Anda di halaman 1dari 33

PARTUS KASEP

( Neglected Labour)
DEFINISI
Suatu keadaan di mana persalinan mengalami
kemacetan dan berlangsung lama sehingga
menimbulkan komplikasi pada ibu ataupun
anaknya.
PATOFISIOLOGI
• Penyebab kemacetan persalinan:
– Faktor panggul : Kesempitan panggul
– Faktor anak : kelainan letak, macrosomia
– Faktor tenaga : Inertia uteri
– Faktor penolong: pimpinan persalinan yang
salah
Lama persalinan normal
• Fase laten : primi : 20 jam multi: 14 jam
• Fase aktif
• Primi : 1,2 cm perjam
• Multi : 1,5 cm perjam
• Kala II:
• Primi : 2 jam
• Multi : 1 jam
GEJALA KLINIS
1. Komplikasi pada anak
1. Kaput succedaneum yang besar
2. Gawat janin
– Air ketuban bercampur mekoneum
– Denyut jantung janin bradikardia/takikardia/irreguler
– Gerak anak berkurang
3. Kematian janin (IUFD)
2. Komplikasi pada ibu
1. Portio/Vagina/vulva edema
2. Ruptura uteri
3. Febris
4. Ketuban hijau
5. Dehidrasi
Gejala klinis
3. Tanda-tanda infeksi intrauterine
• Kriteria Gibbs: temperatur rectal lebih dari 37,8oC
disertai dengan 2 atau lebih tanda-tanda berikut:
– Maternal tahycardia (>100x/mnt)
– Fetal Tachycardia (>160x/mnt)
– Uterine tenderness
– Cairan ketuban keruh dan berbau
– Maternal leucocytosis (>15.000 /mm3)
DIAGNOSA
• Ditegakkan berdasarkan adanya partus yang
lama ( fase-fase persalinan yang memanjang)
ditambah dengan adanya komplikasi akibat dari
partus lama tersebut, yaitu:
1. Dehidrasi dan kelelahan ibu
2. Vulva/portio/cervix edema
3. Ruptura uteri
4. Infeksi intrauterine
5. Caput succedaneum
6. Gawat janin
Komplikasi
• Ibu:
• Infeksi
• Asidosis
• Dehidrasi
• Robekan jalan lahir, VU, rectum
• Anak
• Gawat janin
• Asfiksia berat
• Cacat otak
• Trauma persalinan
• IUFD
Penanganan
• Tujuan:
– Memperbaiki keadaan ibu:
– Koreksi cairan
– Koreksi keseimbangan asam basa
– Pemberian kalori
– Pemberantasan infeksi
– Penurunan panas
– Mengakhiri persalinan
PENATALAKSANAAN
1. Perbaikan keadaan umum ibu:
• Pasang infus dan kateter urine
• Infus cairan elektrolit dan kalori
» Normal saline 500cc
» Dextrose 5-10% 500cc
• Koreksi asam basa
• Antibiotika spektrum luas:
» Ampicillin 3 x 1 gr iv/hari dilanjutkan 4x500 mg po
selama 3 hari
» Metronidazole 3x1 gr supp selama 5-7 hari
• Pemberian obat penurun panas
» Antipiretik injeksi 2cc im
2. Terminasi kehamilan
• Sesuai syarat , indikasi dan kontraindikasi saat itu.
• Dibagi atas:
• Ruptura uteri complete
– Meliputi seluruh ketebalan dinding uterus
– Dibagi atas:
» Traumatic ( karena adanya trauma/proses persalinan dengan
tindakan)
» Spontaneus (biasanya sudah ada bekas operasi pada uterus
atau kelainan kongenital dari uterus)

• Ruptura uteri incomplete


– Robeknya dinding uterus sebagian, biasanya peritoneum
viscerale masih intak

• Insidennya: 1:1148 kelahiran (Current,2003)


• Faktor resiko terjadinya ruptura uteri:
• Riwayat adanya operasi pada uterus
» SC, hysterotomy, myomectomy, cornual resection
• Trauma ( KLL, forceps, versi, versi ekstraksi, curretage,
manuil placenta)
• Overdistensi uterus
» Gemelli, hydramnion, macrosomi
• Kelainan bentuk uterus
• Panggul sempit
• Placenta perkreta
• Choriocarcinoma
• Multiparitas
• Induksi persalinan ( misoprostol, oxytocin)
• Biasanya terjadi dalam persalinan
• Khusus untuk ruptur dari scar akibat SC
Classic, 1/3 kasus terjadi sebelum aterm
atau sebelum persalinan
• Sebab lain ruptur sebelum persalinan a.l:
• Placenta percreta
• Choriocarcinoma
• Cornual pregnancy
GEJALA KLINIS
• Anamnesa:
– Nyeri lokal RUI
– Perdarahan pervaginam
– Nyeri hebat setelah kontraksi
• Pemeriksaan fisik:
– Inspeksi
• Hypovolemic syok
• Adanya pathological retraction ring (Bandl’s ring) RUI
– Palpasi
• Bagian janin mudah diraba
• Didapatkan uterus di samping bagian janin
• Hilangnya kontraksi rahim
• Adanya cairan bebas dalam rongga peritoneum
GEJALA KLINIS
– Auskultasi:
• Hilangnya denyut jantung janin, didahului dengan
bradikardi
– Pemeriksaan dalam:
• Darah segar dari oue
• Bagian terbawah janin mudah didorong ke atas
• Catheter urine: hematuria
PENANGANAN
• Bila fungsi reproduksi masih dibutuhkan se-
konservatif mungkin (ruptur repaired)
• Hysterectomy adalah pilihan utama terapi
untuk ruptur uteri komplet. Baik TAH atau
SVH.
PENCEGAHAN

Good Obstetric Judgement


Good Obstetric Technique
Good Obstetric Supervision
KOMPLIKASI
• Perdarahan
• Syok
• Infeksi
• Kerusakan ureter
• Thrombophlebitis
• Emboli air ketuban
• DIC
• Kegagalan hypofise
• Maternal mortality
• Perinatal mortality
SYMPHYSIOTOMY
• Pertama kali dilakukan oleh Sigault pada
tahun 1777.
• Van de Velde, Gigli memberi istilah
pubiotomy
• Terutama untuk ibu-ibu yang jauh dari
fasilitas kesehatan (untuk SC a/I CPD)
Indikasi
• Deformitas panggul ringan yang
mengganggu turunnya kepala janin
• Terutama pada rongga pelvis di mana
diameter transversa dari outlet sempit
• Berdasarkan penelitian didapatkan
pertambahan 1 cm dari diameter transversa
baik pada inlet maupun outlet.
• Tiga kriteria pemilihan kasus yang aman
untuk dilakukan symphysiotomy:
– Assessment yang akurat mengenai ukuran
kepala janin yang masih teraba di atas
symphysis
– Assessment yang hati-hati tentang derajat
moulage kepala
– Assessment yang tepat untuk perkiraan berat
janin, seyogyanya antara 2500 – 3500 gram
• Bila sebelum inpartu sudah jelas didapatkan
tanda-tanda CPD  pilihan utama: SC
Anatomi
• Artikulasi pubis: Amphiarthrodial joint
• Secara fisiologis sudah terjadi peregangan
artikulasi tulang-tulang panggul saat kehamilan
karena pengaruh hormon.
• Stabilitas tulang pubis tergantung pada
ligamentum anterior, posterior, superior dan
arcuatus.
• Perdarahan yang banyak terjadi akibat robeknya
pleksus vesica inferior dan vena dorsalis clitoridis
Tehnik Subcutaneus
Symphysiotomy
• Tujuannya untuk memisahkan sebagian
symphysis dan dilakukan melalui incisi
suprapubis yang kecil dengan scalpel.
• Dapat dilakukan dengan local anesthesia
• Setelah symphysiotomy, persalinan lebih
baik dipercepat dengan vacum /forceps.
Cara:
• Pasien litotomi, kaki ditopang oleh asisten
• Pemasangan cateter urethra
• Dibuat incisi 1-2 cm di atas symphysis
• Satu jari tangan kiri dimasukkan dalam vagina
untuk mendorong urethra ke salah satu sisi
symphysis.
• Scalpel terus digerakkan sesuai gerakan gergaji
untuk memisahkan sendi symphysis sampai pada
lig. Arcuata.
• Episiotomy lebar
Poin-poin penting
• Jangan mendorong ujung scalpel terlalu
jauh ke bawah
• Agar sendi hanya terpisah sebagian,
tinggalkan bagian terbawah ligamen untuk
terputus sendiri saat kepala janin turun
• Lakukan episiotomy lebar
Komplikasi
• Perdarahan
• Cedera urethra dan bladder
• Infeksi
• Kesukaran untuk bergerak (sementara)
• Nyeri saat berjalan (sementara)

Anda mungkin juga menyukai