Permenkes 012 th 2012 ttg akreditasi RS (berlaku 15 maret 2012) Standar Akreditasi RS 2011 (KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN NOMOR HK.02.04/ I/ 2790/ 11 TENTANG STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT (berlaku mulai 1 jan 2012) Permenkes no 58/2014 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian di RS Mutu pelayanan RS yang sangat rendah masyarakat Indonesia yang semakin kritis dalam menilai pelayanan kesehatan, semakin selektif dan berhak mendapatkan pelayanan yang bermutu minat masyarakat untuk berobat keluar negeri Perlu adanya standar untuk sebuah pelayanan RS yang bermutu dan prosedur untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan berkelanjutan SEJARAH AKREDITASI DI INDONESIA Diterbitkannya SK MenKes No. 033/Birhup/1972 yang berisi kriteria dan standar mutu pelayanan RS Disusul dengan kebijakan-kebijakan lain yang berisi standar dan pedoman pelayanan RS baik dari aspek pelayanan, ketenagaan, sarana termasuk penetapan jenis kelas RS Th 1984 : uji coba akreditasi RS dengan menyelenggarakan lomba penampilan RS setiap Hari kesehatan Nasional. Mulai dikembangkan indikator mutu pelayanan RS tipe C dan RS swasta yang setara Th 1992 : penyusunan standar pelayanan RS dan standar pelayanan medik. Th 1995 : dilakukan akreditasi RS dengan menerbitkan instrumen self assessment yang pertama kali Pelaksanaan akreditasi rumah sakit th 1995 hanya 5 pelayanan, th 1998 menjadi 12 pelayanan th 2002 menjadi 16 pelayanan. Rumah sakit dapat memilih akreditasi untuk 5, 12 atau 16 pelayanan, sehingga standar mutu rumah sakit dapat berbeda tergantung berapa pelayanan akreditasi yang diikuti. Akreditasi Rumah Sakit (Standar Akreditasi 2011) adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan Akreditasi Rumah Sakit (permenkes no. 012/ 2012) adalah suatu pengakuan thd RS yg diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh menteri, setelah dinilai bahwa RS itu memenuhi standar pelayanan RS yang berlaku untuk meningkatkan pelayanan secara berkesinambungan. meningkatkan mutu pelayanan RS Meningkatkan keselamatan pasien RS Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, SDM RS dan RS sbg institusi Mendukung program pemerintah di bidang kesehatan Undang-undang No.44 Tahun 2009 ttg RS, pasal 40 ayat 1 : Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Permenkes 012 th 2012 ttg akreditasi RS : pasal 3 ayat 3: RS wajib mengikuti Akreditasi Nasional Pasal 3 ayat 7: RS yg telah memperoleh ijin operasional dan beroperasi sekurang-kurangnya 2 tahun wajib mengajukan permohonan akreditasi Akreditasi Nasional (oleh lembaga independen pelaksana akreditasi) Akreditasi Internasional (oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi internasional yg sdh terakreditasi oleh International Society for Quality in Health Care (ISQua)
Dalam meningkatkan daya saing, RS dapat
mengikuti akreditasi internasional sesuai kemampuan, dg syarat harus sdh mendapatkan status akreditasi nasional Persiapan Akreditasi (pemenuhan standar dan penilaian mandiri (self assesment) dg instrumen akreditasi Bimbingan Akreditasi (oleh pembimbing akreditasi dari lembaga independen pelaksana akreditasi yg akan melakukan akreditasi) Pelaksanaan Akreditasi (survei dan penetapan status akreditasi oleh lembaga independen pelaksana akreditasi) Kegiatan Pasca Akreditasi (survei verifikasioleh lembaga independen pelaksana akreditasi) RS terakreditasi nasional wajib menginformasikan status akreditasi kepada publik RS terkreditasi internasional harus melaporkan statusnya kepada MenKes RS dapat mencantumkan “terakreditasi nasional” atau ”terakreditasi internasional” setelah nama RS dengan huruf lebih kecil dari nama RS Lembaga independen penyelenggara akreditasi wajib melaporkan RS yg telah terakreditasi oleh lembaga tsb KARS : Komisi Akreditasi RS), dari dalam negeri JCI : Joint Commissions International, dari luar negeri Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan (UU no 44/2009 ttg RS).
Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana
fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit (Permenkes 58/2014). (1) harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau. (2) Pelayanan sediaan farmasi di RS harus mengikuti standar pelayanan kefarmasian. (3) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di RS harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu. (4) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi Rumah Sakit harus wajar dan berpatokan kepada harga patokan yang ditetapkan Pemerintah. Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu
pintu, Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian Akreditasi yg telah dijalankan sejak 1995, dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi, memerlukan perubahan. Perlu ditetapkannya kebijakan akreditasi rumah sakit yg lebih berkualitas dan menuju standar Internasional. Kementerian Kesehatan khususnya Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan memilih akreditasi dengan sistem Joint Commission International (JCI) karena lembaga akreditasi ini mrpk badan yang pertama kali terakreditasi oleh International Standart Quality (ISQua) selaku penilai lembaga akreditasi. Komisi Akreditasi Rumah Sakit bersama-sama dengan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan R.I berupaya menyusun standar akreditasi baru yang mengacu pada : Buku International Principles for Healthcare Standards, A Framework of requirement for standards, 3rd edition December 2007 International Society for Quality in Health Care Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals 4rd edition dari JCI 2011 Instrumen Akreditasi Rumah Sakit, edisi 2007 ,KARS Standar-standar spesifik lainnya Kelompok Standar Berfokus Kepada Pasien Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit Kelompok Sasaran Keselamatan Pasien Kelompok Sasaran Menuju Millenium Development Goals BAB 1. AKSES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN (APK) BAB 2. HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK) BAB 3. ASESMEN PASIEN (AP) BAB 4. PELAYANAN PASIEN (PP) BAB 5. PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) BAB 6. MANAJEMEN DAN PENGGUNAAN OBAT (MPO) BAB 7. PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK) BAB 1. PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) BAB 2. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) BAB 3. TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN, DAN PENGARAHAN (TKP) BAB 4. MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) BAB 5. KUALIFIKASI DAN PENDIDIKAN STAF (KPS) BAB 6. MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMASI (MKI) SASARAN I. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN SASARAN II. PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF SASARAN III. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI SASARAN IV. KEPASTIAN TEPAT LOKASI,TEPAT PROSEDUR,TEPAT PASIEN OPERASI SASARAN V. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN SASARAN VI. PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH SASARAN I. PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN PENINGKATAN KESEHATAN IBU SASARAN II. PENURUNAN ANGKA KESAKITAN HIV/AIDS SASARAN III.PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TB Manfaat proses akreditasi rumah sakit dapat : Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik beratkan sasarannya pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga staf merasa puas Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak mereka, dan melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan Menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien Membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerja sama. Kepemimpinan ini menetapkan prioritas untuk dan demi terciptanya kepemimpinan yang berkelanjutan untuk meraih kualitas dan keselamatan pasien pada semua tingkatan 1. Tingkat Dasar (4 mayor, 11 minor) 2. Tingkat Madya (8 mayor, 7 minor) 3. Tingkat Utama (12 mayor, 3 minor) 4. Tingkat Paripurna (15 mayor) Kriteria Lulus Tingkat Dasar a. Empat bab digolongkan Major, nilai minimum setiap bab harus 80% : 1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit 2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) 4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
b Sebelas bab digolongkan Minor, nilai minimum setiap bab harus 20 % :
1) Millenium Development Goal’s (MDG’s) 2) Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK) 3) Asesmen Pasien (AP) 4) Pelayanan Pasien (PP) 5) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 6) Manajemen Penggunaan Obat (MPO) 7) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 8) Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS) 9) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 10) Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan ( TKP) 11) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) Kriteria Lulus Tingkat Madya a. Delapan bab digolongkan Major,nilai minimum setiap bab harus 80%: 1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit 2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) 4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 5) Millenium Development Goal’s (MDG’s) 6) Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK) 7) Asesmen Pasien (AP) 8) Pelayanan Pasien (PP)
b. Tujuh bab digolongkan Minor, nilai minimumsetiap bab harus 20 % :
1) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 2) Manajemen Penggunaan Obat (MPO) 3) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 4) Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS) 5) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 6) Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP) 7) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) Kriteria Lulus Tingkat Utama a. Duabelas bab digolongk Major,nilai minimum setiap bab harus 80 % : 1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit 2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) 4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 5) Millenium Development Goal’s (MDG’s) 6) Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK) 7) Asesmen Pasien (AP) 8) Pelayanan Pasien (PP) 9) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 10)Manajemen Penggunaan Obat (MPO) 11)Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 12)Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)
b. Tiga bab digolongkan Minor, nilai minimum setiap babharus 20 % :
1) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 2) Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP) 3) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) Kriteria Lulus Tingkat Paripurna Limabelas (semua) bab digolongkan Major, nilai minimum setiap bab harus 80 % : 1) Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit 2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 3) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) 4) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) 5) Millenium Development Goal’s (MDG’s) 6) Akses Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK) 7) Asesmen Pasien (AP) 8) Pelayanan Pasien (PP) 9) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) 10)Manajemen Penggunaan Obat (MPO) 11)Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 12)Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS) 13)Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) 14)Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP) 15)Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) Manajemen obat merupakan komponen yang penting dalam pengobatan simptomatik, preventif, kuratif dan paliatif, terhadap penyakit dan berbagai kondisi. Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang digunakan rumah sakit sakit dalam memberikan farmakoterapi kepada pasien. Biasanya merupakan upaya multidisiplin, dalam koordinasi para staf rumah sakit, menerapkan prinsip rancang proses yang efektif, implementasi dan peningkatan terhadap seleksi, pengadaan, penyimpanan, pemesanan/peresepan, pencatatan (transcribe), pendistribusian, persiapan (preparing), penyaluran (dispensing), pemberian, pendokumentasian dan pemantauan terapi obat. Pemberian obat (medication) digambarkan sbg peresepan obat; obat contoh; obat herbal; vitamin; nutriceuticals; obat OTC; vaksin; atau bahan diagnostik dan kontras yang digunakan atau diberikan kepada orang untuk mendiagnosis, untuk pengobatan, atau untuk mencegah penyakit atau kondisi abnormal lainnya; pengobatan radioaktif; terapi pernapasan; nutrisi parenteral; derivative darah; dan larutan intravena (tanpa tambahan, dengan tambahan elektrolit dan atau obat) Penggunaan obat di rumah sakit sesuai dengan undang-undang, dan peraturan yang berlaku dan diorganisir untuk memenuhi kebutuhan pasien. Penjelasan : Obat, sebagai suatu sumber penting dalam pelayanan pasien, harus diorganisir secara efektif dan efisien. Manajemen obat bukan hanya tanggung jawab dari pelayanan farmasi tetapi juga dari para manajer dan praktisi asuhan klinis Obat dengan cara seleksi yang benar, digunakan untuk peresepan atau pemesanan, ada di stok atau siap tersedia. Penjelasan : Kadang-kadang terjadi kehabisan obat karena terlambatnya pengiriman, kurangnya stok nasional atau sebab lain yang tidak diantisipasi dalam pengendalian inventaris yang normal. Ada suatu proses untuk mengingatkan para pembuat resep tentang kekurangan obat tersebut dan saran substitusinya Obat disimpan dengan baik dan aman. Penjelasan : Obat disimpan dalam kondisi yang sesuai bagi stabilitas produk. Bahan yang terkontrol dilaporkan secara akurat sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk menyiapkan obat diberi label secara akurat menyebutkan isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan Seluruh tempat pernyimpanan obat diinspeksi secara berkala sesuai kebijakan rumah sakit untuk memastikan obat disimpan secara benar; Kebijakan rumah sakit menjabarkan cara identifikasi dan penyimpanan obat yang dibawa oleh pasien Peresepan, pemesanan, dan pencatatan diarahkan oleh kebijakan dan prosedur Penjelasan : Para staf medis, perawatan, farmasi dan administratif berkolaborasi untuk mengembangkan dan memonitor kebijakan dan prosedur. Staf yang terkait dilatih untuk praktek penulisan resep, pemesanan dan pencatatan yang benar. Karena peresepan obat yang tidak terbaca atau pemesanan yang mengacaukan keselamatan pasien bisa menunda pengobatan, maka kebijakan rumah sakit mengatur tindakan untuk mengurangi tidak terbacanya resep. Obat dipersiapkan dan dikeluarkan dalam lingkungan yang aman dan bersih Penjelasan : Pelayanan farmasi atau kefarmasian menyiapkan dan mengeluarkan obat dalam lingkungan yang bersih dan aman sesuai undang-undang, peraturan dan standar praktek profesional. Rumah sakit mengidentifikasi standar praktek bagi lingkungan penyiapan dan penyaluran obat yang aman dan bersih. Rumah sakit mengidentifikasi petugas yang kompeten yang diijinkan untuk memberikan obat Penjelasan : Suatu rumah sakit bisa membuat batasan bagi petugas dalam pemberian obat, seperti bahan yang diawasi atau radioaktif dan obat investigatif. Dalam situasi emergensi, rumah sakit mengidentifikasi setiap petugas tambahan yang diijinkan untuk memberikan obat. Efek obat terhadap pasien dimonitor Penjelasan : Pasien, dokternya, perawat dan praktisi pelayanan kesehatan lainnya bekerja bersama untuk memantau pasien yang mendapat obat. Tujuan monitoring adalah untuk mengevaluasi efek pengobatan dan untuk mengevaluasi pasien terhadap KTD (kejadian yg tdk diharapkan) termasuk topik-topik berikut ini : penggunaan obat yang aman, penggunaan peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obat dengan makanan, pedoman nutrisi, manajemen nyeri teknik-teknik rehabilitasi.