Anda di halaman 1dari 49

PRESENTASI KASUS

LANGSUNG
OLEH:
Z ATA Y U D A A M A N I K O
(1110103000047)

PEMBIMBING :
D R M U H A M M A D A B D U H , S P. T H T- K L

K E PA N I T E R A A N K L I N I K I L M U K E S E H ATA N T E L I N G A
H I D U N G T E N G G O R O K - K E PA L A L E H E R
R S U P F AT M A W AT I
F A K U LT A S K E D O K T E R A N U N I V E R S I T A S I S L A M N E G E R I J A K A R T A
IDENTITAS
• Nama : Tn. SB
• Umur : 54 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Pekerjaan : Pekerja lepas
• Pendidikan : Tamat SMA
• Alamat : Jl. Gotong Royong Kukusan Beji No. 11,
Depok
• Agama : Islam
• Status Pernikahan : Kawin
ANAMNESIS
Keluhan Utama

Hidung kanan tersumbat yang memberat sejak 1 bulan SMRS


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengeluhkan hidung tersumbat yang
memberat sejak 1 bulan SMRS, Hidung tersumbat dirasakan
pasien pada kedua hidung , namun lebih utama pada hidung
sebelah kanan , Hidung tersumbat sudah di rasakan pasien sejak 3
bulan terakhir, hidung tersumbat tidak terjadi pada keadaan
tertentu atau waktu tertentu, tersumbat terjadi cenderung terus
menerus. Hidung tersumbat saat ini di keluhkan pasien dengan
ada nya hidung yang keluar cairan terus menerus, warna bening,
tidak berbau, hal ini dirasakan pasien memberat seminggu terakhir.
Selain itu pasien juga mengeluhkan ada nya hidung berdarah ,
keluhan ini merupakan keluhan yang pertama kali dirasakan pasien
, pasien mengaku hidung berdarah pertama kali 1 tahun yang lalu ,
namun hanya sesekali dan pasien menghiraukan hanya mengira
karena kelelahan. Hidung berdarah makin sering dirasakan dalam
3 bulan terakhir
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien juga mengeluhkan telinga kanan terasa penuh sejak 3
bulan yang lalu, keluhan terasa penuh dikatakan pasien terkadang
nyeri dengan skor angka 6, keluhan telinga berdenging tidak ada,
namun pasien merasa pendengaran berkurang terutama dalam 1
bulan terakhir , keluhan keluar cairan dari telinga di sangkal
pasien.
Selain itu pasien mengatakan pandangan mata menjadi berbayang
dan menjadi buram yang di rasakan dalam 1 bulan terakhir , sakit
kepala dirasakan pasien, 1 bulan terakhir pasien sulit makan
karena sulit menelan , pasien makan selalu di blender untuk saat
ini , suara pasien pun berubah menghilang dan serak. Berat badan
pasien mengaku turun 10 kg dalam 3 bulan terakhir
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1 bulan SMRS
3 bulan SMRS - Hidung tersumbat yang
1 tahun - Hidung tersumbat memberat terutama kanan,
SMRS pada kedua hidung terus menerus, tidak
Pasien Hidung keluar cairan, dipengaruhi aktifitas
mengalami bening, tidak berbau - Pendengaran semakin
hidung - Hidung berdarah berkurang
berdarah untuk makin sering - Pandangan mata berbayang
pertama kali - Telinga kanan terasa dan menjadi buram
penuh, kadang disertai - Sakit kepala
nyeri, pandengaran - Sulit makan karena sulit
berkurang (+), menelan
berdenging (-), keluar - Suara menghilang dan serak
cairan (-) - Berat badan menurun 10 kg
dalam 3 bulan
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Riwayat keluar cairan dari telinga sebelumnya disangkal pasien


• Riwayat ISPA berulang (+) kadang-kadang pasien
• Riwayat asma, bersin di pagi hari, alergi makanan dan obat-obatan
disangkal pasien
• Riwayat hipertensi (+) dan DM disangkal pasien
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama di keluarga
Tidak ada riwayat keganasan pada keluarga

RIWAYAT SOSIAL
Merokok 2 bungkus / hari sejak usia 18 tahun
Pola makan tidak teratur (2-3 kali/hari)
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Kepala : normochepali
Mata : konjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/-
Leher : pembesaran KGB -/-

Thorax :
Jantung : BJ I dan II regular normal , murmur (-), gallop (-)
Paru :Vesikuler / Vesikuler ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Bising usus (+) normal , hepatomegali (-)
Ekstremitas : Akral hangat
PEMERIKSAAN TELINGA
AD Pemeriksaan AS
Normotia Bentuk telinga luar Normotia
Nyeri tarik - Daun telinga Nyeri tarik -
Nyeri tekan tragus - Preaurikular Nyeri tekan tragus -
Fistel (-), Fistel (-),
Preaurikular tag (-) Preaurikular tag (-)
Abses (-), sikatriks (- Retroaurikuler Abses (-), sikatriks (-
), Fistel (-) ), Fistel (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

AD Liang Telinga AS

Lapang Lapang/Sempit Lapang


Hiperemis - Warna epidermis Hiperemis -
Tidak ada sekret Tidak ada
Tidak ada serumen Tidak ada
Furunkel (-), Kelainan lain Furunkel (-),
granulasi (-), granulasi (-),
kolesteatoma (-) kolesteatoma (-)
PEMERIKSAAN TELINGA
• Membran timpani

Kanan Kiri

Refleks cahaya memendek , Refleks cahaya + ke arah jam 7 ,


membran timpani intak terlihat membran timpani intak terlihat tidak
tidak hiperemis, retraksi hiperemis, tidak ada jaringan
granulasi,tidak ada kolesteatoma.
PEMERIKSAAN TELINGA
AD Tes Penala AS
- Rinne +
Lateralisasi ke sisi kanan Weber Lateralisasi ke sisi kanan
Memanjang Schwabach Sama dengan pemeriksa
PEMERIKSAAN HIDUNG
KANAN KIRI

Normal, tanda radang (-) Bentuk hidung luar Normal, tanda radang (-)

Simetris, deformitas (-) Deformitas Simetris, deformitas (-)


Dahi (-), pipi (-) Nyeri tekan Dahi (-), pipi (-)
Rhinoskopi Anterior
Normal Vestibulum Normal

Edema (-), hiperemis (-), livid (-) Konka Inferior Edema (-), hiperemis (-), livid (-)

Sekret (-) Meatus inferior Sekret (-)

Edema (-), hiperemis (-), livid (-) Konka media Edema (-), hiperemis (-), Livid (-)

Sekret (+) Meatus media Sekret (+)

Sulit dilihat Konka superior Sulit dilihat

sempit Kavum nasi sempit

Hiperemis (-) Mukosa Hiperemis (-)

Sekret (-) Sekret Sekret (-)


Kanan Kiri
Deviasi (-) Septum Deviasi (-)
Nyeri tekan (-)
Tsmpsk masa, hiperemis ,granular
Sinus maksila Nyeri tekan (-)
Rhinoskopi Posterior Tidak dilakukan

Nyeri tekan (-) Sinus etmoid Nyeri tekan (-)


Nyeri tekan (-) Sinus frontal Nyeri tekan (-)
PEMERIKSAAN FARING
• Oral : Oral hyegine kurang
• Arkus faring : Simetris
• Uvula : Simetris, terangkat di tengah,Hiperemis (+)
massa di belakang uvula (+)
• Dinding faring :hiperemis (+), granular (+), post nasal
drip(-)
• Tonsil Palatina : Ukuran : T1/T1
Warna : Hiperemis -/-
Kripta : Melebar -/-
Detritus : -/-
• Refleks muntah : tidak ada
PEMERIKSAAN NASOFARING
• Koana : tertutup massa yang hiperemis dan granular
• Septum belakang : tidak dapat dinilai
• Sekret : tidak dapat dinilai
• Muara tuba eustachius : tidak dapat dinilai
• Torus tubarius : tidak dapat dinilai
• Fosa Rosenmuller : tidak dapat dinilai
• Adenoid : tidak dapat dinilai
RESUME
Tn. SB 54 tahun datang dengan keluhan hidung tersumbat pada
kedua hidung yang memberat sejak 1 bulan SMRS, lebih berat hdung kanan,
tidak dipengaruhi aktifitas, terus menerus, keluar cairan terus menerus
berwarna bening, tidak berbau, hidung berdarah, keluhan disertai telinga
kanan terasa penuh, dan kadang disertai nyeri, keluhan berdenging (-),
pendengaran berkurang (+), keluar cairan (-), keluhan pandangan mata
berbayang dan buram, sakit kepala, sulit makan karena sulit menelan, suara
menghilang dan serak, berat badan menurun sebanyak 10 kg dalam 3 bulan
Pada pemeriksaan fisik didapatkan compos mentis, KU tampak sakit
sedang, underweight, pemeriksaan hidung: kavum nasi sempit pada hidung
kanan dan kiri. Faring: oral hygiene kurung, uvula Simetris, terangkat di
tengah,Hiperemis (+) massa di belakang uvula (+), dinding faring hiperemis,
granular (+), refleks muntah tidak ada. Pemeriksaan nasofaring: koana
tertutup massa yang hiperemis dan granular. Membran timpani : AD refleks
cahaya + ke arah jam 5 , membran timpani intak terlihat tidak hiperemis,
retraksi Tes penala: Rinne -/+, Weber : lateralisasi ke sisi kanan, Swabach:
memanjang pada AD
Diagnosis Kerja
– Karsino Nasofaring stadium 2 T2 N0 M0
– Otitis media efusi
– Disfagia
– Tuli konduktif AD
– Intake sulit

Diagnosis banding :
Polip grade 3
Angiofibrom juvenile
ANALISA KASUS
1. GEJALA KHAS DI HIDUNG
Anamnesis : hidung tersumbat pada kedua hidung yang memberat sejak 1 bulan
SMRS, lebih berat hdung kanan, tidak dipengaruhi aktifitas, terus menerus, keluar
cairan terus menerus berwarna bening, tidak berbau, hidung berdarah
pemeriksaan fisik : hidung: kavum nasi sempit pada hidung kanan dan kiri
Faring: oral hygiene kurung, uvula Simetris, terangkat di tengah,Hiperemis (+) massa
di belakang uvula (+)
Dinding faring hiperemis, granular (+), refleks muntah tidak ada
Pemeriksaan nasofaring: koana tertutup massa yang hiperemis dan granular

2. GEJALA KHAS PENDENGARAN


Anamnesis : disertai telinga kanan terasa penuh, dan kadang disertai nyeri, keluhan
berdenging (-), pendengaran berkurang (+), keluar cairan (-)
Pemeriksaan fisik : Membran timpani : AD refleks cahaya + ke arah jam 5 , membran
timpani intak terlihat tidak hiperemis, retraksi Tes penala: Rinne -/+, Weber :
lateralisasi ke sisi kanan, Swabach: memanjang pada AD
ANALISA KASUS
3. SAKIT KEPALA BILATERAL

4. GANGGUAN NEUROLOGIK
Anamnesis : sulit makan karena sulit menelan, suara menghilang dan serak
Pemeriksaa fisik : refleks muntah tidak ada

5. GEJALA PENGLIHATAN
Anamnesis : keluhan pandangan mata berbayang dan buram

6. MASSA TERLIHAT PADA NASOFARING


ANALISA KERJA
– Karsino Nasofaring stadium 2
– Otitis media efusi
– Disfagia
– Tuli konduktif AD

Diagnosis banding :
Polip grade 3
Tumor jinak sinonasal
Karsinoma nasofaring
Rencana pemeriksaan lanjutan:

- Laboratorium (Hb , ureum , kreatinin , SGOT, SGPT, elektrolit )


- Pemeriksaan audiometri
- Nasoendoskopi
- CT Scan axial dan coronal dengan kontras
- Biopsi endoskopik dan pemeriksaan histopatologi
- Tes fungsi menelan
- Foto Thoraks dan USG abdomen *apabila ada kecurigaan metastasis
CT SCAN
CT SCAN
PATOLOGI ANATOMI
TATALAKSANA
MEDIKA MENTOSA
• Kemoradioterapi
(Radiasi + Adjuvan kemoterapi )
Radiasi : 44 – 50 G (low- intermediete risk ) diberikan
senin sampai jumat selama 7 minggu
Adjuvan kemoterapi :
- Cisplatin 80mg / IV
- 5-FU 5( 5 Fluorocurasil ) 750mg /IV
• Ondansetron Ranitidin
NONMEDIKA MENTOSA
• Edukasi
• Diet atau pola makan
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ada malam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
TERIMA KASIH

K E PA N I T E R A A N K L I N I K I L M U K E S E H ATA N T E L I N G A
H I D U N G T E N G G O R O K - K E PA L A L E H E R
R S U P F AT M A W AT I
F A K U LT A S K E D O K T E R A N U N I V E R S I T A S I S L A M N E G E R I J A K A R T A
POLIP
• Massa lunak yang mengandung banyak cairan di dalam rongga hidung,
berwarna putih keabu-abuan, ang terjadi akibat inflamasi mukosa
• Patogenesisi:
• Inflamasi kronik  perubahan mukosa hidung terutama KOM  prolaps
submukosa yg diikuti reepitelisasi dan oembentukan kelenjar baru &
peningkatan penyerapan natrium (retensi air)  polip
• Ketidakseimbangan vasomotor  pelepasan sitokin dari sel mast 
permebabilitas kapiler  edema  polip
• Makroskopik : massa bertangkai, dengan permukaan licin, berbentuk bulat
atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan, agak bening, lobular, dpt tunggal
atau multiple, tidak sensitif (bila ditekan /tusuk tidak sakit)
• Gejala : hidung rasa tersumbat ringan – berat, rinore jernih – purulen,
hiposmia/anosmia, bersin2, rasa nyeri pada hidung, sakit kepala di daerah
frontal, infeksi sekunder: pnd (+), rinore purulen
• Riwayat : rinitis alergi, asma, alergi obat
• PF: Deformitas hidung luar, Rinos ant: massa pucat berasal dr meatus media
mudah digerakn
• Diagnosis : nasoendoskopi, foto polos sinus paranasal, CT Scan
KARSINOMA NASOFARING
• Penyebab : Epstein-Barr
• Dengan faktor lain: geografos, ras, jenis kelamin (laki-laki), genetik, pekerjaan,
lingkungan, kebiasaan hidup (bumbu masak, asap, makanan terlalu panas,
daging ikan diawetkan)
• Gejala:
1. Nasofaring : epistaksis ringan, sumbatan hidung
2. Telinga : tumor deket muara tuba eustachius (fossa rosenmuller) 
tinitus, rasa tidak nyaman di telinga, rasa nyeri (otalgia)
3. Mata dan saraf: ke foramen laserum  mengenai saraf III, IV,VI,V 
diplopia
Ke foramen jugulare  IX, X, XI, XII  Sindrom jackson
Mengenai seluruh saraf orak  sindrom unilateral
4. Metastasis di leher :
KARSINOMA NASOFARING
• Diagnosis:
CT Scan kepala dan leher
Pemeriksaan serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA (untuk infeksi virus E-B)
Biopsi nasofaring (Dari hidung atau mulut)
• Histopatologi
• KARSINOMA :
-Karsinoma sel skuamosa
-Karsinoma tidak berkeratinisasi
-Karsinoma tidak berdiferensiasi
FAKTOR RISIKO

• Pekerja : beberapa zat kimia atau bahan industri merupakan penyebab


antara lain nikel, debu, kayu, kulit, formaldehid, kromium, isopropyl oil
• Alkohol, asap rokok, makanan yang diasin atau diasap diduga
meningkatkan kemungkinan terjadi keganasan, sebaliknya buah-buahan
dan sayuran mengurangi kemungkinan terjadi keganasan
• Efek paparan ini mulai timbul setelah 40 tahun atau lebih sejak
pertama kali terpapar dan menetap setelah penghentian paparan
GEJALA
• 1. Gejala nasal. • 4. Gejala fasial
• Gejala nasal berupa obstruksi hidung • Perluasan tumor akan menyebabkan
unilateral dan rinorea. Jika ada Sekret, sering penonjolan pipi, disertai nyeri, anesthesia
sekret yang timbul bercampur darah atau atau parestesia muka jika sudah mengenai
terjadi epistaksis. Tumor yang besar dapat nervus trigeminus.1,4,7
mendesak tulang hidung sehingga terjadi • 5. Gejala intrakranial
deformitas hidung. Khas pada tumor ganas
ingusnya berbau karena mengandung • Perluasan tumor ke intrakranial dapat
jaringan nekrotik.1,7,13 menyebabkan sakit kepala hebat,
oftalmoplegia dan gangguan visus. Dapat
• 2. Gejala orbital. disertai likuorea, yaitu cairan otak yang
• Perluasan tumor kearah orbita keluar melalui hidung ini terjadi apabila
menimbulkan gejala diplopia, proptosis atau tumor sudah menginvasi atau menembus
penonjolan bola mata, oftalmoplegia, basis cranii.
gangguan visus dan epifora.1,7,14
• Jika perluasan sampai ke fossa kranii media
• 3. Gejala oral. maka saraf otak lainnya bisa terkena. Jika
• Perluasan tumor ke rongga mulut tumor meluas ke belakang, terjadi trismus
menyebabkan penonjolan atau ulkus di akibat terkenanya muskulus pterigoideus
palatum atau di prosesus alveolaris. Pasien disertai anestesia dan parestesia daerah
mengeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau yang dipersarafi nervus maksilaris dan
gigi geligi goyah. Seringkali pasien datang ke mandibularis
dokter gigi karena nyeri di gigi, tetapi tidak
sembuh meskipun gigi yang sakit telah
dicabut.1,4,7
PATOFISIOLOGI
• Gen yang memacu diferensiasi (proto-onkogen) dan yang menghambat diferensiasi
(antionkogen).
• Terjadinya transformasi dari satu sel normal menjadi sel kanker oleh karsinogen harus
melalui beberapa fase yaitu fase inisiasi dan fase promosi serta progresi.
• fase inisiasi terjadi perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi
ganas akibat suatu onkogen
• fase promosi sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas akibat
terjadinya kerusakan gen
• Sejak terjadinya kontak dengan karsinogen hingga timbulnya sel kanker memerlukan
waktu induksi yang cukup lama yaitu sekitar 15-30 tahun.
• fase in situ dimana pada fase ini kanker mulai timbul namun pertumbuhannya masih
terbatas jaringan tempat asalnya tumbuh dan
• belum menembus membran basalis. Fase in situ ini berlangsung sekitar 5-10 tahun. Sel
kanker yang bertumbuh ini nantinya akan menembus membrane basalis dan masuk ke
jaringan atau organ sekitarnya yang berdekatan atau disebut juga dengan fase invasif
yang berlangsung sekitar 1-5 tahun.
• Pada fase diseminasi (penyebaran) sel-sel kanker menyebar ke organ lain seperti
kelenjar limfe regional dan atau ke
• organ-organ jauh dalam kurun waktu 1-5 tahun.
• Sel kanker ini akan mendesak (ekspansi) ke sel-sel normal sekitarnya, mengadakan
infiltrasi, invasi, serta metastasis bila tidak didiagnosis sejak dini dan di berikan terapi
TUMOR JINAK
EPITELIAL :
• ADENOMA
• PAPILOMA
NON EPITELIAL
• FIBROMA
• ANGIOFIBROMA
• HEMANGIOMA
• NEURILEMOMMA
• OSTEOMA
• DISPLASIA FIBROSA
TUMOR GANAS
EPITELIAL
• KARSINOMA SEL SKUAMOSA(46%)
• KANKER KELENJAR LIUR (Schneiderian carcinoma dan melanoma
maligna (9%))
• ADENOKARSINOMA(13%)
• KARSINOMA TANPA DIFERENSIASI
NON EPITELIAL
• HEMANGIOPERISITOMA
• SARKOMA : RADOMIOSARKOMA, OSTEOGENIK SARCOMA,
• KEGANASAN LIMFOPROLIFERATIF (14%), : LIMFOMA MALIGNUM,
PLASMASITOMA, POLIMORFIK RETIKULOSIS
PAPILOMA SKUAMOSA

• Tumor jinak tersering adalah papiloma skuamosa.


• Secara makroskopis mirip dengan polip, tetapi lebih vaskuler, padat dan
tidak mengkilap.
• Etiologinya mungkin disebabkan oleh virus, namun perubahan epitel
pada papiloma skuamosa dapat bervariasi dalam berbagai derajat
diskeratosis.
• Lesi seringkali diamati pada sambungan mukoutaneus hidung anterior,
• terutama pada batas kaudal anterior dan septum. Untuk kepentingan
diagnosis ataupun pengobatan, eksisi lesi dilakukan dengan anestesi
lokal dan di periksakan untuk biopsi
PAPILOMA INVERSI

• Papiloma inversi ini membalik ke dalam epitel permukaan. Jarang


• ditemukan pada hidung dan sinus paranasalis, seringkali berasal dari
• dinding lateral hidung dan secara makroskopis terlihat hanya seperti
• gambaran polip. Tumor ini bersifat sangat invasif, dapat merusak jaringan
• sekitarnya. Tumor ini sangat cenderung untuk residif dan dapat berubah
• menjadi ganas (pada 10% kasus). Lebih sering dijumpai pada laki-laki
• usia tua. Terapi pada tumor ini adalah bedah radikal misalnya rinotomi
• lateral atau maksilektomi media
DISPLASIA FIBROSA

• Displasa fibrosa sering mengacu pada tumor fibro-oseus tak berkapsul


yang melibatkan tulang-tulang wajah dan sering mengenai sinus paranasalis.
• Etiologinya tidak diketahui, tumor ini merupakan tumor yang tumbuh
lambat, jarang disertai nyeri dan cenderung timbul sekitar waktu pubertas
dimana pasien datang dengan alasan kosmetik akibat asimetri wajah.
Karena pertumbuhan tumor kembali melambat dengan bertambahnya
usia, maka kebutuhan akan pengobatan bergantung pada derajat
deformitas atau ada tidaknya nyeri.
• Meskipun reseksi total diperlukan pada terapi tumor ini tapi pada
mayoritas kasus hanya dilakukan pengangkatan sebagian tumor saja untuk
memulihkan kontur dan fungsi wajah
ANGIOFIBROMA NASOFARING
JUVENIL
• Tumor jinak angiofibroma nasofaring sering bermanifestasi sebagai
massa yang mengisi rongga hidung bahkan juga mengisi seluruh rongga
sinus paranasal dan mendorong bola mata keanterior
KARSINOMA SEL SKUAMOSA
• Karsinoma sel skuamosa merupakan neoplasma epitelial maligna yang berasal dari
epitelium mukosa kavum nasi atau sinus paranasal termasuk tipe keratinizing dan
non keratinizing
• Secara makroskopik, karsinoma sel skuamosa kemungkinan berupa exophytic,
fungating atau papiler. Biasanya rapuh, berdarah, terutama berupa nekrotik, atau
indurated, demarcated atau infiltratif (Barnes et al, 2005).
• Mikroskopik Keratinizing Squamous Cell Carcinoma
Ditemukan diferensiasi skuamosa, di dalam bentuk keratin ekstraseluler atau keratin
intraseluler (sitoplasma merah muda, sel-sel diskeratotik) dan/atau intercellular
bridges. Tumor tersusun di dalam sarang-sarang, massa atau sebagai kelompok kecil
sel-sel atau sel-sel individual.
Invasi ditemukan tidak beraturan. Sering terlihat reaksi stromal desmoplastik.
Karsinoma ini dinilai berupa diferensiansi baik, sedang atau buruk
• Mikroskopik Non-Keratinizing (Cylindrical Cell, transitional) Carcinoma
Tumor ini merupakan tumor yang berbeda dari traktus sinonasal yang
dikarakteristikkan dengan pola plexiform atau ribbon-like growth pattern. Dapat
menginvasi ke dalam jaringan dibawahnya dengan batas yang jelas.
Tumor ini dinilai dengan diferensiasi sedang ataupun buruk. Diferensiasi buruk sulit
dikenal
sebagai skuamosa, dan harus dibedakan dari olfactory neuroblastoma atau karsinoma
neuroendokrin (Barnes et al, 2005).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. BIOPSI
Biopsi adalah pengangkatan sejumlah kecil jaringan untuk pemeriksaan
dibawah mikroskop
ukuran kecil, tumor dapat diangkat seluruhnya, sedangkan untuk ukuran besar maka
tumor hanya diambil sebagian untuk contoh pemeriksaan tumor yang sudah diangkat
Hasil pemeriksaan patologi anatomi (PA) dengan cara seperti inilah yang dijadikan
gold standart
Bila hasilnya jinak, maka selesailah
pengobatan tumor tersebut, namun bila ganas atau kanker, maka ada
tindakan
pengobatan selanjutnya apakah berupa operasi kembali atau diberikan
kemoterapi
atau radioterapi
2. ENDOSKOPI
alat endoskop yaitu berupa pipa fleksibel yang ramping dan memiliki
penerangan pada ujungnya sehingga dapat membantu untuk melihat area
sinonasal
sekaligus dapat berfungsi sebagai media biopsi dan juga terapi bedah
pada tumor sinonasal yang jinak

Anda mungkin juga menyukai