Anda di halaman 1dari 68

SIFILIS DAN

TBC
ANES NADIA QALBI A 1941012009
GANTIS ALFIDASARI 1941012037
DEBBY HUSNIL KHATIMAH 1941013005
VIVIN SARASANTI 1941013013
KASUS
KASUS 1
Seorang pria berusia 48 tahun datang ke klinik Universidade Estadual Paulista
“Júlio de Mesquita Filho”, São José dos Campos, São Paulo, dengan riwayat
mengalami luka pada bibir bawah sejak 5 bulan terakhir yang secara spontan
berdarah pada malam hari. berdasarkan anamnesa pasien dilaporkan mendapatkan
pengobatan neomicin salep (30 g, betamethasone valerate + neomycin sulfate,
Bunker Indústria Farmacêutica LTDA, São Paulo, Brazil), namun tidak ada
perubahan setelah penggunaan obat tersebut. Pasien kemudian melakukan
pemeriksaan X-Ray pada bagian dada karena batuk kering kronik, namun dari hasil
pemeriksaan tidak ada kelain yang ditemukan pada pulmonari pasien..
Pasien merupakan seorang perokok dan pecandu alkohol sejak 34 tahun
terakhir. Pasien bekerja sebagai pemecah batu dan kerap kali terpapar sinar
matahari langsung tanpa pelindung. Pasien juga mengalami penurunan berat
badan secara signifikan. Pemeriksaan secara fisik menunjukkan bahwa pasien
mengalami alopecia, lesi pada arithema kulit danluka pada bagian bibir bawah
sebelah kiri.Dari hasil diagnosa secara klinis terjadi permasalahan pada sistem
imum, seperti: erythema multiforme serta penyakit infeksi seperti TBC dan
sifilis.
HASIL PENGUJIAN LAB:
UJI TREPONEMA
Uji treponemal merupakan uji yang spesifik terhadap sifilis,
karena mendeteksi langsung Antibodi terhadap Antigen Treponema
pallidum. Biasanya uji ini digunakan untuk mengkonfirmasi uji
non-treponemal (non spesifik) dan untuk menilai respon bakteri
treponemal tersebut.
Pada uji treponemal, sebagai antigen digunakan bakteri
treponemal atau ekstraknya, misalnya Treponema Pallidum
Hemagglutination Assay (TPHA),Treponema Pallidum Particle
Assay (TPPA), FTA-ABS (Fluorescent Treponemal Antibody
Absorption dan Treponema Pallidum Immunobilization (TPI).
Walaupun pengobatan secara dini diberikan, namun uji treponemal
dapat memberi hasil positif seumur hidup
UJI NON-TREPONEMA

Uji non-treponemal adalah uji yang mendeteksi antibodi IgG


dan IgM terhadap materi-materi lipid yang dilepaskan dari sel-sel
rusak dan terhadap antigen-mirip-lipid (lipoidal like antigen)
Treponema pallidum. Karena uji ini tidak langsung mendeteksi
terhadap keberadaan Treponema pallidum itu sendiri, maka uji ini
bersifat non-spesifik. Uji ini akan menjadi negatif 1-4 minggu
setelah pertama kali memberi hasil positif (seiring dengan
pengobatan atau menyembuhnya lesi), sehingga hanya digunakan
untuk melihat keberhasilan pengobatan terhadap penyakit sifilis. Uji
non-treponemal meliputi VDRL (Venereal disease research
laboratory), USR (unheated serum reagin), RPR (rapid plasma
reagin), dan TRUST (toluidine red unheated serum test).
KASUS 2
Seorang pria yang berusia 32 tahun memiliki riwayat penggunaan
narkoba menggunakan jarum suntik dan menderita HIV (CD4 475) dengan
gejala demam, keringat pada malam hari, batuk berdahak dan nyeri dada
selama 2 bulan. Riwayat penyakit lalu pasien positif TB laten namun tidak
mendapatkan pengobatan dan hanya mendapatkan pengobatan untuk sifilis
primer dengan benzathine penicillin G IM satu tahun yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik menunjukkan tanda vital yang normal. Hasil


pemeriksaan serum di lab menggunakan RPR 1:1, hasil CT dada menunjukkan
adanya nodul dengan ukuran 2,1 cm yang terletak pada lobus kiri bagian atas.
Pasien ditempatkan pada ruangan isolasi karena diduga menderita
TB aktif. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan awal terhadap dahak pasien
untuk mengdeteksi adanya bakteri, jamur atau BTA. Pasien juga
melakukan pemeriksaan USG endobronkial untuk melihat adanya biopsi
lesi pada lobus kiri atas.
Hasil pemeriksaaan biopsi menunjukkan positif spirochetes,
dimana hasil tersebut memperkuat diagnosa bahwa terjadinya peradangan
akibat infeksi sifilis paru. 2 minggu kemudian pasien mengalami gejala
yang semakin parah, dimana setelah dilakukan pemeriksaan berulang
diperoleh AFB sputum positif untuk M.tubercullocis.
PATOFISIOLOGI
SIFILIS
Sifilis = Infeksi sistemik, Infeksi Menular Seksual
Penyebab = Treponema pallidum (T. pallidum)

4. PARASIT OBLIGATE (tdak dapat hidup


1. BAKTERI diluar tubuh )
GRAM NEGATIF 5. SPIROCHETES
(Panjang dan tipis) PENGERTIAN
2.PENYEBAB SIFILIS
SIFILIS
MELALUI
PENYAKIT 6. Memiliki
SEKSUAL Endoflagela
3. MEMPENGARUHI KULIT
DAN MEMBRAN MUKOSA
JENIS-JENIS
SIFILIS

Organ seks, Hubungan


Sifilis mulut seksual
SIFILIS
Didapatkan
Acquired/ Dari Cairan
Dapatan Kontak
Tubuh langsung
Jarum suntik
dengan lesi
JENIS SIFILIS penderita

Trapenoma
SIFILIS Ibu yang menginfeksi uterus
Congenital memiliki sifilis ibu dan bayi ketika
lahir
FAKTOR RESIKO
SIFILIS

Melakukan seks tanpa kondom

Berhubungan seks dengan banyak pasangan

Seorang pria yang berhubungan seks dengan pria


laiN
Jaringan bereaksi dengan aktivasi makrofag merangsang
pelepasan dari sel T
membentuk infiltrat yang
limfosit yaitu interleukin 2 dan
terdiri dari: sel T limfosit interferon gamma
(hari ke 6 postinfeksi), sel-
T. pallidum
sel plasma, dan makrofag
berpenetrasi (hari ke 10 postinfeksi)
dan
menyerang sel
endotel
Berkemba--
ng biak
T. pallidum antibodi spesifik (kardiolipin) dan
mengeksposure sel Ig G serta bantuan komplemen
permukaan merusak sel dan membunuh T.
epitel kulit pallidum dengan menghancurkan
protein membran luar T. pallidum
masuk ke mukosa, (TROMPs) serta meningkatkan
kemapuan neutrofil dan makrofag
limfatik, plasenta memfagosit T. pallidum

• Sex beresiko tinggi


• Hygiene rendah, virulensi melepaskan
kuman tinggi sel CD4
dan CD8
chrance terbentuk
Treponema pallidium
• Orang tua yang sifilis seminggu kemudian: Penyebaran
(turunan) pembesaran kelenjar getah hematogen  ke STADIUM I
• Kontak langsung bening regional seluruh tubuh
jika tidak diobati jika tidak diobati
STADIU (6-8 minggu STADIUM (3-10 tahun
MI setelah Stadium I) setelah Stadium I)
II
Ciri-ciri: Menyebar
• macula eritematosa  infeksi STADIUM
pada mukosa mulut sistemik III
dan lidah
• nyeri tenggorokan,
sakit saat menelan,
suara parau timbul kelainan
Inflamasi
• anoreksia pada kulit
neurologi (cairan
sekitar otak dan (gumma) 
spinal cord) peradangan

meningitis Kulit
eritematosa
Berubah jadi Keluar cairan Terjadi melekat pada
ulkus seroporulen perforasi gumma
MEKANISME SIFILIS MERUSAK SEL HOST

T. Pallidum
berikatan Terjadi
dengan ECM transmigrasi T.
(Extra Cellular Pallidum pada
Matrix) tahap
ekstravasasi

Adesi antara sel


endotel dan T.
Pallidum
TERAPI
FARMAKOLOGI SIFILIS
masuk ke mukosa, Jaringan bereaksi dengan
• Sex beresiko tinggi Berkemba membentuk infiltrat yang
limfatik, plasenta --ng biak
• Hygiene rendah, terdiri dari: sel limfosit,
virulensi kuman tinggi sel-sel plasma, dan
• Larutan Penisilin kristal G 50.000 IU / pembuluh darah kecil
Treponema pallidium kg IV setiap 12 jam selama 7 hari berproliferasi dikelilingi
• Orang tua yang pertama kelahiran dan setiap 8 jam oleh T. pallidium
sifilis (turunan) sesudahnya untuk total 10 hari (di antara endotelium
• Procaine penicillin G 50.000 IU / kg IM kapiler dan jaringan
• Kontak langsung setiap hari selama 10 hari
perivaskular)
timbul kelainan
Pengobatan <1 tahun:
kulit (afek primer) Pada kasus: Benzathine penicillin
chrance membentuk ulkus G 2,4 juta IU secara IM dalam
terbentuk pada labia mayora dosis tunggal
dan minor genitalia
seminggu kemudian:
wanita Pasien alergi penicillin:
pembesaran kelenjar • Doxycycline 100 mg PO dua kali
getah bening regional sehari selama 14 hari
• Tetracycline 500 mg PO empat
Penyebaran
kali sehari selama 14 hari
hematogen  STADIUM I • Ceftriaxone 1 g IM atau IV setiap
ke seluruh tubuh hari selama 8-10 hari
jika tidak diobati jika tidak diobati
STADIUM I (6-8 minggu STADIUM II (3-10 tahun
setelah Stadium I) setelah Stadium I)
Ciri-ciri:
Pengobatan > 1 tahun:
• macula eritematosa Menyebar
Benzathine penicillin G 2,4 juta IU,
pada mukosa mulut  infeksi STADIUM III
IM seminggu sekali selama 3 minggu
dan lidah sistemik
berturut-turut (7,2 juta unit total)
• nyeri tenggorokan,
sakit saat menelan,
Alternatif jika alergi penisilin:
suara parau
• Doxycycline 100 mg PO dua kali timbul kelainan
• anoreksia
sehari selama 28 hari Inflamasi pada kulit
• Tetracycline 500 mg PO empat kali neurologi (cairan (gumma) 
sehari selama 28 hari sekitar otak dan peradangan
• Larutan Penicillin kristal G 18-24 juta IU, secara IV (3-4 juta spinal cord)
unit setiap 4 jam atau melalui infus kontinu) selama 10-14 hari
• Larutan Prokain Penisilin G 2,4 juta IU, IM setiap hari
ditambah probenecid 500 mg PO empat kali sehari, keduanya meningitis Kulit
selama 10-14 hari eritematosa
Berubah jadi Keluar cairan Terjadi melekat pada
ulkus seroporulen perforasi gumma
TARGET KERJA OBAT SIFILIS
BENZATIN PENISILIN SECARA MOLEKULER

1. Trapenoma pallidum memiliki protein


binding penicillin (PBPs) pada dinding selnya.
PBPs
2. Benzatin penisilin berikatan dengan PBPs ->
menghasilkan hidrolisis ikatan beta laktam
dari antibiotik yang afinitasnya ke PBPs lebih
tinggi dibandingkan beta laktam sehingga
belum terjadi resistensi.
3. Ikatan antara beta laktam dan PBPs dapat
mengganggu produksi peptidoglikan spesifik
yang penting untuk struktur dinding sel.
4. Peptida ini dihancurkan sehingga terjadi
pecahnya dinding sel dan bakteri mati.
Gambaran Klinis Sifilis
Patofisiologi Sifilis-HIV
2. Bakteri = memicu respon imun
(makrofag dan sel limfosit T)

3. Virus HIV = menempel pada


1. Bakteri dan Virus HIV masuk ke dalam limfosit sel T helper yang memiliki
aliran darah reseptor protein (CD4)

4. Limfosit T helper menghasilkan fagosit, seperti makrofag dan


melepaskan proinflamatori sitokin seperti tumor necrosis faktor, IL-1,
dan IL6

5. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T helper, sehingga


terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap
infeksi .

6. Plasma Cell yang memproduksi

X antibodi tidak dapat menyerang


bakteri sebagai antigen
PATOFISIOLOGI
TBC
MHC II akan
mempresentasikan antigen ke
CD4 dan dipresentasikan sel T
CD4 , sedangkan MHC I akan
mempresentasikan antigen pada
CD8,

M.Tuberculosis akan
dikenali oleh reseptor
pengenal (PRR) yang ada
dipermukaan sel dendritik
kemudian bakteri akan
diikaat oleh sel dendritik dan
disajikan ke MHC immunodeficiency
Makrofag memfagosit
bakteri membentuk
sebuah masa jaringan
baru yang disebut
granuloma

Bakteri M.tuberculosis
terhirup melalui udara
Apabila terjadi
keparu paru, menempel penurunan sistem imun
pada bronkus atau alveolus Sel T CD4 akan
atau adanya infeksi
untuk memperbanyak diri mepresentasikan antigen ke
kedua oleh bakteri,
sel Th1, Sel Th1 akan bakteri yang latent
memproduksi IFNɣ dan dapat aktif kembali
mengaktifkan makrofag
GAMBARAN TBC
Kriteria kelompok yang berisiko positif tuberkulin
TERAPI
FARMAKOLOGI TBC
Terapi atau Pengobatan penderita
TB dimaksudkan untuk

menyembuhk
menurunkan mencegah
anpenderita mencegah
tingkat kekambuha
sampai kematian
penularan. n
sembuh

memberikan obat anti TB yang benar


dan cukup, serta dipakai
dengan patuh sesuai ketentuan
penggunaan obat. DepKes, 2005
PANDUAN PENGOBATAN TB MENURUT WHO DAN
IUATLD
Kasus baru TB paru BTA (+)
Kasus baru TB paru BTA (-) tapi kerusakan parenkim yang luas.
Kasus baru TB ekstra pulmoner dengan kerusakan yang berat

 Tahap intensif terdiri dari


HRZE diberikan setiap
hari selama 2 bulan.
 Tahap lanjutan yang terdiri
dari HR diberikan tiga kali
dalam seminggu selama 4
bulan.

DepKes, 2005
Menghambar inisiasi translasi pada sistesis Pirazinamid  asam pirazinoat oleh
protein. Berikatan pada 4 nukleotida 16S rRNA enzim piramidase bakteri. Asam Bentuk aktif isoniazid berikatan dengan NADH
dan asam amino tunggal pada ribosomal protein pirazinoat dan analognya 5-kloro- pada sisi aktif protein InhA. Kompleks ini akan
S12 yang masing masing dikode oleh gen rrs dan pirazinamid menghambat sintesis asam menghambat elongasi dari rantai terakhir asam
rpsL. Ikatan ini memicu perubahan ribosomal lemak dari bakteri. Akumulasi asam lemak dan pembentukan asam mikolat dan
sehingga salah pembacaan mRNA dan pirazinoat didalam kondisi asam akan dinding sel terhambat, dan menyebabkan dna
penghambatan sistesis portein, menyebabkan mengasamkan sitoplasma dan maerusak bakteri rusak kemudian bakteri akan mati
kematian sel seel bakteri.

Etambutol  menghamb
pembentukan asam mikol
dan dinding sel dengan ca
menghambat arabinosy
transferase yang terlibat
dalam sintesis dinding sel
permeabilitas dinding se
bakteri meningkat.

Menghambat topoisomerase II dan


Berikatan pada subunit dari rna
topoisomerase IV. Fluoroquinolon akan
polimerase (rnap) yang bergantung pada
berikatan dengan girase dan
dna sehingga menghambat transkripsi
menghambat supercoiling sehingga
rna
terjadi gangguan proses seluler
KERJA OBAT :
PADUAN OAT YANG DIGUNAKAN DI INDONESIA

Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3.

Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3.

Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3.

Disamping ketiga kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

DepKes, 2005
Dosis obat TB untuk Dewasa

Dosis
Obat
Setiap hari Dua kali/minggu Tiga kali/minggu

5 mg/kg 15 mg/kg 15 mg/kg


Isoniazid
(maks. 300mg) (maks. 900mg) (maks. 900mg)

10 mg/kg 10 mg/kg 10 mg/kg


Rifampicin
(maks. 600mg) (maks. 600mg) (maks. 600mg)

15-30 mg/kg 50-70 mg/kg 50-70 mg/kg


Pirazinamid
(maks. 2 g) (maks. 4 g) (maks. 3 g)

15-30 mg/kg
Etambutol* 50 mg/kg 25-30 mg/kg
(maks. 2,5 g)

15 mg/kg 25-30 mg/kg 25-30 mg/kg


Streptomycin
(maks. 1 g) (maks. 1,5 g) (maks. 1 g)
KATEGORI I
Kasus baru TB paru BTA (+)
Kasus baru TB paru BTA (-) tapi kerusakan parenkim yang
luas.
Kasus baru TB ekstra pulmoner dengan kerusakan yang berat

FASE INTENSIF FASE LANJUTAN (pilih


salah satu)  Tahap intensif terdiri dari HRZE
diberikan setiap hari selama 2 bulan.
 tahap lanjutan yang terdiri dari HR
4 R3H3 diberikan tiga kali dalam seminggu selama
4 bulan.
2 RHZE 4 RH
6 HE
DepKes, 2005
KATEGORI II
TB paru BTA (+) dengan riwayat pengobatan
sebelumnya :
Kambuh
Kegagalan pengobatan
Pengobatan tidak selesai

FASE LANJUTAN  Tahap intensif diberikan selama 3 bulan,


FASE AWAL yang terdiri dari 2 bulan dengan HRZES setiap
(pilih salah satu) hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap
hari.
 Tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE
yang diberikan tiga kali dalam seminggu.
5 R3H3E3
2 RHZES + 1 RHZE
5 RHE DepKes, 2005
KATEGORI III

Kasus baru TB paru BTA (-) (diluar kategori I)


Kasus baru TB ekstra pulmoner yang kurang berat
(ringan)

FASE LANJUTAN  Tahap intensif terdiri dari HRZ


FASE AWAL diberikan setiap hari selama 2 bulan
(pilih salah satu) (2HRZ),
 Tahap lanjutan terdiri dari HR
4 R3H3 selama 4 bulan diberikan 3 kali
seminggu.
2 RHZ 4 RH
6 HE DepKes, 2005
Bila pada akhir tahap intensif
pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau penderita BTA
obat sisipan positif pengobatan ulang dengan kategori
2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA
positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap
hari selama 1 bulan.

Paduan OAT Sisipan untuk penderita dengan berat badan antara 33 – 50 kg

1 tablet Isoniazid 300 mg, 1 kaplet Rifampisin 450 mg, 3 tablet Pirazinamid 500 mg, 3 tablet
Etambutol 250 mg

DepKes, 2005
PENGOBATAN TB RESISTEN GANDA (MDR-TB)

 Belum ada panduan pengobatan yang distandarisasi untuk penderita


MDR-TB.
 Pemberian pengobatan pada dasrnya "tailor made".
 Saat ini paduan yang dianjurkan OAT yang masih sensitif minimal 2-3
OAT dari obat lini 1 ditambah dengan obat lain (lini 2) golongan
kuinolon, yaitu ciprofloksasin dosis 2 X 500 mg atau ofloksasis 1 x 400
mg.
 Pengobatan ini memerlukan waktu yang lama yaitu minimal 12 bulan,
bahkan bisa sampai 24 bulan.

PDPI, 2006
OBAT ANTI TUBERKULOSIS KOMBINASI
TETAP (FDC)

Obat ini pada dasarnya sama dengan obat kombipak, yaitu rejimen dalam
bentuk kombinasi, namun didalam tablet yang ada sudah berisi 2, 3 atau 4
campuran OAT dalam satu kesatuan.

DepKes, 2005
KEUNTUNGAN KOMBINASI DOSIS
TETAP
DepKes, 2005
DepKes, 2005
PANDUAN DOSIS UNTUK KATEGORI 1 DAN 3

DepKes, 2005
PANDUAN DOSIS UNTUK KATEGORI 2

DepKes, 2005
Dosis KDT untuk sisipan

Berat badan Tahap intensif tiap hari selama 28


(kg) hari
RHZE (150/75/400/275)
30-37 2 tablet 4KDT

38-54 3 tablet 4KDT

55-70 4 tablet 4KDT

≥ 71 5 tablet 4KDT

DepKes, 2005
EFEK SAMPING

DepKes, 2005
DepKes, 2005
EFEK SAMPING

PioNas
EFEK SAMPING

PioNas
EFEK SAMPING

PioNas
PENGOBATAN PADA KONDISI KHUSUS
tidak dianjurkan menggunakan streptomisin karena bersifat permanen
IBU HAMIL dan ototoksik dan dapat menembus barier plasenta.

IBU MENYUSUI dan mendapat pengobatan yang adekuat


bayinya

Pirazinamid tidak boleh digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi


Kelainan hati kronik hati

streptomisin dan etambutol tidak dianjurkan untuk pasien gagal ginjal


Gagal ginjal karena kedua obat tersebut diekskresikan melalui ginjal.

Pengguna rifampisin akan berinteraksi dengan kontrasepsi tersebut dan dapat


dimungkinkan penurunan efektifitas kontrasepsi.
kontrasepsi
DepKes, 2005
PENGOBATAN PADA KONDISI KHUSUS
Prinsip pengobatannya yaitu dengan mendahulukan pemberantasan
Infeksi HIV/AIDS bakteri M. tuberculosis

Apabila pengobatan TB sangat diperlukan maka dapat diberikan


Hepatitis akut streptomisin (S) dan Etambutol (E) maksimal 3 bulan hingga hepatitis
pasien sembuh dan dilanjutkan dengan rifampisin (R) dan Isoniasid
selama 6 bulan

Tidak dianjurkan pemberian etambutol karena dapat


Diabetes mellitus memperberatretinophati diabetika Tidak dianjurkan pemberian
etambutol karena dapat memperberatretinophati diabetika

Tambahan kortikosteroid Indikasi operasi


DepKes, 2005
HASIL PENGOBATAN DAN TINDAK
LANJUT
1 . SEMBUH
Bila hasil pemeriksaan sputum pada 1 bulan sebelum AP dan
pada AP negatif.
Tindak lanjut : penderita diberitahu apabila gejala muncul
kembali supaya memeriksakan diri kembali.
2 . PENGOBATAN LENGKAP
penderita telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap
tetapi tidak ada hasil pemeriksaan ulang sputum pada AP.
Tindak lanjut : penderita diberitahu apabila gejala muncul
kembali supaya memeriksakan diri kembali.

DepKes, 2005
HASIL PENGOBATAN DAN TINDAK
LANJUT

3. DEFAULTED ATAU 4. GAGAL


DROUP OUT  Penderita BTA Positif yang hasil
pemeriksaan sputumnya tetap positif pada
1 bulan sebelum AP atau pada AP.
Penderita yang tidak mengambil
obat 2 bulan berturut-turut atau Tindak lanjut :
lebih sebelum masa pengobatan - Penderita BTA positif baru, beri kategori 2
selesai. mulai dari awal
Tindak lanjut : Lacak dan beri - Penderita BTA positif kambuh, beri INH
penyuluhan. bila penderita ingin seumur hidup.
meneruskan pengobatan lakukan  Penderita BTA negatif yang hasil
pemeriksaan sputum, bila negatif pemeriksaan sputumnya pada 1 bulan
lanjutkan pengobatan kategori 1 , sebelum AP atau pada AP menjadi positif.
bila positif ganti kategori 2. Tindak lanjut : berikan kategori 2 mulai dari
awal.

DepKes, 2005
TERAPI
NON FARMAKOLOGI
 Istirahat yang cukup
 Gaya hidup sehat
 Hindari faktor resiko
 Menjaga kebersihan
 Khusus untuk pasien TBC :
 Penderita TBC hendaknya diisolasi di RS untuk pengobatan selama masa menular.
 sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8 pagi)
 Suplemen tambahan, seperti : vitamin A diperlukan karena kemampuan tubuh penderita untuk mengubah
karoten menurun. Pasien TBC mungkin juga mengalami defisiensi vitamin C, sehingga ekstra Vit C
diperlukan. Vitamin C juga diperlukan untuk membantu penyerapan kalsium yang dibutuhkan pasien untuk
membentuk dinding di sekeliling bakteri yang menyerang. Jika pasien banyak kehilangan darah maka
tambahan zat besi, asam folat dan B12 untuk pembentukan sel darah merah sangat diperlukan
ASUHAN
KEFARMASIAN
Pasien harus diberikan penjelasan secara rinci mengenai sifilis
maupun TBC, termasuk implikasi jangka panjang terhadap kesehatan
diri dan pasangan serta keluarganya.
Pentingnya adherence, motivasi agar penderita patuh, efek
samping,perilaku hidup sehat dll
 Peran dalam mendeteksi penderita TB
Peran dalam memantau adherence penderita, adanya efek samping
,adanya interaksi dengan obat lain.
Peran secara keseluruhan, apoteker harus berperan secara
aktifmencegah terjadinya resistensi, kekambuhan, kematian

Anda mungkin juga menyukai