Anda di halaman 1dari 29

ISOLASI SOSIAL

PUTRI WAHYUINGSIH
LENY MASLUCHAH
RUCHUS ADHI PRADANA
DIANA TRI SETIA P.A.
LUCKY FAJAR ARDIANTO
PUTRI FATMAWATI
ROIHATUL JANNAH

Kelompok 2 Kelas 3D
Case
Sdr. Z 21 tahun, beragama islam, di bawa ke RSJ pada tanggal 20 Juni 2016 jam 10.00 WIB,
masuk denan alasan Sdr. Z selalu mengurung diri, lebih banyak diam, dan menyendiri di
kamar, bila diajak berbicara klien tidak mau melihat lawan Wajah klien tampak sedih

Klien sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan teman ataupun kerabat
keluarga terdekatnya.

Klien berbicara lambat, tidak mau melihat lawan berbicaranya, jawaban datar, dangkal,
dan wajah klien tampak sedih serta ekspresi mengantuk. Kontak mata klien kurang dan
merasa curiga dengan perawat.
Pengertian

Isolasi sosial adalah individu yang mengalami ketidak


mampuan untuk mempertahankan hubungan dengan
orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya secara wajar
dalam khalayaknya sendiri yang tidak realistis.
 Isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar
dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain,
individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak
mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan,
berprestasi, atau selalu dalam kegagalan. (Carpenito, L J,
1998).
Keyword
 Tidak mau berinteraksi
 Ketidakmampuan mempertahankan hubungan sosial
 Persepsi yang salah tentang hubungan sosial
Gejala Subyektif

 Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang


lain.
 Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
 Respons verbal kurang dan sangat singkat,
 Klien mengatakan hubungan tidak berarti dengan orang lain.
 Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
 Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
 Klien merasa tidak berguna.
 Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
 Klien merasa ditolak.
Gejala Obyektif

 Klien lebih banyak diam dan tidak mau bicara.


 Tidak mengikuti kegiatan.
 Banyak berdiam diri di kamar.
 Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat.
 Klien tampak sedih, ekspresi datar, dan dangkal.
 Kontak mata kurang.
 Kurang spontan.
 Apatis ( acuh terhadap lingkungan ).
Gejala Obyektif

 Ekspresi wajah kurang berseri.


 Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
 Mengisolasi diri.
 Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
 Asupan makanan dan minuman terganggu.
 Retensi urine dan feses.
 Aktivitas menurun.
 Kurang energi atau tenaga.
 Rendah diri.
 Postur tubuh berubah. (Yosep, Iyus, 2011).
Pengkajian
 Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atau
muncul pertama kali pada masa pubertas.
 Alasan Masuk
Biasanya pasien dibawa ke rumah sakit
akibat adanya kemunduran kemauan dan
kedangkalan emosi.
 Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi yang harus dikaji meliputi
terjadinya gangguan jiwa di masa lalu,
pengobatan/perawatan yang telah
dilaksanakan, adanya trauma masa lalu, dan
pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan.
Pengkajian psikososial
Konsep diri
 Citra tubuh : Pasien mengatakan tidak puas terhadap
dirinya, seperti adanya cacat fisik, postur tubuh berubah.
 Identitas diri : Adanya ketidakpuasan terhadap status/posisi
klien di lingkungan
 Peran : Pasien jarang berinteraksi dengan orang lain, malas
dan lebih baik berdiam diri saja. Tidak mengikuti kegiatan,
& banyak berdiam diri di kamar.
 Ideal diri : Diam, apatis, kurang spontan, & kontak mata
kurang.
 Harga diri : Menganggap dirinya tidak berguna atau tidak
bermanfaat lagi bagi orang yang ada disekitarnya, merasa
tidak berguna, rendah diri, & pasien merasa ditolak.
Cont...
• Hubungan sosial
Orang yang berarti : tidak ada
Peran : Klien tidak mau ikut berperan serta dalam
kegiatan masyarakat / kelompok dan menarik diri dari
lingkungan masyarakat/ kelompok.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
malas berhubungan dengan orang lain, takut jika
berinteraksi dengan orang lain, merasa tidak aman

• Spiritual
tidak ditemukan masalah yang berhubungan dengan
diagnosa isolasi sosial
 Penampilan diri tidak rapi
Kepala : Rambut kusut, kotor, berantakan
Mulut : Gigi tampak kuning,
Raut muka : Kusam, kontak mata berkurang,
Kebersihan diri : Kurang bersih, badan bau
Kuku : Pada tangan dan kaki kuku terlihat
panjang
 Pembicaraan
Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis, pasien
tidak mampu memulai pembicaraan, pasien mampu bicara
namun pasien tidak mampu memulai pembicaraan,pasien
bicara seperlunya,terkadang pasien ingin masuk ke
kamarnya lagi malas mau bicara.
 Aktivitas motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif,
kecenderungan mempertahankan pada satu posisi
yang dibuatnya sendiri (katalepsia) seperti tiduran
saja di kasurnya,malas berinteraksi dengan pasien yag
lain
 Emosi
a. Afek : datar, tidak ada ekspresi raut muka, kontak
mata berkurang
b. Alam perasaan : sedih, putus asa, merasa kesepian
 Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif , kontak mata kurang, tidak mau
menatap lawan bicara, diam.
 Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham.
 Proses berpikir: Isi Pikir
Terdapat rasa terisolasi, tersekat, terkucil, terpencil dari
lingkungan sekitarnya/masyarakat, merasa ditolak, tidak disukai
orang lain, dan tidak enak berkumpul dengan orang lain
sehingga sering menyendiri.
 Kesadaran
Kesadaran menurun, apatis (acuh terhadap lingkungan
sekitarnya, mulai mengantuk), dan tidak atau kurang sadar
terhadap lingkungan sekitarnya
Cont...

 Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi
tempat, waktu, dan orang.
 Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat
bertindak dalam suatu keadaan, selalu
memberikan alasan tidak jelas.
 Tilik diri
Tidak ada yang khas
 Kebutuhan sehari-hari
Pada permulaan penderita kurang
memperhatikan diri dan keluarganya,
makin mundur dalam pekerjaan akibat
kemunduran kemauan. Minat untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri sangat
menurun dalam hal makan, BAB/BAK,
mandi , berpakaian, dan istirahat tidur.
PROSES TERJADINYA
RENTANG RESPONS
RENTANG RESPONS

1. Respons Adaptif 2. Respons Maladaptif


 Menyendiri  Menarik diri
(solitude)  Ketergantungan
 Otonomi  Manipulasi
 Bekerja sama  Curiga
 Interdependen  Impulsif
 Narkisisme
Pohon Masalah
Dx Keperawatan

 Isolasi sosial : Menarik Diri


 Sindrom pasca trauma
 Harga diri rendah kronis
 Hambatan komunikasi
 Defisiensi aktivitas pengalihan
 Defisit perawatan diri
 Gangguan proses pikir
 Resiko perubahan sensori persepsi: Halusinasi
Pendengaran
Rencana tindakan keperawatan klien dengan
kerusakan interaksi sosial : menarik diri

 Tujuan umum :
klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi.
 Tujuan kusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain.
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung keluarga atau
keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk
berhubungan dengan orang lain.
Strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Identifikasi penyebab: 1. Identifikasi masalah yang
Siapa yang satu rumah dengan dihadapi keluarga dalam
Sdr. Z? merawat pasien.
Siapa yang dekat dengan Sdr. Z? 2. Penjelasan Isolasi social
Apa sebabnya? 3. Cara merawat Isolasi social.
Siapa yang tidak dekat dengan 4. Latih (stimulasi).
Sdr. Z? Apa sebabnya? 5. RTL keluarga/ jadwal keluarga
1. Keuntungan dan kerugian untuk merawat Sdr. Z
berinteraksi dengan oranglain.
2. Latih berkenalan
3. Masukkan jadwal kegiatan
pasien.
Pasien Keluarga
SP 2 SP 2
a. Evaluasi SP 1. a. Evaluasi SP 1.
b. Latihan berhubungan social secara bertahap b. Latih (langsung ke Sdr. Z)
(pasien dan keluarga). c. RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk
c. Masukkan jadwal kegiatan Sdr. Z. merawat Sdr. Z.

SP 3 SP 3
a. Evaluasi kegiatan SP 1,2. a. Evaluasi SP 1 dan 2.
b. Latih ADL (kegiatan sehari-hari), cara b. Latih (langsung ke Sdr. Z)
bicara. c. RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk
c. Masukkan jadwal kegiatan Sdr. Z. merawat Sdr. Z.
SP 4 SP 4
a. Evaluasi SP 1, 2, 3. a. Evaluasi kemampuan keluarga
b. Latihan ADL (kegiatan sehari-hari), cara b. Evaluasi kemampuan Sdr. Z
bicara. c. Rencana tindak lanjut keluarga:
c. Masukkan jadwal kegiatan Sdr. Z  Follow up
 Rujukan
Terapi modalitas

 Terapi Kognitif
 Terapi Kelompok
 Terapi Keluarga
TERAPI MODALITAS
1. Terapi Kognitif
Terapi dengan memodifikasi sikap yang mempengaruhi
perasaan dan perilaku klien, membantu mempertimbangkan
stressor dan mengidentifikasi pola berpikir dan keyakinann
yang tidak adekuat. Tujuan terapi ini untuk mengembangkan
pola pikir yang rasional, membentu perilaku dengan pesan
internal, dan klien dapat bersikap dengan baik.
2. Terapi Kelompok
Dengan adanya terapi kelompok klien akan dibimbing dengan
petugas psiko terapi dengan tujuan: Klien dapat berkembang
dengan sadar dari apa yang dipikirkan, dirasakan dan perilaku
perasaan lainya, umpan balik kelompok akan mampu
mendorong klien untuk dapat merubah perilaku sehingga
hubungan interpersonal lebih efektif.
TERAPI MODALITAS
1. Terapi Keluarga
Dengan adanya terapi keluarga klien & keluarga akan dibimbing
dengan petugas psiko terapi dengan tujuan: dengan adanya
terapi kelompok klien akan dibimbing dengan petugas psiko
terapi dengan tujuan, memperbaiki hubungan interpersonal
klien dengan tiap anggota keluarga atau memperbaiki proses
sosialisasi yang dibutuhkan dalam upaya rehabilitasi,
menurunkan angka kekambuhan, memperbaiki fungsi dan
struktur keluarga, keluarga mampu meningkatkan pengertian
terhadap klien, & keluarga mampu membantu proses
rehabilitasi. (tim rehabilitasi rsjp lawang, 1999).
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

 Sesi 1: Kemampuan memperkenalkan diri.


(TUK 1)
 Sesi 2: Kemampuan berkenalan (TUK 1)
 Sesi 3: Kemampuan bercakap-cakap (TUK 4)
 Sesi 4: Kemampuan bercakap-cakap topik
tertentu (TUK 4)
 Sesi 5: Kemampuan bercakap-cakap masalah
pribadi. (TUK 4)
 Sesi 6: Kemampuan bekerjasama. (TUK 4, 6)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai