Anda di halaman 1dari 25

PLENO 4

A-07
2

SKENARIO
Penemuan mayat bersimbah darah

Masyarakat Gampong A dikejutkan dengan penemuan 3 orang mayat


bersimbah darah dirumah korban. Sebekumneorang warga mencurigai adanya bau
menyengat dari rumah tersebut dan melaporkan kepada kepolisian sektor setempat.
Polisi lalu melakukan investigasi ditempat kejadian perkara(TKP) denganembuat
polici line. Polisi meminta bantuan dokter untuk datang ke TKP. Di TKP dokter
menemukan beberapa trace evidence. Korban dibawa ke rumah sakit untuk
dilakukan pemeriksaan kedokteran forensik. Dirumah sakit dokter melakukan
pemeriksaan kuar jenazah dan autopsi untuk mencari penyebab kematian korban.
Pada pemeriksaan luar dokter menemukan luka akibat ruda paksa tumpul dikepala
dan ruda paksa tajam dileher. Setelah 3 hari paska pemeriksaan dokter
mengeluarkan visum et repertum.

a. Bagaimana prosedur medikolegal pembuatan visum et repertum?


b. Bagaimana pemeriksaan medikolegal pemeriksaan di TKP?
c. Apakah penyebab perlukaan yang terjadi pada korban?
d. Apakah penyebab kematian korban pada skenario diatas?
3

IDENTIFIKASI
ISTILAH
4

Investigasi
Upaya penelitian, penyidikan, pengusutan,pencarian, pemeriksaan dan
pengumpulan data, informasi dan temuan lainnya untuk mengetahui atau
membuktikan kebenaran dan atau kesalahan sebuah fakta yang kemudian
menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian.

Visum et Repertum
Keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang
berwewenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup
maupun mati ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia , berdasarkan
keilmuan dan di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan.

Autopsi
Pemeriksaan kematian, investigasi jenazah untuk menentukan penyebab
kematian
5

Trace Evidence
Bukti yang dijumpai saat objek-objek yang berbeda berhubungan satu sama lain.
Barang bukti adalah Benda yang dipergunakan untuk memperoleh hal-hal yang benar-
benar dapat meyakinkan hakim akan kesalahan terdakwa terhadap perkara pidana
yang dituduhkan.

Police line
Garis polisi untuk membatasi wilayah agar barang bukti tidak hilang

Pemeriksaan luar
Pemeriksaan tanpa adanya tindakan intervensi pada korban

Forensik
Bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses penegakan
keadilan melalui proses penerapan ilmu atau sains.

Ruda paksa
Kekerasan yang dialami korban

KONSEP : Kekerasan Luka Tumpul dan Tajam


6

IDENTIFIKASI &
ANALISA MASALAH
7

1. Hal-hal apa saja yang dinilai dalam mendeskripsikan luka beserta derajat luka?

Deskripsi luka harus memuat:


• Jumlah luka
• Jenis luka
• Lokasi luka berdasarkan regio anatomis
• Ukuran luka: panjang dan lebar luka
• Lokasi luka berdasarkan absis dan ordinat
• Karakteristik/sifat luka, meliputi:
 Garis batas luka
 Daerah di dalam garis batas luka
 Daerah di sekitar luka.
8

DERAJAT LUKA

• Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C


Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau
tidak menghalangi pekerjaan korban. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP
pasal 352 ayat 1

• Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B


Luka derajat II adalah apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau
menghalangi pekerjaan korban untuk sementara waktu. Hukuman bagi
pelakunya menurut KUHP pasal 351 ayat 1

• Luka berat / luka derajat III / luka golongan A


Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6, yaitu:
- Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut
- Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya
- Hilangnya salah satu panca indra korban
- Cacat besar
- Terganggunya akan selama > 4 minggu
- Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu
9

2. Perbedaan trauma pada luka tumpul dan tajam?

1. Trauma luka tumpul


Diakibatkan oleh 2 sebab :
• Alat atau senjata yang mengenai dan melukai orang yang tidak bergerak
• Orang yang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak.
Luka dapat berbentuk : memar, luka lecet, luka robek, patah tulang dll

2. Trauma luka tajam


Disebebkan oleh pisau, peadang, silet, gunting,kapak, bayonet dll

Jenis lukanya:
• Luka sayat
• Luka Tikam
• Luka Bacok
10

3. Apakah penyebab perlukaan yang terjadi pada korban?

“Pada pemeriksaan luar dokter menemukan luka akibat rudapaksa tumpul di kepala dan
rudapaksa tajam di leher.”

Berdasarkan luka yang ditemukan pada tubuh korban, dapat disimpulkan bahwa
penyebab perlukaan pada tubuh pasien dapat disebabkan oleh benda tumpul (seperti
palu, batu, tongkat) dan benda tajam (seperti pisau, pedang), untuk memastikannya
diperlukan pemeriksaan pada luka korban dan menentukan deskripsi lukanya.
11

4. Apakah penyebab kematian korban pada skenario diatas?

Untuk menetukan penyebab kematian secara pasti harus dilakukan autopsi terlebih
dahulu, baik dengan atau tanpa pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan mikroskopis
dan pemeriksaan toksikologi.

Sebab kematian ditekankan pada alat atau sarana yang dipakai untuk mematikan
korban, sehingga kemungkinan korban di skenario meninggal karena kekerasan benda
tajam pada leher yang menyebabkan perdarahan atau karena kekerasan benda tumpul
pada kepala yang menyebabkan kerusakan otak.
12

5. Dasar hukum VeR?

Pada pasal 133 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) dijelaskan "Dalam hal penyidik memeriksa seorang korban baik luka,
keracunan atau mati karena tindak pidana, ia berwenang meminta keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman (kedokteran forensik) atau dokter atau
ahli lainnya."
13

STRUKTURISASI
14

LUKA

Jenis Derajat Ukuran Deskripsi Sifat

VeR
15

LEARNING OBJECTIVE &


HASIL BELAJAR
MANDIRI
16

1. Sifat luka, bentuk luka, ukuran beserta lokasi luka


Lokasi :
Lokasi berdasarkan regio anatomi
Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu tubuh

Bentuk luka berdasarkan alat yang digunakan pada saat melukai pasien
Seperti gambar berikut :
17

2. Perbedaan penyebab dan mekanisme kematian

Mekanisme kematian : kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab kematian


sehingga menyebabkan kematian, misalnya :
Perdarahan
Septikimia
 Asfiksia

Cara kematian : menjelaskan bagaimana penyebab kematian


 Wajar (natural death) : karena penyakit dan bukan akibat rudapaksa atau
kekerasan
Tidak Wajar (un-natural death) : kecelakaan, pembunuhan, bunuh diri
Tidak dapat diidentifikasi (un-determined) : pada mayat yang sangat rusak
atau membusuk

Penyebab kematian : perlukaan atau penyakit yang menimbulkan kekacauan


fisik pada tubuh, ditekankan pada alat atau sarana yang dipakai untuk
mematikan korban
18

3. Jenis-jenis VeR
Menurut objek yang diperiksa
1. VeR untuk orang hidup :
a). VeR biasa : VeR ini diberikan kepada pihak peminta (penyidik) untuk
korban yang tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.
b). VeR sementara : VeR ini diberikan apabila korban memerlukan perawatan lebih
lanjut karena belum dapat membuat diagnosis dan derajat
lukanya. Apabila sembuh maka dibuatkan VeR lanjutan.
c). VeR lanjutan : pada VeR ini korban tidak memerlukan perawatan lebih lanjut
karena sudah sembuh, pindah dirawat dokter lain, atau
meninggal dunia.
2. VeR untuk orang mati
Pada pembuatan VeR ini, dalam hal korban mati maka penyidik
mengajukan permintaan tertulis kepada pihak kedokteran forensik untuk dilakukan
bedah mayat (autopsi)
3. VeR TKP
VeR ini dibuat setelah dokter selesai melaksanakan pemeriksaan di TKP.
4. VeR penggalian jenazah
VeR ini dibuat setelah dokter selesai melaksanakan penggalian jenazah.
5. VeR psikiatri
Merupakan visum pada terdakwa yang pada saat pemeriksaan di sidang
pengadilan menunjukkan gejala-gejala penyakit jiwa.
6. VeR barang bukti
Misalnya visum terhadap barang bukti ditemukannya yang berhubungan
dengan tindak pidana, contohnya darah, bercak mani, pisau, dsb.
19

4. Peranan VeR dalam proses tindak pidana

1. Barang bukti suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia
2. Sebagai jembatan ilmu kedokteran dengan ilmu hukum
3. Kesaksian tertulis dokter terhadap pemeriksaan yang dilakukannya se
objektif mungkin
4. Sebagai dokumen yang dapat ditanyakan pada dokter lain tentang barang
bukti yabg telah diperiksa apabila yang bersangkutan (jaksa, hakim) tidak
menyetujui hasil pemeriksaan tersebut
5. Sebagai pengganti Corpus delicti (tanda bukti)
20

5. Prinsip pembuktian perkara pidana

Sistem pembuktian yang diantut di Indonesia

- Pasal 1 KUHAP yang berbunyi : Hakim tidak bleh menjatuhkan pidana


kepada sesseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya ada dua
alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.
21

6. Prosedur medikolegal pemeriksaan di TKP

Prosedur Pemeriksaan Patologi Forensik


(a) Setiap pemeriksaan patologi forensik untuk kepentingan peradilan harus
berdasarkan permintaan resmi(tertulis) dari penyidik yang berwenang.
(b) Permintaan lisan hanya dapat dilakukan pada keadaan darurat dan tanpa
tindakan invasif, misalnya pada pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara.

Informed consent
(a) Setiap pemeriksaan patologi forensik yang invasif (autopsi) hanya dilakukan
apabila dimintakan demikian oleh penyidik dan telah diberitahukan kepada keluarga
korban.
(b) Ijin dari keluarga tidak diperlukan, namun demikian pernyataan tidak keberatan
dari keluarga sebaiknya diperoleh.

Pemeriksaan luar
Pemeriksaan luar meliputi pemeriksaan label, benda di samping
mayat, pakaian, ciri identitas fisik, ciri tanatologis, perlukaan dan patah tulang.
22

Pemeriksaan dalam

a. Pemeriksaan dalam (Autopsi) dilakukan dengan membuka dan


memeriksa isi rongga kepala, leher, dada, perut dan panggul.
b. Pemeriksaan dengan membuka bagian tubuh lain dilakukan
apabila diperlukan.

Pemeriksaan tambahan

a. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi


b. Pemeriksaan penunjang dapat berupa pemeriksaan histopatologi,
toksikologi, serologi dan DNA, parasitologi, mikrobiologi, balistik, sidik
jari, uji material, rambut, serattekstil, biologi dan lain-lain.
23

7. Prosedur medikolegal pembuktian VeR

Tahapan-tahapan dalam pembuatan visum et repertum :

1. Penerimaan korban yang dikirim oleh Penyidik. Yang berperan dalam kegiatan ini
adalah dokter, mulai dokter umum sampai dokterspesialis yang pengaturannya
mengacu pada S.O.P. Rumah Sakit tersebut.

2. Penerimaan surat permintaan keterangan ahli/visum et repertum Adanya surat


permintaan keterangan ahli/visum et repertum merupakan hal yang penting untuk
dibuatnya visum et repertum tersebut.

3. Pemeriksaan korban secara medis Tahap ini dikerjakan oleh dokter dengan
menggunakan ilmu forensik yang telahdipelajarinya.

4. Pengetikan surat keterangan ahli/visum et repertum

5. Penandatanganan surat keterangan ahli / visum et repertum.

6. Penyerahan benda bukti yang telah selesai diperiksa

7. Penyerahan surat keterangan ahli/visum et repertum. Surat keterangan ahli/visum


et repertum juga hanya boleh diserahkan pada pihak penyidik yang memintanya saja.
24

SINTESIS

1. Kekerasan mekanik merupakan kekerasan yang paling sering terjadi didunia


forensik, pendeskripsian luka pada kekerasan harus dituangkan dalam VeR

2. VeR bisa berperan dalam tindakan pidana sebagai pengganti alat bukti

3. VeR adalah laporan dokter yang diberikan kepada pihak berwenang mengenai
korban
25

Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai