Anda di halaman 1dari 11

Filsafat Pendidikan Islam

Tujuan Filosofis Tentang Pendidik Dan Peserta Didik

Dosen Pengampu: Muhtarom, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Miftahul Jannah (1642240035)
Yasinta Amalia waluyo (1622240059)
A. Pengertian Pendidikan
Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan terlebih dahulu diketahui dua
istilah yang hampir sama bentuknya dan sering digunakan dalam dunia
pendidikan, yaitu pedagogi dan paedagoiek. Pedagogi berarti pendidikan
sedangkan paedagoiek berarti ilmu pendidikan. Paedagoiek atau ilmu pendidikan
ialah yang menyelidiki,merenung tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.
Istilah ini berasal dari kata Pedagogia (Yunani) yang berarti pergaulan dengan
anak-anak. Sedangkan, yang sering menggunakan istilah paidagogos adalah
seorang pelayan (bujang) pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya
mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Paidagogos berasal
dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing,memimpin). Perkataan
paidagogos yang pada mulanya berarti pelayan, kemudian berubah menjadi
pekerjaan mulia. Karena, pengertian pai (dari paidagogos) berarti seorang yang
tugasnya membimbing anak di dalam pertumbuhannya ke arah mandiri dan
bertanggung jawab.
Dalam pengertian yang sederhana dan umum, makna pendidikan sebagai usaha
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan,baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut, serta mewariskannya
kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan
yang terjadi dalam suatu proses pendidikan. Karena itu, bagaimanapun
peradaban suatu masyarakat,di dalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses
pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.
B.Unsur-Unsur Pendidikan
1.Subjek yang dibimbing (peserta didik)
Dalam bahasa Arab, setidaknya ada tiga istilah yang menunjukkan makna peserta
didik, yaitu murid, al tilmidz, dan ak thalib. Murid berasal dari kata arada, yuridu,
iradatan, muridan, yang berarti orang yang menginginkan. Pengertian ini menunjukkan
bahwa seorang peserta didik adalah orang yang mengkhendaki agar mendapatkan
ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik untuk bekal
hidupnya agar bahagia di dunia dan di akhirat dengan jalan belajar yang seungguh-
sungguh sedangkan al –tilmidz tidak memiliki akar kata dan berarti pelajar. Kata ini
digunakan untuk menunjuk kepada peserta didik yang belajar di madrasah. Sementara
al-thalib berasal dari thalaba, yathlubu, thalaban, thalibun, yang berarti orang yang
mencari sesuatu. Hal ini, menunjukkan bahwa peserta didik adala orang yang mencari
ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dan pembentukan kepribadiannya
untuk bakal masa depannya agar bahagia dunia dan akhirat.
Kemudian, dalam penggunaan ketiga istilah tersebut biasanya dibedakan berdasarkan
tingkatan peserta didik. Murid untuk sekolah dasar, al-tilmidz untuk sekolah menengah
dan a-thalib untuk perguruan tinggi. Namun, menurut abuddin nata, istilah yang lebih
umum untuk menyebut peserta didik adalah al-muta’allim. Istilah yang terakhir ini
mencakup pada semua tingkatan, mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan
tinggi
Peserta didik sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebut demikian
oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang
otonom, yang ingin diakui keberadannya, selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan
otonomi ia ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna
memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah :
1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan
yang unik.
2. Individu yang sedang berkembang.
3. Individu yang membutuhan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
4.Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
 Beberapa Pemikiran Tokoh tentang Peserta Didik
1.Pemikiran Ibnu Sahnun
Adapun menurut pemikiran Ibnu Sahnun tentang peserta didik, seorang murid
harus belajar al-Quran, mengkhatam dan menghafalnya. Berkenaan dengan
menghafal al-Qur’an, Ibnu Sahnun mensinyalir bahwa menghafal al-Qur’an tidak
mesti seluruhnya, tetapi bisa berarti menghafal sebagian besar, separuh,
sepertiga, atau seperempatnya.
2.Pemikiran Ibnu Jama’ah
Adapun pemikiran Ibnu Jama’ah tentang peserta didik terkait erat dengan
pemikirannya tentang ulama sebagaimana disebutkan di atas. Menurutnya peserta
didik yang baik adalah mereka yang memiliki karakter sebagaimana yang melekat pada
diri ulama. Lebih lanjut Ibnu Jama’ah mengatakan bahwa peserta didik yang baik
adalah peserta didik yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan untuk memilih,
memutuskan, dan mengusahakan tindakan-tindakan belajar secara mandiri, baik yang
berkaitan dengan aspek fisik, pikiran, sikap maupun perbuatan.
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Yang dimaksud dengan pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan
ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan dan
masyarakat/organisasi.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 10 ayat (1)
tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa seorang pendidik wajib mempunyai
kompetensi dalam aspek-aspek berikut :
a.Pedagogi, artinya pendidik harus mampu mengelola pembelajaran peserta didik.
b.Kepribadian, artinya pendidik harus memiliki kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia,arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
c.Sosial, artinya pendidik harus mampu untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.
d.Profesional, artinya pendidik harus mampu menguasai materi pelajaran secara luas
dan mendalam.
Dalam konteks pendidikan Islam, guru/pendidik adalah spiritual
father atau bapak rohani bagi murid. Guru lah yang memberi
santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak dan
membenarkannya, maka menghormati guru berarti
penghormatan terhadap anak-anak pula . Oleh karena itu,
menjadi pendidik hendaklah memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajarkan mencari
keridhaan Allah swt, semata
b.Bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa,
terhindar dari dosa besar, sifat ria (mencari nama), dengki,
permusuhan, perselisihan, dan lain-lain sifat yang tercela
c.Ikhlas dalam pekerjaan
d.Suka pemaaf
e.Guru merupakan seorang bapak sebelum ia menjadi seorang
guru
f.Guru harus mengetahui tabiat murid, dan guru harus
menguasai mata pelajaran
 Beberapa Pemikiran Tokoh tentang Pendidik
1.Pemikiran Ibnu Sahnun
Adapun pemikiran Ibnu Sahnun tentang pendidik, Ibnu Sahnun menaruh perhatian
serius terhadap peranan guru dalam pendidikan dan pengajaran, walaupun demikian
beliau tidak menafikkan peranan komponen-komponen lainnya. Baginya, guru
merupakan elemen terpenting yang harus diprioritaskan, karena guru merupakan
wakil orang tua .
Guru harus mencurahkan segenap perhatianbagi murid dan harus terlibat secara
penuh walau tetap harus memperhatikan batas-batasnya agar murid tidak merasa
selalu di kontrol oleh guru, baik dalam mata pelajaran maupun perilakunya.
2.Pemikiran Ibnu Jama’ah
Adapun pemikiran Ibnu Jama’ah tentang pendidik, ulama/pendidik sebagai
mikrokosmos manusia dan secara umum dapat dijadikan sebagai tipologi makhluk
terbaik (khair al-bariyah). Atas dasar ini, maka derajat seorang alim berada setingkat di
bawah derajat Nabi. Hal ini di dasarkan pada alasan karena para ulama adalah orang
yang paling takwa dan takut kepada Allah SWT

3.Interaksi Edukatif antara Peserta Didik dengan Pendidik


Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik
dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.
4.Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas,
benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi
yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu
yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen
pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting di antara komponen-
komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan bahwa segenap komponen dari
seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukkan
untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan yang
tidak relevan dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungional, bahkan
salah, sehingga harus dicegah terjadinya. Di sini terlihat bahwa tujuan pendidikan itu
bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak
bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh
masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.
Sehubung dengan fungsi tujuan yang demikian penting itu, maka menjadi keharusan
bagi pendidik untuk memahaminya. Kekurangpahaman pendidik terhadap tujuan
pendidikan dapat mengakibatkan kesalahan di dalam melaksanakan pendidikan.

5.Materi Pendidikan
Materi pendidikan direncanakan dan di atur dalam sebuah kurikulum. Secara
sederhana,kurikulum bisa diartikan sebagai pelajaran-pelajaran yang diajarkan di
sekolah. Secara luas, kurikulum mencakup tidak hanya bahan pelajaran, tetapi juga isi
dan tujuan serta cara yang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan.
Disebutkan dalam Tirtarahardja dan La Sulo (2008: 166-183). Bahwa lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat disebut sebagai tri pusat
pendidikan, atau tiga pusat pendidikan. Hubungan antara ketiganya bersifat sinergis.
a.Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang paling penting, karena keluarga
berperan menanamkan fondasi kehidupan pada anak, seperti keyakinan agama, nilai
moral, aturan-aturan pergaulan, serta pandangan, keterampilan dan sikap hidup.
b.Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan pusat pendidikan yang dilembagakan. Sekolah menjadi pusat
pendidikan untuk menyiapkan manusia sebagai individu,warga masyarakat, warga
negara, warga dunia. Sekolah harus membekali peserta didik dengan bekal kognitif
yang berupa penguasaan pengetahuan, bekal afektif yang berupa pembudayaan, dan
bekal psikomotorik yang berupa pemilikan keterampilan.
c.Lingkungan Masyarakat
Berikut kolerasi antara masyarakat dan pendidikan :
1.Masyarakat merupakan penyelenggara pendidikan, baik pada jalur formal maupun
nonformal.
2.Kelompok sosial masyarakat seperti kelompok sebaya, organisasi kepemudaan (patroli
keamanan, karang taruna, dan remaja masjid), organisasi keagamaan, organisasi ekonomi,
organisasi politik, organisasi kebudayaan, media massa, mempunyai paran edukatif.
3.Di dalam masyarakat, terdapat banyak sumber belajar.
C.Filsafat Pendidikan Islam
filsafat pendidikan Islam merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai
berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada
al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber primer, serta pendapat para ahli
(khususnya para filosof Muslim) sebagai sumber skunder.

 Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam


Secara spesifik ruang lingkup yang mengindikasikan bahwa filsafat pendidikan
Islam adalah sebagai sebuah disiplin ilmu. Pendapat Muzayyin Arifin yang
berkenaan dengan hal ini menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan
Islam berarti memasuki arena pemikiran yang serba mendasar, sistematik,
terpadu, logis dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya
dilatar belakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, juga berdasarkan
mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Konsep-konsep tersebut mulai dari
perumusan tujuan pendidikan, kurikulum, guru, metode, lingkungan dan
seterusnya.
 Hubungan Antara Filsafat Dan Pendidikan
Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu:
logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun
atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara
filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya
menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.
 Peranan Filsafat Pendidikan Islam
Prof . Brubacher dalam buku “Modren Philosphies of education” menulis tentang fungsi filsafat pendidikan secara terinci, dan
pokok pemikirannya tentang fungsi filsafat pendidikan, yang akan dibahas berikut ini :
1.Fungsi Spekulatif
Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan mencoba merumuskannya dalam satu gambaran
pokok sebagai pelengkap bagi data-data yang telah ada dari segiilmiah. Filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan
persoalan pendidikan dan antar hubungannyadengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendidikan.
2.Fungsi Normatif
Sebagai penentu arah, pedoman untuk apa pendidikan itu. Asas ini tersimpul dalam tujuan pendidikan, jenis masyarakat apa yang
ideal yang akan dibina. Khususnya norma moral yang bagaimanasebaiknya yang manusia cita-citakan. Bagaimana filsafat
pendidikan memberikan norma dan pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan normatif dan kenyataan-kenyataan ilmiah, yang
pada akhirnya membentuk kebudayaan.
3.Fungsi Kritik
Terutama untuk memberi dasar bagi pengertian kritis rasional dalam pertimbangan dan menafsirkan data-data ilmiah. Misalnya,
data pengukuran analisa evaluasi baik kepribadian maupunachievement (prestasi). Fungsi kritik bararti pula analisis dan
komparatif atas sesuatu, untuk mendapat kesimpulan. Bagaimana menetapkan klasifikasi prestasi itu secara tepat dengan data-
data obyektif (angka-angka, statistik). Juga untuk menetapkan asmsi atau hipotesa yang lebih resonable. Filsafat harus kompeten,
mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan bidang ilmiah, melengkapinya dengan datadan argumentasi yang tak
didapatkan dari data ilmiah.
4. Fungsi Teori dan Praktek
Semua ide, konsepsi, analisa dan kesimpulan-kesimpulan filsafat pendidikan adalah berfungsiteori. Dan teori ini adalah dasar bagi
pelaksanaan/praktek pendidikan. Filsafat memberikan prinsip- prinsip umum bagi suatu praktek.
5. Fungsi Integratif
Mengingat fungsi filsafat pendidikan sebagai asa kerohanian atau ronya pendidikan, maka fungsi integratif filsafat pendidikan
adalah wajar. Artinya, sebagai pemadu fungsional semua nilai dan asasnormatif dalam ilmu pendidikan (ingat, ilmu kependidikan
sebagai ilmu normatif).

Anda mungkin juga menyukai