Penemuan Hukum
Interpretasi Hukum:
radd adalah memberikan sisa harta warisan kepada żawi al-furud yang memiliki
hubungan darah sesuai dengan bagiannya ketika tidak ada ahli waris ‘asabah
dengan mengecualikan suami atau istri
radd tidak akan terjadi kecuali terwujud dan memenuhi tiga persyaratan: 1)
adanya aṣḥāb al-furūḍ; 2) tidak ada aṣābah/ ahli waris laki-laki; 3) adanya sisa
harta setelah pembagian kepada aṣḥāb al-furūḍ.
Sayyid Sabiq mengatakan tiga unsur ini merupakan rukun yang harus
dipenuhi dalam radd,
Jumhur ulama menyatakan ada 8 orang yang berhak menerima radd: Anak
perempuan,
Cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki, Saudara kandung perempuan,
Saudara perempuan seayah, Ibu kandung, Nenek (dari ibu atau bapak), Saudara
perempuan seibu, Saudara laki-laki seibu
Utsman ibn ‘Affan berpendapat bahwa semua ahli waris berhak mendapatkan
radd meskipun suami atau istri. Karena menurutnya suami dan istri dalam
posisi ‘aul ikut menanggung kekurangan harta
Kelompok yang menolak konsep radd
1. Status suami dan istri dalam radd
HN: dapat radd (hakim bebas merujuk pada
mashab apapun)
SB: dapat radd (menganalogikan posisi suami
dan istri ketika terjadi ‘aul)
ST: dapat radd (melihat bagaimana jasa pasangan
semasa hidup pewaris, menafikan jasanya
merupakan ketidakadilan)
KN: dapat radd (tidak ada pengacualian suami
dan istri dalam KHI pasal 193)
NS: tidak dapat radd (merujuk pada pendapat
ijma’ ulama yang mu’tabar)
2. Makna berimbang