref: Rao, Arathi et.al. Principles and Practice of Pedodontics 3rd edition. 2012. New Delhi: Jaypee Brothers
Postnatal
Maksila
3. Surface Remodelling
Deposisi tulang terjadi di sepanjang batas posterior tuberositas
maksila. Hal ini menyebabkan pemanjangan lengkung gigi dan
pembesaran dimensi anteroposterior seluruh tubuh rahang atas.
Ini membantu mengakomodasi geraham yang erupsi.
Resorpsi tulang terlihat di dasar rongga hidung dan ada endapan
tulang di sisi palatal. Jadi terjadi pergeseran ke bawah yang
mengarah ke peningkatan ketinggian maksila.
Ketika gigi mulai erupsi, pengendapan tulang terjadi pada batas
alveolar. Ini meningkatkan tinggi maksila dan kedalaman langit-
langit.
Ref: Rao, Arathi et.al. Principles and Practice of Pedodontics 3rd edition. 2012. New Delhi: Jaypee Brothers
Postnatal
Mandibula
Ref: Rao, Arathi et.al. Principles and Practice of Pedodontics 3rd edition. 2012. New Delhi: Jaypee Brothers
Postnatal
Mandibula
Ref: Rao, Arathi et.al. Principles and Practice of Pedodontics 3rd edition. 2012. New
Delhi: Jaypee Brothers
Postnatal
Mandibula
1. Bagian yang berbeda dari kompleks kraniofasial tumbuh pada waktu yang berbeda.
. `Scott, Meredith, dan Ranly' :
Pada saat lahir, dimensinya : (dibandingkan dewasa)
Tinggi tengkorak : 70%
Lebar tegkorak : 65%
Panjang/ kedalaman tengkorak : 60%
1. Bertambahnya ukuran
2. Berkurangnya ukuran
3. Pertumbuhan difrensiasi
Mekanisme tumbuh kembang OKF (kurva
scammon) rd
Ref : Balouhi, Orthodontics the art and science, 3 , ed, hal 9-11
1. Jaringan limphoid : berpoliferasi secara cepat pada masa anak-anak akhir dan
menjangkau hampir 200% ukuran dewasa.
2. Jaringan neural : berkembang sangat cepat pada umur 6-7 tahun dan hampir
menjangkau ukuran dewasa.
3. Jaringan general : terdiri dari otot, tulang dan organ lain. Jaringan ini terikat
seperti “S” pola kurva dengan perkembangan cepat hingga 2-3 tahun diikuti
fase lambat antara 3-10 tahun.
4. Jaringan genital: terdiri dari organ reproduksi
Gradien pertumbuhan cephalo caudal
1. Pemendekan kepala sekitar 50% dari total panjang tubuh kurang lebih
bulan ke 1
2. Anggota badan bawah belum berkembang lebih kurang bulan kedua
dari IU, tumbuh dan hadir kembali selanjutnya hampir 50%
Ref : Balouhi, S.!. Orthodontics the art and science, 3rd , ed, hal 9-11
Faktor penyebab kelainan
1. Abnormalities dental.
- Anterior –posterior malrelation ship.
- Vertical malrelationship.
- Lateral malrelationship.
- Perubahan ukuran antara gigi &dasar tulang.
- Abnormal tongenital.
Gurkeerat Singh, jaypee brothers medical publishers: new delhi , page 175
WHITE AND GARDINER'S
CLASSIFICATION
2. Abnormal Pre eruption. 3. Post eruption abnormalities.
- Abnormal posisi pada saat - Muscular.
perkembangan gigi.
- Kuatnya muscle (otot).
- Missing teeth.
- Posisi istirahat dari musculature.
- Supernumeraray teeth dan abnormal
- Kebiassan menghisap.
bentuk gigi.
- Abnormal pada jalan akhir.
- Retensi yang panjang dari gigi desidui.
- Hilangnya prematur dari gigi desidui.
- Pembesaran frenum labial.
- Ekstraksi dari gigi permanen.
- Traumatic injury.
Gurkeerat Singh, jaypee brothers medical publishers: new delhi , page 175
WHITE AND GARDINER'S
CLASSIFICATION
5. Habbits.
1. Heredity
Menghisap ibu jari dan jari.
Neuro muscular system. Mendorong –dorong lidah.
Tulang. Lip sucking dan menggit bibir.
Gigi. Posture.
Menggit kuku.
Soft parts.
Kebiasaan lain.
2. Kerusakan saat perkembangan.
6. Penyakit.
3. Trauma. Penyakit disease.
Prenatal trauma dan luka lahir. Kelainan endokrin.
Gurkeerat Singh, jaypee brothers medical publishers: new delhi , page 175
Graber’s classification (General Factors)
6. Abnormal pressure dan functional aberration.
1. Heredity.
Abnormal sucking.
2. Congenital.
Thumb and finger sucking.
3. Lingkungan. Tongue thrust& tongue sucking.
Prenatal. Lip dan nail biting
Postnatal. Abnormal swallowing habits.
Speech defect.
4. Predisposing metabolic climate and disease.
Respiratory abnormalities.
Endokrin imbalance.
Tonsil and adenoids.
Metabolic disturbance. Psychogenic tics dan bruxism.
Infection disease. Posture.
5. Dietary problem. Trauma dan accidents.
Gurkeerat Singh, jaypee brothers medical publishers: new delhi , page 175
Graber’s classification (Lokal Factors)
REFERENSI : S.I BHALAJHI. ORTHODONTICS. THE ART AND SCIENCE. 2004.ARYA (MEDI) PUBLIHING
HOUSE. NEW DELHI. PG 53- 58
KLASIFIKASI OKLUSI
Referensi : S.I Bhalajhi. Orthodontics. The Art And Science.
2004.Arya (Medi) Publihing House. New Delhi. Pg 53- 58
KLASIFIKASI OKLUSI Referensi : S.I Bhalajhi. Orthodontics. The Art And
Science. 2004.Arya (Medi) Publihing House. New Delhi.
Pg 53- 58
SYARAT OKLUSI
Oklusi ideal
Ketebalan enamel dan dentin gigi primer kira-kira 1/2 gigi permanen
Ref : Dean, Alan, Jeffrey, et al. McDonald and Avery’s for the Child and Adolescent 10th ed. 2016. St. Louis : Mosby Elsevier. P. 85
AKAR
Akar gigi molar primer lebih
besar, yang menyesuaikan
dengan perkembangan mahkota
gigi premolar permanen
Lebar MD akar gigi anterior
primer jauh lebih sempit daripada
mahkota bila dibandingan dengan
gigi anterior permanen
Akar molar primer relative lebih panjang dan lebih ramping, yaitu, akar molar
mandibula lebih sempit secara mesiodistal, akar MB dan DB rahang atas lebih
sempit mesiodistal, dan akar palatal rahang atas lebih sempit secara buccolingual
Ref : Dean, Alan, Jeffrey, et al. McDonald and Avery’s for the Child and Adolescent 10th ed. 2016. St. Louis : Mosby Elsevier. P. 85
PULPA DAN SALURAN AKAR
Proporsi tanduk pulpa
Ukuran pulpa relatif lebih tinggi dan terletak Tanduk pulpa mesial
lebih besar terhadap lebih dekat ke DEJ dan lebih tinggi dari tanduk
mahkota di gigi sulung ke permukaan luar pulpa distal
mahkota
Ref : Dean, Alan, Jeffrey, et al. McDonald and Avery’s for the Child and Adolescent 10th ed. 2016. St. Louis : Mosby Elsevier. P. 85
PULPA DAN SALURAN AKAR
Selain itu, terdapat tiga hubungan morfologis CEJ gigi primer yang
menarik, di mana sementum lebih dari enamel, sementum dan enamel
adalah ujung ke ujung, atau ada penghalang antara sementum dan
enamel dengan paparan dentin. Ketidakteraturan dalam CEJ ini mungkin
mengindikasikan perlunya perawatan selama perbaikan dan prosedur
lain untuk menghindari kerusakan
Ref : Dean, Alan, Jeffrey, et al. McDonald and Avery’s for the Child and Adolescent 10th ed. 2016. St. Louis : Mosby Elsevier. P. 85-86
GIGI SULUNG
Ref : Dean, Alan, Jeffrey, et al. McDonald and Avery’s for the Child and Adolescent 10th ed. 2016. St. Louis : Mosby Elsevier. P. 82-83
GIGI SULUNG
Ref : Dean, Alan, Jeffrey, et al. McDonald and Avery’s for the Child and Adolescent 10th ed. 2016. St. Louis : Mosby Elsevier. P. 83-84
KEHILANGAN DINI GIGI DESIDUI
Dampak
Penyebab
KEHILANGAN DINI GIGI DESIDUI
Didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana gigi desidui hilang
sebelum gigi permanen pengganti siap untuk erupsi.
Kronologi hilangnya gigi desidui gmenurut Kronfeld
Difisiensi
lengkung
rahang
Erupsi
PENYEBAB Karies
ektopik
Kelainan
kongenital
Trauma
DAMPAK
BERKURANGNYA PANJANG LENGKUNG GIGI
MIGRASI GIGI TETANGGA DAN ANTAGONIS
CROWDING
PSEUDO KLAS III
Impaksi