Anda di halaman 1dari 46

R E F E R AT

SCRELODERMA

Z ATA YUDA AMANIKO


41161096100082

PEMBIMBING:
D R . R E T N O S A W I T R I , S P. K K
D R . S H I N T A J . B . T. R . , S P. K K
PENDAHULUAN
• Sklerosis sistemik (skleroderma) ialah penyakit multisistem kronis,
penyebabnya belum diketahui.
• Sklerosis sistemik ditandai dengan kulit menebal akibat penumpukan
(akumulasi) jaringan ikat (konektif), disertai kelainan fungsi dan bentuk organ
viseral termasuk saluran cerna, paru, jantung dan ginjal.1
• Studi demografik didapatkan bahwa penyakit ini jarang terjadi pada anak-
anak dan insidennya meningkat sesuai dengan penambahan usia.
• Insiden yang jarang ini menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan
berperan penting dalam kerentanan yang terjadi pada populasi.
DEFINISI
penyakit autoimun multisistem yang dikarakteristikkan
dengan cedera vaskular yang luas dan fibrosis kulit dan
organ internal progresif

'CREST syndrome' (Kalsinosis, Fenomena Raynaud,


esofagus dismotility, Sklerodactily dan Telangiektasia).4

Ada 2 bentuk skleroderma, yaitu :5

Skleroderma lokal
Sistemik skleroderma,
EPIDEMIOLOGI
Wanita : laki-
laki = 4,6 : 1 Prevalensinya di Amerika
Serikat sekitar 276 – 300
kasus per 1 juta orang
insidensinya sekitar 20 kasus
per 1 juta orang per tahun
Hal ini jarang terjadi
pada anak-anak dimana
usia puncaknya sekitar
45-60 tahun dan
memiliki prognosis
yang lebih buruk pada
usia yang lebih tua
KLASIFIKASI

Tipe difus (20%)


Tipe terbatas (80%)
• Penebalan kulit pada
menonjolkan sindrom CREST
ekstremitas bagian distal dan
(kalsinosis, fenomena Raynaud,
proksimal serta batang tubuh
disfungsi esofagus,
dan sering melibatkan ginjal,
sklerodaktili dan
paru dan jantung.
teleangiektasia), perubahan
• Tipe difus adalah jenis yang
pada kulit hanya terbatas pada
progresif dan sering merusak
wajah, jari jemari dan bagian
banyak organ dalam, tidak
distal ekstremitas.
hanya kulit saja.
Berdasarkan pola distribusi dan luasnya keterlibatan kulit

SKLERODERMA LOKAL

bentuk skleroderma yang


mengenai kulit secara lokal
tanpa disertai kelainan sistemik.
MORPHEA
Perubahan setempat yang dapat
ditemukan dibagian tubuh mana
saja, fenomena raynaud sangat
jarang ditemukan. Fenomena
Raynaud adalah perubahan warna
yang episodik (palor, sianosis,
eritem) yang dicetuskan oleh
lingkungan yang dingin atau stres
emosional.
Perubahan spesifik umumnya terjadi
pada jari tangan, dapat juga
mengenai jari kaki, daun telinga,
lidah dan hidung.
GENERALIZED MORPHEA
LINEAR SCLERODERMA

Terdapat pada anak-anak,


ditandai perubahan
skleroderma pada kulit dalam
bentuk garis-garis dan
umumnya disertai atrofi otot
dan tulang dibawahnya
SCLERODERMA EN COUP DE SABR

Merupakan varian
skleroderma linier, dimana
garis yang sklerotik
terdapat pada ekstremitas
atas atau bawah atau
daerah frontoparietal yang
mengakibatkan deformitas
muka dan kelainan tulang.
SKLERODERMA SISTEMIK
• Sklerosis sitemik difusa : Dimana penebalan kulit terdapat di ekstremitas, muka dan
seluruh tubuh.
• Sklerosis sistemik terbatas : Penebalan kulit terbatas pada distal siku dan lutut tetapi
dapat juga mengenai muka dan leher. Sinonimnya adalah sindroma CREST (calcinosis,
esophageal dysmotility, sclerodactily, teleangiectasis).
• Sklerosis sistemik sine skleroderma : secara klinis tidak didapatkan kelainan kulit
walaupun terdapat kelainan organ dan gambaran serologis yang khas untuk sklerosis
sistemik.
• Sklerosis sistemik pada overlap syndrome : Arthritis rheumatoid atau penyakit otot
inflamasi
• Penyakit jaringan ikat yang tidak terdiferensiasi : bila didapatkan fenomena Raynaud
dengan gambaran klinis atau laboratorik sesuai dengan sklerosis sitemik
SKLEROSIS SISTEMIK TERBATAS

• Penumpukan kalsium
pada kulit  penebalan
dan keras pada kulit
siku, lutut, kadang muka
dan leher
• Terjadi secara LAMBAT
• Dapat terjadi pada
saluran cerna dan organ
dalam seperti paru-paru

Penumpukan kalsium pada jari


SKLEROSIS SITEMIK DIFUSA
• Terhadi dalam beberapa
minggu atau bulan
• Penebalan dan pengerasan
kulit dapat terjadi pada
banyak area tubuh
• Penumpukan kolagen dapat
berkembang di satu atau
lebih organ dalan
• Menyebabkan gangguan
pergerakan (seperti gambar)

Tidak dapat meluruskan jarinya


Sklerosis Sistemik Terbatas versus Sklerosis Sistemik Difusa

Tampilan Sklerosis Sistemik Terbatas Sklerosis Sistemik Difus

Kulit yang terlibat Terbatas pada jari, lengan distal, wajah, Difus: jari-jari, ekstremitas, wajah, badan,
progresifitas lambat progresifitas cepat
Fenomena Raynaud Mendahului keterlibatan kulit; berhubungan Sejalan dengan keterlibatan kulit
dengan
Sklerosis Sistemik Terbatas iskemia
versus Sklerosis Sistemik Difusa
Tampilan
Fibrosis pulmonal Sklerosis terjadi,
Mungkin Sistemik Terbatas
moderat Sklerosis Sistemik Difus
Sering, awal dan berat
Kulit yangTerbatas pada jari, lengan distal,Difus: jari-jari, ekstremitas, wajah,
terlibat wajah, progresifitas lambat badan, progresifitas cepat
Fenomena Sering,
Hipertensi arteri lambat, mungkin
Mendahului kulit;Sejalan dengan
terisolasi
keterlibatan Dapatketerlibatan kulit
terjadi, berhubungan dengan fibrosis
pumonal Raynaud berhubungan dengan iskemia
pulmonal
Fibrosis pulmonalMungkin terjadi, moderat Sering, awal dan berat
Krisis renal Hipertensi arteriSering,Sangat
lambat,jarang
mungkin terisolasi 15 % terjadi;
Dapat terjadi, berhubungan dengan diawal
skleroderma pumonal fibrosis pulmonal
Krisis renalSangat jarang 15 % terjadi; diawal
Kalsinosis kutisskleroderma Sering, menonjol
Kalsinosis kutis Sering, menonjol Dapat terjadi, ringan
Dapat terjadi, ringan

Karakteristik Karakteristik Antisentromer


Antisentromer Antitopoisomerase (Scl-70)
Antitopoisomerase (Scl-70)
autoantibodi
autoantibodi
Keterlibatan kulit tersebar pada sklerosis
sintemik,

Amputatum Plaque morphea


ETIOLOGI
Terapi radiasi Faktor Lingkungan

Pada gen yang mengkode angiotensin- • peningkatan antibodi


converting enzyme (ACE), endothelin 1,
nitric oxide synthase, B-cell markers (CD19),
terhadap human
kemokin (monocyte chemoattractantprotein cytomegalovirus (hCMV)
1) dan reseptor kemokin, sitotokin dan antitopoisomerase I
(interleukin (IL)-1 alpha, IL-4, dan tumor autoantibodies
necrosis factor (TNF)-alpha), growth factors • Paparan kerja silika,
dan reseptornya (connective tissue growth polyvinyl chloride, epoxy
factor [CTGF] and transforming growth
resins dan aromatic
factor beta [TGF-beta]) dan protein
matriks ekstraseluler (fibronectin, fibrillin,
hydrocarbons (toluene,
and SPARC trichloroethylene).
PATOFISIOLOGI

1. lesi vaskular fibroproliferatif berat dari arteri kecil dan arteriol,


2. deposit kolagen yang berlebihan dan sering progresif dan
matriks ekstraseluler makromolekul lain (ECM) pada kulit dan
berbagai organ internal, dan
3. perubahan kekebalan humoral dan selular
GAMBARAN PATOLOGI SKLERODERMA PADA
ORGAN
Patologi Kulit

• Peningkatan matriks ekstraselular pada dermis, terutapa kolagen tipe I


dan III, yang disertai penipisan epidermis dan hilangnya rete pegs
• stadium awal, tampak infiltrasi sel radang mononuklear di dalam dermis,
terutama limfosist T dan Mast sel. Sel-sel ini banyak ditemukan
mengelilingi pembuluh darah dermis.
• Pada stadium akhir (fase atrofik), kulit relative aselular
• Lesi Vaskuler pada kulit menunjukkan gambaran yang sama dengan lesi
pada organ lainnya. Tunika intima arteri dan arteriola tampak
berproliferasi sehingga lumennya menjadi sempit
PATOLOGI PARU PARU

fibrosis paru dan kelainan vaskuler


Pada wanita dengan scleroderma yang terbatas sering hanya
didapatkan kelainan pembuluh darah paru, yaitu penebalan
tunika media, sehingga terjadi penyempitan lumen dan
timbul hipertensi pulmonal yang dapat berakhir sebagai gagal
jantung kanan.
PATOLOGI JANTUNG

• Kelainan pada perikardium ditandai oleh fibrosis dan


penebalan perikardium parietal dan viseral yang
akhirnya dapat berkembang menjadi perikarditis
konstruktif.
• Pada miokardium, tammpak proliferasi intima dan
penyempitan pembuluh darah koroner.
• Di sekeliling pembuluh darah koroner, ditemukan
banyak jaringan fibrosa. Akhirnya dapat timbul
vasospasme dan infark miokard.
PATOLOGI SALURAN CERNA

• Secara histologis, tampak gambaran fibrosis pada tunika


propria dan submukosa, serta peningkatan sel radang
pada tunika muskularis. Akibat fibrosis, peristaltis usus
akan berkurang.
• Selain itu atrofi lapisan otot dan berkurangnya
peristaltis akan menimbulkan divertikel di kolon
dengan mulut yang lebar
PATOLOGI GINJAL

• lesi arteriol yang berupa proliferasi intima, penipisan


tunika media dan reduplikasi lamina elastika.
• Membaran basal glomeruli mengalami duplikasi, tetapi
tidak ada tanda-tanda glomerulonefritis. Gambaran
sklerotik pada glomeruli mmerupakan tanda khas
infark kortek ginjal dan stradium akhir skleroderma.
• Pada sklerosis sitemik yang disertai kelainan ginjal,
sering didapatkan hemolisis mikroangiopatik akibat
kerusakan fisis eritrosit yang beredar pada gangguan
sirkulasi renal yang berat.
PATOLOGI SISTEM MUSKOLOSKLETAL

• poli dan dermatomiositis, yaitu infiltrasi limfositik


perivaskular, nekrosis, degenerasi dan regenerasi
jaringan otot.
• Secara klinis akan tampak kelemahan otot proksimal
dan peningkatan enzim otot serum yang bermakna.
• Pada tendon akan tampak deposisi fibrin dalam sarung
tendon, sehingga gerak tendon terbatas dan akhirnya
dapat timbul kontraktur fleksi, teutama pada jari-jari.
MANIFESTASI KLINIS
Fenomena Raynaud
pada lebih dari 95% pasien

sianosis dan tanda-tanda iskemik


Jari-jari pasien dapat berubah putih
kerusakan jari, seperti digital pitting,
(vasospasm) biru-ungu (iskemia)
terlihat pada kapiler kuku, ulserasi
merah (hiperemia); Hal ini dipicu
iskemik, dan pterygium inversus unguis
oleh pemaparan terhadap suhu
(yaitu, distal kuku kepatuhan untuk
dingin atau stres emosional.
permukaan ventral lempengan kuku).
MANIFESTASI MUSKOLOSKELETAL

• kekakuan pagi hari dan artralgia


• Hilangnya fungsi tangan adalah aturan tetapi lebih dikaitkan dengan
efek penarikan penebalan kulit daripada keterlibatan sendi.
• Keterlibatan inflamasi dan fibrin dari selubung tendon dapat meniru
arthritis.
• Tendon friction rub dapat teraba selama gerakan aktif atau pasif pada
area yang terlibat.
• Lokasi yang paling khas adalah pergelangan tangan, pergelangan kaki
dan lutut.
• Keterlibatan subscapular bursae bisa meniru gejala yang dapat meniru
simptom dan secara auskultasi pleura friction rub.
MANIFESTASI KULIT

Fase edema.
Pembengkakan jari dan
tangan yang tidak nyeri
Gejala termasuk kekakuan
pada pagi hari dan artralgia.
Carpal tunnel syndrome dari
kompresi saraf median
paling yang sering terjadi.
Pitting edema jari dan
dorsum tangan
MANIFESTASI KULIT
Penebalan kulit skleroderma dimulai pada
jari-jari dan tangan dalam hampir semua
kasus. Kulit pada awalnya tampak mengkilap
dan kencang dan mungkin eritematous pada
tahap awal.

Wajah skleroderma menyebabkan fasies tidak


bergerak dan terjepit. Bibir menjadi tipis dan
cemberut dan radial furrowing dapat berkembang
sekitar mulut. Penebalan kulit lokal
membatasi kemampuan untuk membuka mulut
sepenuhnya sehingga mengganggu kebersihan gigi.
MANIFESTASI PARU PARU

Kombinasi obliterasi vaskular, fibrosis dan inflamasi mungkin


ada.
Presentasi klinis adalah dispnu yang terjadi secara tiba-tiba
dan pada saat beraktivitas dan batuk nonproduktif.
Nyeri dada, nyeri pleuritik atau angina jarang ditemukan.
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya rales pada awal
inspirasi pada pasien dengan penyakit fibrosis intertisial
MANIFESTASI GINJAL

• Onset tiba-tiba dari hipertensi, insufisiensi ginjal yang


progresif, mikroangiopathy hemolisis, dan konsumtif
trombositopenia merupakan bagian dari hipereninemia,
sindrom krisis ginjal skleroderma
• Urinalisis ditemukan protein dan sel darah merah
walaupun cast dan nefrosis jarang ditemukan
Gambaran klinis pada sklerosis
sistemik. A. kapiler bantalan
kuku dilatasi; B. ulcer jari
iskemik; C. telangektasia; D.
sklerodactily dan scleroderma
tangan dengan kontraktur fleksi
jari; E. scleroderma siku dengan
papula karena fibrosis dermis
dengan limphedema; dan F.
kalsinosis subkutaneus2
Kriteria mayor :

Sklerosis difus (trunkal) proksimal (penebalan kulit,


indurasi non-pitting)

Kriteria minor :
DIAGNOSIS
1. Sklerodaktili (hanya jari dan/atau jempol)
2. Luka digital pitting atau hilangnya substans dari
digital finger pads (pulp loss)
3. Fibrosis pulmonary bibasilar

Pasien harus memenuhi kriteria mayor atau 2 dari 3


kriteria minor.
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
Eosinophilic Inflamasi pita Inflamasi Pemicu nonspesifik yang menyebabkan Pembengkakan
fasciitis with keras jaringan diakibatkan respon system imun abnormal, terutama dan inflamasi
eosinophilia fibrosa di bawah akumulasi sel allergi abnormal atau reaksi inflamasi, pada kulit
kulit (fascia). darah putih sehingga menyebabkan produksi terutama tangan
Lengan dan kaki termasuk berlebihan dan akumulasi eosinophil fan dan kaki, telapak
paling sering eosinophil sel darah putih pada jaringan ikat tubuh. tangan dan kaki
terkena. yang abnormal Penelitan juga berspekulasi bahwa tidak mempunyai
di dalam paparan toksin atay obat seperti efek.
Usia dewasa fascia. simvastatin, fenitoin, faktor lingkungan
(middle aged) seperti borrelia burgdorferi mempunyai
peran dalam perkembangan penyakit ini
Beberapa kasus menunjukkan hubungan
dengan diet suplemen L-tryptophan yang
merupakan asam amino esensial.
Beberapa lapotan juga menunjukkan
hubungan dengan aktivitas fisik yang
ekstrim
MANAJEMEN

• D-penicillamine (Cuprimine),
• Mycophenolate Mofetil (Cellcept)
• Siklofosfamid (Cytoxan)
Fenomena Raynaud
calcium channel blockers kerja panjang (misalnya,
nifedipin) dan reseptor angiotensin-II blocker
(misalnya, losartan)
phosphodiesterase 5 inhibitor (misalnya, sildenafil)
Aspirin dan dipyridamole
1. Kulit
Kalsinosis digital, deposit kalsium sepanjang
lengan, siku, pantat, paha, lutut atau dagu
terapi : kolkisin dan non steroid anti-inflamasi obat
(NSAID)
KOMPLIKA
SI
2. Gastrointestinal
komplikasi GERD
risiko perdarahan
Intestinal pseudo-obstruksi
3. Paru
siklofosfamid oral atau intravena bermanfaat pada
pasien dengan penyakit paru interstisial awal dan
progresif

4. Ginjal
KOMPLIKA Peningkatan yang persisten harus dievaluasi
SI
secara medis dan pengobatan dengan ACE
inhibitor jika skleroderma krisis ginjal dicurigai 
mengendalikan hipertensi meskipun adanya
peningkatan serum kreatinin atau inisiasi dialisis
karena penting untuk memelihara dan
mengembalikan fungsi ginjal
PENGOBATAN KOMPLIKASI
TERIMA
KASIH
DAFTAR PUSTAKA
• Bielecka, OK, Bielecki, M, Kowal, K. Recent advances in the diagnosis and treatment of systemic sclerosis.
Pol Arch Med Wewn. 2013;123 (1-2): 51-58
• Wigley, M, Shah, AA. My approach to the treatment of scleroderma. Mayo Clin Proc. 2013;88(4):377-
393
• American College of Rheumatology. 2013 Classification Criteria for Systemic Sclerosis. Arthritis &
Rheumatism, November 2013
• Djuanda A et al. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: FKUI. 2007.
• ic sclerosis: current pathogenetic concepts and future prospects for targeted therapy. Lancet Vol 347, May
25, 1996
• Amerian College of Rheumatology. Scleroderma (also known as systemic sclerosis). Specialist in
Arthritis Care & Research, February 2013
• Jimenez, SA. Scleroderma. Agustus, 2014. Available at www.emedicine.com
• Simon, H, et al. Scleroderma. University of Maryland Medical Center, 2012
• Hinchcliff, M, Varga, J. Systemic Sclerosis/Scleroderma : A Treatable Multisystem Disease. Am Fam Physician.
2008;78(8):961-968, 969
• Haustein, UF. Systemic Sclerosis : An Update. Labmedicine; 2011;vol 42,no 9
DAFTAR PUSTAKA
• Khana, D.Diagnosis and Treatment of Systemic and Localized Scleroderma. Expert Rev. Dermatol. 6(3),
287–302 (2011)
• Bielecka, OK, et al. EULAR Recommendation for the treatment of systemic sclerosis: a report from the
EULAR scleroderma trials and research group (EUSTAR). Ann Rheum Dis 2009;68:620–6
• Vlachoyiannopoulos, dkk. 2001. Systemic sclerosis (scleroderma). Orphaned encyclopedia,
diunduh tanggal 14 februari 2018 : https://www.orpha.net/data/patho/GB/uk-SSc.pdf
• Sahhar, J, dkk. 2008.red flags in scleroderma. Australian family physician. 37(10), 831-4
• Fernandez, P, dkk. 2014. Diagnosis and classification of eosinophilic fasciitis. Elsevier. 13(4), 379-
382

Anda mungkin juga menyukai