Anda di halaman 1dari 15

Fresh

Food

ASPEK MUTU ATAU KUALITAS PANGAN DALAM


REGULASI PANGAN
Disusun Oleh:
Sharandani Adinda S (163020097)
Nabila A. Fajriani (163020099)
Miftahul Jannah (163020110)
Rina J. Tri Handayani (163020113)
Siti Rahmah (163020114)
Anisa Banawati (163020143)
Pengertian Pangan dan Mutu Pangan
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi yaitu:
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,baik yang diolah maupun
yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, da
n standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman.
.
Program Pengawasan Mutu Pangan

Ditujukan untuk melindungi masyarakat sehingga tidak


mengkonsumsi pangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan, mutu, gizi, dan bertentangan dengan
keyakinan masyarakat.
Program Pengawasan Mutu Pangan
Pangan harus berdasarkan suatu standar sehingga tidak
merugikan dan membahayakan kesehatan konsumen.
Undang–undang Pangan telah disetujui pada tahun 1996 yang lalu
.
Tiga pertimbangan yang digunakan dalam
pembuatan Undang–Undang Pangan tersebut adalah :
(1) pangan merupakan kebutuhan dasar manusia,
(2) pangan yang aman, bermutu, bergizi, dan beragam
sebagai prasyarat utama untuk kesehatan, dan
(3) pangan sebagai komoditas dagang memerlukan sistem
perdagangan yang jujur dan bertanggung jawab
(Soehardjo, 1997).
Ruang Lingkup pengawasan Mutu
Pangan

Pengawasan mutu mencakup pengertian


yang luas, meliputi aspek kebijaksanaan,
standardisasi, pengendalian, jaminan
mutu, pembinaan mutu dan perundang-
undangan (Soekarto, 1990).
Konsep Mutu Pangan
Penerapan kosep mutu di bidang pangan dalam arti luas menggunakan
penafsiran yang beragam. Kramer dan Twigg (1983) menyatakan
bahwa mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara
organoleptik (warna, tekstur, rasa dan bau). Hal ini digunakan konsumen
untuk memilih produk secara total.
Menurut Fardiaz (1997), mutu berdasarkan ISO/DIS 8402–1992
didefinsilkan sebagai karakteristik menyeluruh dari suatu wujud apakah
itu produk, kegiatan, proses, organisasi atau manusia,yang menunjukkan
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan.
Gatchallan (1989) dalam Hubeis (1994) berpendapat
bahwa mutu dianggap sebagai derajat penerimaan
konsumen terhadap produk yang dikonsumsi berulang
(seragam atau konsisten dalam standar dan spesifikasi),
terutama sifat organoleptiknya.
Juran (1974) dalam Hubeis (1994) menilai mutu sebagai
kepuasan (kebutuhan dan harga) yang didapatkan
konsumen dari integritas produk yang dihasilkan produsen
Regulasi Mutu Pangan
Legislasi (aspek hukum) mutu pangan dibagi menjadi 2
kategori besar yaitu:
1. Legislasi mutu di tingkat nasional
1. Badan POM
2. Badan Standarisasi Nasional melalui KAN.
2. Legislasi di tingkat internasional
Codex (Badan Gabungan WHO dan FAO), WTO,
ICMSF, Himpunan Profesi Internasional, ISO.
Regulasi (pengaturan) dilakukan dengan menerbitkan
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan Standar
Mutu. Sertifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi,
lembaga inspeksi, lembaga pelatihan, atau laboratorium
yang diawasi dan dibina oleh Komite Akreditasi Nasional.
Daftar Istilah:
Akreditasi adalah rangkaian kegiatan pengakuan
formal oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), yang
menyatakan bahwa suatu lembaga/laboratorium telah
memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan
sertifikasi tertentu.
Sertifikat Mutu Pangan
Sertifikasi mutu pangan adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhada
p pangan yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Sertifikat mutu pangan adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga
sertifikasi/laboratorium yang telah diakreditasi yang menyatakan bahwa pangan
tersebut telah memenuhi kriteria tertentu dalam standar mutu pangan yang bers
angkutan.
Sertifikat adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga/laboratorium yan
g telah diakreditasi
untuk menyatakan bahwa barang, jasa, proses, sistem atau personel telah mem
enuhi standar yang dipersyaratkan.
UU dan PP Jaminan Mutu Pangan
Sebagian besar skema jaminan mutu pangan diatur dalam per
undangan berikut:
1. UU No. 7 tahun 1996 tentang pangan
2. PP No. 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan
3. PP No. 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan
4. PP No. 28 tahun 2004 tentang keamaman, mutu dan gizi
pangan
5. PP No. 102 tahun 2000 tentang standarisasi nasional
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN
2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN

Pasal 21
(1) Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan
bertanggung jawab menyelenggarakan sistem jaminan mutu sesuai
dengan jenis pangan yang diproduksi.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN
1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang


dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan
menyatakan bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam,
bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan tersebut dan wajib
mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada Label. Pernyataan
tentang halal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Label
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

2) Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurang


nya memuat:
a. Nama produk;
b. Daftar bahan yang digunakan;
c. Berat bersih atau isi bersih nama dan alamat pihak yang
memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah
Indonesia;
d. Tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa.

Anda mungkin juga menyukai