Anda di halaman 1dari 47

Pendahuluan

•Mengevaluasi pasien pra,


Penatalaksanaan anestesia intra dan pasca anestesia
perioperatif •terapi intensif dan
pengelolaan nyeri
•berkorelasi dengan
Status fisik American Society of
morbiditas perioperatif
Anesthesiologists (ASA)
dan kematian
•anastesi regional
Anestesi lokal, regional, dan
•blok sentral
umum.
•blok perifer
Indonesia, tercatat 35.917
•5.786 kasus diantaranya
akibat kasus kecelakaan kerja
terjadi di Sumatera Utara
terjadi pada tahun 2013.

Stabilisasi awal setelah telah


diresusitasi secara memadai
a. Vertebra
Anatomi
7 vertebra cervicalis
12 vertebra thoracalis
5 vertebra lumbalis
5 vertebra sakral
4-5 tulang coccygeal
b. Lapisan jaringan punggung
Anestesi Regional
Anestesi
Regional

Sentral Perifer

Spinal Epidural Pleksus


Teknik Anestesi Epidural

1. Persiapan pasien
Posisi  lateral dekubitus / duduk
Jarum  Crawford atau Tuohy
2. Teknik Pencapaian ruang epidural
loss of resistance atau Hanging drop
setelah itu dilakukan uji dosis
3. Cara penyuntikan
Suntikan diberikan secara bertahap 3-5ml tiap 3-
5 menit.
Anestesi lokal yang digunakan

Short acting Intermediate Long acting

• Chloroprocaine • Lidocaine • Bupivacaine


• Mepivacaine • Ropivacaine
• Lebobupivacaine
Indikasi Anestesi Epidural

 Pembedahan pada operasi caesar


 Pembedahan prostat atau buli-buli
 Amputasi tungkai bawah
 Pembedahan pada organ abdomen seperti
appendicitis, herniasi
 Sebagai manajemen nyeri
Kontra Indikasi Anestesi Epidural

Absolut :
 Pasien menolak
 Infeksi pada tempat suntikan
 Tekanan intra kranial meningkat
 Koagulopati
Relatif :
 Infeksi Sistemik
 Penyakit jantung
 Nyeri Punggung kronis
Crush Injury
Definisi :
Luka yang hancur pada extremitas atau anggota badan yang
mengakibatkan terjadinya KERUSAKAN pada kulit ,jaringan lunak,
pembuluh darah, persarafan, tendon, fascia maupun tulang
Etiologi :
 Kecelakaan lalu lintas
 Kecelakaan Kerja
 Becana
Terapi Cairan
Fisiologi

BODY FLUID COMPARTMENTS

Total Body
Total Body Water Body Weight (%) Water (%)

Total 60 100
Intracellular 40 67
Extracellular 20 33
Intravascular 5 8
Interstitial 15 25
FLUID THERAPY

RESUSCITATION MAINTENANCE

Crystalloid Colloid ELECTROLYTES NUTRITION

1. Replace acute loss 1. Replace normal loss


(hemorrhage, GI loss, (IWL + urine+ faecal)
3rd space etc) 2. Nutrition support
DONOR RESIPIEN

- Pasien

AMAN - Donor
- Petugas

RASIO- - Jenis
NAL - Jumlah
>20% volume
Hb < 8gr/dl / Ht
darah, pd bedah
< 30%,
mayor

INDIKASI

Kehilangan Kehilangan
darah > 15% pd darah 20% pd
bayi, anak (Hb dewasa (Hb
normal) normal)
WB
•Segar
•Baru
• Simpan

PRC
• Frozen Wash Concentrated Red
Blood Cells
• Washed Red Cell
TROMBOSIT
•Platelet Rich Plasma
•Platelet Concentrate

PLASMA
• Plasma Cair
• Plasma kering
• FFP
• Cryopresipitate
• Albumin
Hemolitik
Reaksi
Imunologis
Non-
Komplikasi
hemolitik
Reaksi Non-
Imunologis

Upaya Mengurangi Resiko

• Seleksi
• Infeksi (-)
• Penanganan yang baik
• Penggunaan tepat
Penanganan Gawat Darurat
Trauma
Lk, 26 Tahun, 70 kg
KU : Nyeri pada kaki kiri
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak kurang lebih 1 jam sebelum
masuk Rumah Sakit.. Awalnya pasien sedang bekerja lalu
terjatuh dan kaki kiri masuk ke alat penggiling plastik. Lalu
dada kiri terbentur ke lantai. Pasien sadar pada saat
kejadian. Mual dan muntah disangkal pasien. Kemudian
pasien dibawa ke RS Binjai dan langsung di rujuk ke RSHAM.
BAB (+) N, BAK (+) N
RPT : Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-)
RPO:IVFD RL 4 fl, HES 5% 1 fl, Inj. Ranitidine 1 amp, Inj.
Ketorolac 2 amp, Inj. Ceftriaxone 1gr
[
Time Sequence
30/1/2016
Pukul 09.00 wib
Masuk RSUP HAM

30/1/2016
Pukul 10.30 wib
Konsul Anestesi
Pukul 20.30 wib
ACC tindakan anestesi

30/1/2016
Pukul 21.00 wib
Operasi Open Amputation (L) Leg
Primary Survey
Tanggal 30-1-2016
A : Airway: Clear , C –Spine: Stabil

B : Pernafasan: Spontan, Thorax: Simetris, RR: 24x/menit, SaO2: 99%

SP: Vesikuler , ST: (-), Jejas pada thorax: ()

C : CRT > 2 detik, Akral: D/P/B, TD:100/70 mmHg, HR:120 x/menit, reg, t/v:
lemah/kurang

D : Sensorium: Compos Mentis, AVPU: Alert, Pupil: φ RC: +/+, kejang (-)

E : Oedema (-)
Foto Klinis
Penanganan di IGD
 Pasang 2 IV Line dengan bore besar (18G) di tangan kiri dan
tangan kanan Resusitasi dan persiapan operasi
 Pasang Kateter UrinePantau UOP
 Nilai derajat kelas perdarahan  Resusitasi Cairan
 Pemberian cairan koloid 1 fl dengan maintenance 30gtt/i
 Inj Ketorolac 30mg/8 jam
 Inj Ranitidin 50mg/12 jam
 Inj Ceftriaxon 1gr/12 jam
 Inj Tetagam 1 ampul
 Rencana dilakukan foto knee (L) AP, thorax AP, supine,
pelvic AP, cervical lateral.
 Rencana dilakukan cek darah lengkap, HST, Elektrolit, KGD,
AGDA, RFT, LFT, Albumin
 Rencana dilakukan tindakan open amputation o/t left femur
PERDARAHAN
10% EBV 30% EBV ≥50% EBV

SESAK - RINGAN ++

TENSI NORMAL TTU

NADI CEPAT SGT TTB


CEPAT
URINE NORMAL OLIGURI ANURIA

KESADAR NORMAL DISORIEN COMA


AN TASI
Resusitasi Cairan
EBV = 70cc/kgBB

TERAPI CAIRAN PADA PERDARAHAN =


2-4 X JUMLAH PERDARAHAN

TARGET = T≥100 mmHg


N<100 x /menit

EBV = 70 cc x 70 Kg = 4.900 cc
Perkiraan Perdarahan Derajat Kelas 2

Cara pemberian cairan


20-40cc/kgBB/ ½ – 1jam

 EBV : 70ml x 70 = 4900cc


%Blood loss : 15-30 % = 735cc– 1470cc
Kristaloid : Ringer laktat 5fl  625cc
Koloid : Gelofusin 1fl  500 cc
 Tranfusi darah : WB : 5x (10- 7,3) x 70 = 945 cc
Laboratorium

Hb/Ht/L/Tr: 7,3/20,2/25.310/227.000
PT/INR/aPTT/TT: 17.2(14,3)/1,2/30(34,5)/15,7(17,5)
KGDs: 202
Ur/Cr: 21/0,77
Na/K/Cl: 139/3,5/105
Secondary Survey
Tanggal 30-1-2016
 B1 : airway clear dengan sungkup terpasang, RR : 20x/menit, SP :
vesikuler, ST : - , S/G/C = -/-/-, Riw asma/sesak/batuk/alergi : -/-/-/- ;
MLP : I
 B2 : akral : H/M/K, TD : 120/80, HR : 95x/menit, T/V : kuat/cukup ,
CRT: < 2 detik, T : 37.0°C
 B3 : Sens : GCS 15 (E4, M6, V5) ; pupil : isokor, diameter kiri 3mm/
kanan 3mm; RC: +/+, VAS 8
 B4 :BAK (+) vol : 1000cc, warna : kuning keruh
 B5 :abdomen : soepel, peristaltik (+) normal
 B6 : oedem(-), fraktur : (+)
Diagnosa :
Crush Injury o/t Left Leg

 Tindakan : Open Amputation


 PS ASA : 2E
 Anestesi : RA-Epidural
 Posisi : Supine
Ro Thorax
Ro Pelvic
Ro Femur
Pre Operation: Dilakukan teknik
anastesi RA- Epidural dengan
daerah pemasangan L3-L4
melalui jarum 18G, pasien
diberikan ropivacaine 0,75% 10
ml dengan hasil partial. O2 3L/i

Teknik
Anestesi
Post operasi :TD : 100/60 mmHg,
Nadi : 100x/i , RR : 16x/i ; SaO2 :
Durante Operation :Durasi 99%. Edukasi : jangan angkat
pembiusan : 3 jam 45 menit kepala minimal 24 jam post
Diberikan Ropivacaine operasi,bed rest 24 jam, bila
0,75% 5ml per jam, O2 3L/i muntah merengkan ke kiri
Nasal Canul, TD : Pengobatan diruangan : IVFD RL
110/80mmHg, Nadi :80- 30gtt/i Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
90x/i, SaO2 : 99% Inj. Gentamycin 80mg/8jam
Ranitidine 50mg/12 jam Ketorolac
30mg/ 8 jam.
Follow Up
31 Januari 2016
S : Post amputation
O:
B1 : Airway: clear, S/G/C : -/-/-, RR: 20 x/menit, SP/ST: vesikuler/-, SpO2: 100%
B2 : Akral : H/M/K, TD: 130/60 mmHg , HR: 90 x/menit, T/V: cukup, CRT < 2 detik, regular,
VAS 4
B3 : Sens: Compos Mentis, RC: +/+, pupil: isokor
B4 : UOP: (+)
B5 : Soepel, peristaltik (+)
B6 : Oedem (-)
A: Crush Injury o/t left leg, post amputation
P:
- IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam
- Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 50mg/ 12jam
- inj. Gentamycin 80mg/8 jam
1 Februari 2016
S : Post amputation
O:
B1 : Airway: clear, S/G/C : -/-/-, RR: 20 x/menit, SP/ST: vesikuler/-, SpO2: 99%
B2 : Akral : H/M/K, TD: 120/70 mmHg , HR: 92 x/menit, T/V: cukup, CRT < 2 detik, reguler
B3 : Sens: Compos Mentis, RC: +/+, pupil: isokor
B4 : UOP: (+)
B5 : Soepel, peristaltik (+)
B6 : Oedem (-)
A: Crush Injury o/t left leg, post amputation
P:
- IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam
- Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 50mg/ 12jam
- inj. Gentamycin 80mg/8 jam
2 Februari 2016
S : Post Op
O:
B1 : Airway: clear, S/G/C : -/-/-, RR: 19 x/menit, SP/ST: vesikuler/-, SpO2: 99%
B2 : Akral : H/M/K, TD: 130/70 mmHg , HR: 90 x/menit, T/V: cukup, CRT < 2 detik,
reguler
B3 : Sens: Compos Mentis, RC: +/+, pupil: isokor
B4 : UOP: (+)
B5 : Soepel, peristaltik (+)
B6 : Oedem (-)
A: Crush Injury o/t left leg, post amputation
P:
- IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam
- Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 50mg/ 12jam
- inj. Gentamycin 80mg/8 jam
3 Februari 2016
S : Post Op
O:
B1 : Airway: clear, S/G/C : -/-/-, RR: 15 x/menit, SP/ST: vesikuler/-, SpO2: 98%
B2 : Akral : H/M/K, TD: 120/70 mmHg , HR: 92 x/menit, T/V: cukup, CRT < 3 detik,
reguler
B3 : Sens: Compos Mentis, RC: +/+, pupil: isokor
B4 : UOP: (+), kateter terpasang, volume: 30 cc/jam
B5 : Soepel, peristaltik (+)
B6 : Oedem (-)
A: Crush Injury o/t left leg, post amputation
P:
- IVFD RL 20gtt/i
- Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam
- Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
- Inj. Ranitidine 50mg/ 12jam
- inj. Gentamycin 80mg/8 jam
Masalah dan Pembahasan
No. Masalah Pembahasan

1. Airway Airway
Clear Clear
2. Breathing Breathing
Pasien mengalami peningkatan frekuensi Pada pasien ini karena terjadinya
pernafasan 22 kali/menit. Pada pasien ini hipovolemik, maka perfusi jaringan
dilakukan pemasangan nasal kanul dan berkurang sehingga banyak terbentuk
diberikan 3 L oksigen. Saturasi oksigen laktat. Timbunan laktat yang tinggi dalam
dipertahankan > 90%. darah menimbulkan pH darah menjadi
asam sehingga dikompensasi dengan
bernafas secara cepat
3. Circulation Circulation
Dilakukan pemasangan 2 IV line dengan IV Pada crush injury, terjadi kerusakan
cath No. 18 G dan dilakukan pemberian pembuluh darah sehingga
cairan untuk mencukupi kebutuhan cairan mengakibatkan cairan dari intravaskuler
pasien, menjaga sirkulasi tubuh tetap lancar. berpindah keluar ke interstisial. Hal
Hasilnya yaitu akral hangat, merah, kering dikarenakan adanya perubahan
dan denyut jantung berkurang, tekanan permeabilitas yang hampir menyeluruh
darah naik. sehingga terjadi penimbunan cairan di
interstisial yang menyebabkan kondisi
hipovolemik
4. Disability Disability
Pada evaluasi secondary survey pada B3 atau Penilaian pada disability pada saat
Brain didapati pasien memiliki GCS15 (E4 M6 primary survey hanya menilai pasien
V5). dengan AVPU, dan pada secondary
survey dilakukan lebih cermat dengan
Glasgow Coma Scale dengan nilai paling
5. Exposure Exposure
Dijumpai fraktur terbuka pada kaki Seluruh pakaian dibuka dan mencari trauma dari
kiri setentang lutut hingga telapak head to toe. Dilakukan cara logroll untuk melihat
kaki adanya jejas di daerah punggung.
Pasien yang pakaiannya dibuka cenderung untuk
mengalami hipotermi, sehingga diperlukan untuk
menyelimuti pasien atau menggunakan blanket
penghangat.

6. Penanganan awal akibat crush injury Crush injury rentan terhadap rasa nyeri sehingga
dapat dicegah dengan dlakukan: diperlukan:
- Cegah hipovolemia - Golongan analgetik non-opiod selain bersifat
- Pasien dalam keadaan anti inflamasi juga bersifat antipiretik, dan anti
normovolume pembekuan darah. Analgetik NSAID sering
- Cegah nyeri, diberikan analgesia digunakan seperti ketorolac.
yaitu injeksi Ketorolac 30mg/8 - Sifat analgetik ketorolac setara dengan opioid,
jam/IV yaitu 30 mg ketorolac= 12 mg morfin= 100 mg
BAB V
KESIMPULAN
Bapak YA, 26 tahun 70 kg, datang ke Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik dengan keluhan
pendarahan disertai nyeri pada kaki kiri dan
didiagnosa dengan crush injury o/t left leg.
Dilakukan teknik anastesi RA- Epidural dan open
amputation left leg.

Anda mungkin juga menyukai