bila adanya perubahan warna dari kuning menjadi merah karena pengaruh
metabolit dermatofit.
c. Pemeriksaan Mikroskop
Kasus..............................................................................................11
B. Definisi …………………………………………………………………13
1
C. Epidemiologi …….……………………………………………………....13
D. Etiologi …………………………………………………………………..13
E. Cara Penularan............................................................................................14
F. Patogenesis ……………………………………………………………….15
G. Klasifikasi....................................................................................................17
I. Diagnosis …………………………………………………………………21
K. Komplikasi ……………………………………………………………….26
L. Penatalaksanaan…………………………………………………………..27
M. Prognosis …………………………………………………………………30
BAB I
DATA PASIEN
A. Identitas
Nama : An. M
Umur : 6 tahun
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : TK
Pekerjaan : Pelajar
2
Suku Bangsa : Jawa
Tidak ada riwayat keluarga yang sakit sesak napas dengan mengi, bersin-
Riwayat Alergi
Riwayat Sosial :
B. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis :
Hygiene : Kurang
Gizi : Cukup
Nadi dan RR :-
3
Hidung : Dyspnea (-)
Mulut : Cyanosis (-), lesi (-)
Telinga : Tidak ditemukan kelainan, lesi (-)
Leher : Tidak ditemukan kelainan, lesi (-)
Thorax
Cor : S1/S2 tunggal regular
Pulmo : Rh -/-, Wh -/-
Abdomen
Inspeksi : Flat (+),
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel (+), distended (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen, meteorismus (-)
Ekstremitas
Edema (-)
Akral Hangat Kering Merah (+)
Kuku tidak ditemukan kelainan
Sendi-sendi tangan tidak ditemukan kelainan
Status Lokalis :
Efloresensi : pada pemeriksaan fisik terdapat lesi makula coklat batas tegas,
skuama tebal, alopesia (+), di tepinya tampak rambut berwarna keabuan dan rapuh,
4
C. Pemeriksaan Penunjang
D. Problem List
Rambut rontok
Gatal di kepala
5
E. Resume
Ibu pasien mengeluh di rambut kepala anaknya mudah rontok sejak 2 bulan yang lalu.
Anaknya menggaruk-garuk rambutnya karena gatal. Selain itu rambut pasien berubah
menjadi keabuan. Setelah itu timbul benjolan kecil padat disekitar rambutnya, lama
Benjolan-benjolan tersebut tidak nyeri dan tidak keluar nanah. Karena ditemukan
gejala klinis yang mendukung, maka kasus ini tergolong Tinea kapitis dengan
F. Diagnosa
Tinea Capitis
G. Diagnosis Banding
- Dermatitis seboroik
- Psoriasis
- Alopecia areata
H. Rencana Terapi
Diagnosa :
Chloramphenicol+cyclohexamide
(mycrosporum)
6
Penatalaksanaan :
Kausatif
Pengobatan sistemik
Griseofulvin 200 mg x 2
Suportif :
Menghindari garukan agar lesi tetap kering dan bersih dan mengurangi
Edukasi
- Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak
- Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.
7
I. Pemantauan Perkembangan Pasien
13 Desember 2016
S O A P
KU : rambut Pada regio kapitis terdapat Tinea kapitis Griseofulvin
mulai tumbuh 2x200mg
lesi makula coklat batas
dan pasien Ketokonazole
tegas, skuama tebal,
masih merasa Ketomed shampo
gatal alopesia (+), di tepinya
20 Desember 2016
S O A P
KU : rambut Pada regio kapitis terdapat Tinea capitis Griseofulvin
mulai tumbuh , 2x200mg
lesi makula coklat batas
tetapi pasien Ketokonazole
tegas, skuama tebal, alopesia
masih gatal. Ketomed shampo
(+), di tepinya tampak rambut
8
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Kasus
Ibu pasien mengeluh di rambut kepala anaknya mudah rontok sejak 2 bulan yang
lalu. Anaknya menggaruk-garuk rambutnya karena gatal. Selain itu rambut pasien
berubah menjadi keabuan. Setelah itu timbul benjolan kecil padat disekitar
menjadi banyak. Benjolan-benjolan tersebut tidak nyeri dan tidak keluar nanah.
Status Generalis
Hygiene : Kurang
Gizi : Cukup
Nadi dan RR :-
9
Leher : Tidak ditemukan kelainan, lesi (-)
Thorax
Cor : S1/S2 tunggal regular
Pulmo : Rh -/-, Wh -/-
Abdomen
Inspeksi : Flat (+),
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel (+), distended (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen, meteorismus (-)
Ekstremitas
Edema (-)
Akral Hangat Kering Merah (+)
Kuku tidak ditemukan kelainan
Sendi-sendi tangan tidak ditemukan kelainan
Status Lokalis :
Efloresensi : pada pemeriksaan fisik terdapat lesi macula eritematosa batas tegas,
skuama tebal, alopesia (+), di tepinya tampak rambut berwarna keabuan dan rapuh,
pasien ini yaitu Tinea kapitis, akan tetapi tinea kapitis merupakan salah satu bagian
dari infeksi jamur superfisial, maka dari itu kita perlu mengetahui secara menyuluruh
10
B. Definisi
Tinea Kapitis atau ringworm of the scalp merupakan kelainan pada kulit dan
rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai
gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion. Golongan jamur ini
C. Epidemiologi
Tinea kapitis sering mengenai anak – anak berumur antara 4 dan 14 tahun.
penyebab lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan United Kingdom. Kasus –
kasus di perkotaan biasanya didapatkan dari teman – teman atau anggota keluarga.
Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anak anjing dan anak kucing.
D. Etiologi
sifat mencernakan keratin. Dematofita yang dapat menyebabkan infeksi pada kulit
kepala dan rambut adalah genus Tricophyton dan Microsporum. Jamur penyebab
tinea capitis ini ada yang bersifat antropofilik, geofilik, dan zoofilik.
manusia antara lain adalah Tricophyton violaceum yang banyak ditemukan pada
11
megninii, Trichophyton soudanense, Tricophyton yaoundei, Microsporum
Jamur geofilik merupakan jamur yang hidup di tanah dan dapat menyebabkan
radang yang moderat pada manusia. Golongan jamur ini antara lain adalah
Jamur zoofilik merupakan jamur yang hidup pada hewan, namun dapat
antara lain Microsporum canis yang berasal dari kucing, Microsporum nanum
yang berasal dari babi, Microsporum distortum yang merupakan varian dari
Jamur mikrosporum
Jamur trichophyton
E. Cara Penularan
Penularan infeksi jamur dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Penularan langsung melalui epitel kulit dan rambut yang mengandung jamur baik
12
dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman,
kayu, pakaian, dan barang-barang lain yang dihinggapi jamur, atau dapat juga
residif karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Sementara jamur
geofilik menyebabkan gejala akut ringan sampai sedang dan mudah sembuh.
2. Keutuhan kulit
Kulit yang intak tanpa adanya lesi lebih sulit untuk terinfeksi jamur.
Infeksi jamur secara umum lebih banyak menyerang masyarakat golongan sosial
Tinea capitis sering terjadi pada anak-anak dan lebih banyak ditemukan pada anak
F. Patogenesis
13
Jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada
flora normal dan sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit serta asam lemak
dengan kecepatan yang lebih cepat daripada proses desquamasi. Penetrasi juga
dibantu oleh sekresi proteinase, lipase dan enzim mucinolitik, yang juga
Derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan organisme yang
(DHT) memainkan peran yang sangat penting dalam melawan dermatofita. Pada
proliferasi dan bermigrasi ketempat yang terinfeksi untuk menyerang jamur. Pada
saat ini, lesi tiba-tiba menjadi inflamasi, dan barier epidermal menjadi permeable
terhadap transferin dan sel-sel yang bermigrasi. Segera jamur hilang dan lesi
14
Dermatofit ectothrix merupakan bentuk infeksi pada perifolikel stratum
sehingga pada pemeriksaan mikroskopis pada sediaan rambut yang diambil akan
ditemukan arthroconidia dan dapat juga ditemukan hifa intrapilari. Invasi rambut
topi , kursi teater ) , M. canis ( muda hewan peliharaan ke anak dan kemudian
menyerang stratum korneum dari kulit kepala, yang dapat diikuti oleh infeksi pada
keratin intrapilari dan meninggalkan korteks yang intak. Hal ini yang
menyebabkan rambut menjadi sangat rapuh dan pada permukaan kulit kepala akan
ditemukan folikel yang hilang, meninggalkan titik hitam kecil “black dot” serta
G. Klasifikasi
Infeksi Ektothrix
(M. audouinii dan M. canis). Gray patch merupakan variasi ektothix yang
15
Infeksi Endothrix
ditemukan dalam batang rambut. Infeksi ini disebabkan oleh Trichophyton spp.
Kerion
Favus
Sangat jarang di Eropa Barat dan Amerika Utara . Di beberapa bagian dunia
H. Gejala Klinis
Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas :
16
Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh
genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak – anak. Penyakit mulai
dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan
membentuk bercak yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah
rasa gatal. Warna rambut menjadi abu – abu dan tidak berkilat lagi. Rambut
mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset
tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga
Tempat – tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat
dalam klinik tidak menunjukkan batas – batas daerah sakit dengan pasti. Pada
pemeriksaan dengan lampu wood dapat di lihat flouresensi hijau kekuningan pada
rambut yang sakit melampaui batas – batas grey tersebut. Pada kasus – kasus
tanpa keluahan pemeriksaan dengan lampu wood ini banyak membantu diagnosis.
2. Kerion
Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang
gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila
17
jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap, parut yang menonjol kadang
terkena infeksi patah, tepat pada rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang
hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu black dot, Ujung
rambut yang patah kalau tumbuh kadang – kadang masuk ke bawah permukaan
kulit.1 Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapatkan bahan biakan
jamur Tinea kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih berat,
alopesia dan black dot yang disebabkan Trichophyton rubrum pernah di tulis.
18
4. Favus
perifolikular dan rambut kusut, kemudian ditandai dengan krusta kekuningan yang
dikenal sebagai skutula disekitar rambut berisi debris kulit dan hifa yang menembus
batang rambut. Skutula memiliki berbau yang khas yaitu berbau tidak sedap seperti
tikus “moussy odor” dan rambut secara ekstensif akan hilang menjadi alopesia dan
atrofi.
I. Diagnosis
Anamnesis
• Infeksi dimulai dengan adanya papul kecil yang eritematomatosa disekitar kulit
• Setelah beberapa hari papul eritematosa berubah menjadi pucat dan keabuabuan,
kusam, tidak bercahaya dan rapuh. Rambut bisa menjadi patah beberapa milimeter
19
• Inflamasi dapat berlangsung sedang sampai berat. “Boggy red areas” merupakan
gambaran dari inflamasi yang berat, dimana dijumpai pustul dan keadaan inilah
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik kelainan terbatas pada kulit kepala, alis mata dan bulu
mata.
• Lesi basah, purulen selain itu terjadi inflamasi dan nodul yang nyeri.
• Pada keadaan berat dapat terjadi alopesia dan pembesaran kelenjar getah bening
servikal.
Pemeriksaan Penunjang
diagnosis adalah :
a. Lampu Wood
ruangan yang gelap. Fluoresensi positif pada tinea kapitis yang disebabkan
20
Pemeriksaan dengan lampu wood
b. Kultur
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat perlu dilakukan kultur. Dengan
kultur kita bisa mengetahui jamur atau organisme penyebab kerion. Prosedur
nya meliputi: 1. Mencabut sedikit rambut atau menusuk lesi yang berisi nanah
2. Selain itu untuk mendapatkan nanah, gosokkan cotton steril pada lesi
Hasil laboratorium ini didapatkan setelah 2-3 minggu. Pada umumnya hasil
labor dapat mengidentifikasi jenis dari dermatofita penyebab tinea kapitis dan
kerion. Disamping itu perlu dilakukan konfirmasi lebih lanjut untuk melihat
21
bila adanya perubahan warna dari kuning menjadi merah karena pengaruh
metabolit dermatofit.
c. Pemeriksaan Mikroskop
tempat lesi dan diletakkan di atas slide dan diteteskan KOH (potassium
dari kerokan kulit dengan larutan KOH 10% - 20%, dapat terlihat hifa atau
spora dan miselium. Fungsi KOH untuk melarutkan debris dan lemak, KOH
10% dapat melarutkan debris dan lemak dari kerokan kulit, rambut dan
mukosa, sedangkan KOH 20% merupakan pelarut yang kuat dan biasanya
dipakai untuk spesimen kuku. Pada sedian rambut yang dilihat adalah spora
22
J. Diagnosis Banding
1. Dermatitis Seboroik
Peradangan yang erat dengan keativan glandula sebasea yang aktif pada bayi dan
insiden puncak pada usia 18-40 tahun. Manifestasi pada dermatitis seboroik
didapatkan eritema, skuama yang berminyak dan kekuningan dengan batas tidak
tegas, rambut rontok mulai dari verteks dan frontal. Krusta tebal dapat berbau
2. Psoriasis
skuama yang kasar, berlapis-lapis dan trasparan disertai fenomena tetesan lilin,
auspitz dan kobner. Penyakit ini mengenai semua umur namun umumnya pada
dewasa dan pria lebih banyak dibandingkan wanita. Predileksi psoriasis adalah
skalp, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut serta lumbosacral.
23
3.
K. Komplikasi
Infeksi sekunder
Rekuren
Dikucilkan
L. Penatalaksanaan
Terapi topikal
24
Terapi topikal sebagai monoterapi tidak direkomendasikan sebagai
sulfida 1% menunjukan efektifitas pada kasus ini. Shampo diaplikasikan pada kulit
kepala dan rambut selama 5 menit, seminggu 2 x, kurang lebih dalam 2-4 minggu atau
dapat seminggu 3 x hingga pasien secara klinis dan mikologi dinyatakan sembuh.
Selanjutnya dapat diberikan krim atau lotion topikal fungisidal sekali setiap hari
Terapi oral
Griseofulvin
merupakan pilihan terapi baik untuk dermatofita yang sedang aktif tumbuh. Dosis
yang dapat diberikan untuk anak-anak 10-25 mg / kgBB dan untuk dewasa 0,5-1 g
single dose atau dosis terbagi selama 6-12 minggu rata-rata 8 minggu. Lama
pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab dan keadaan imun penderita.
Pada infeksi Trichophyton dosis perlu ditingkatkan dan pengobatan lebih lama (12-18
minggu). Efek samping yang sering muncul adalah gangguan gastrointestinal seperti
diare, kemerahan dan nyeri kepala. Obat ini juga bersifat fotosensitif dan dapat
25
Terbinafine
Termasuk obat kelas allyamine, generasi baru agen antifungi. Sifat terbinafine
dalam jalur biosintesis untuk membentuk sterol dari membran sel fungi. Lebih efektif
badan. Berat badan < 20 kg diberikan 62,5 mg / hari, berat badan 20-40 kg dapat
diberikan 125 mg/hari sedangkan berat badan > 40 kg dapat diberi 250 mg/hari
selama 2-4 minggu. Efek samping gangguan gastrointestinal dan kemerahan lebih
rendah.
Itrakonazole
komponen utama membran sel fungi. Dosis yang dapat diberikan adalah 100-200 mg
selama 2-4 minggu untuk dewasa atau 5 mg/kgBB/hari selama 2-4 minggu untuk
anak-anak. Itrakonazole juga dapat dipakai sebagai second line treatment ataupun
ataupun Trichophyton spp. dan apabila digunakan sebagai terapi awal maka untuk
Trichophyton spp. dan ganti terapi dengan Griseofulvin bila disebabkan oleh
Microsporum spp.
Flukonazole
dipakai.
Ketokonazole
26
Terutama digunakan untuk kasus yang resisten terhadap griseofulvin. Dosis
yang dapat diberikan adalah 3-6 mg / kgBB/hari untuk anak-anak atau 200 mg / hari
Kortikosteroid
Baik oral maupun topikal dapat digunakan untuk tinea kapitis tipe kerion atau
tinea kapitis reaksi berat atau tinea kapitis dengan bentuk lesi kerion untuk
menghambat respon inflamasi host, mengurangi keluhan umum dan gatal, serta dapat
menunjukkan manfaat steroid pada kerion celsi untuk mengurangi scaling dan rasa
griseofulvin saja. Prednisolon dapat digunakan sebagai pengobatan oral dengan dosis
1 mg/kgBB/hari selama 7 hari, walaupun hal ini tidak dianjurkan sebagai bagian
routine care kerion. Selain itu, mereka menyatakan untuk reaksi dermatophytid
didasarkan pada dermatofita yang menginfeksi. Kortikosteroid oral dan intralesi tidak
perlu ditambahkan pada terapi antifungal pada anak-anak dengan tinea kapitis kerion.
Antihistamin
27
Pada pasien dengan keluhan gatal, antihistamin dapat mengurangi keluhan dan
M. Prognosis
Prognosis tinea kapitis dapat menjadi bagus jika terapi dan pengobatan yang
dilakukan bagus tetapi rekuren dapat terjadi jika penderita tidak menjaga
kebersihan dan hygiene tempat yang terkena infeksi jamur itu dengan baik.
Tinea kapitis tipe Gray patch sembuh sendirinya dengan waktu, biasanya
Namun pasien menyebarkan jamur penyebab ke lain anak selama waktu infeksi.
BAB III
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus tinea kapitis pada seorang anak perempuan atas nama an. M,
usia 6 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis putih putih bersisik di kepala
28
sejak 2 bulan yang lalu, makin melebar. Terasa gatal dan lama-kelamaan rambut makin rapuh
Kemudian pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi makula eritematosa batas tegas,
skuama tebal, alopesia (+), di tepinya tampak rambut berwarna keabuan dan rapuh, tampak
gambaran wheat field. Pada pemeriksaan penunjang tidak dilakukan karena dari anamnesis
dan temuan klinis yang khas sudah mencukupi untuk menegakkan diagnosa disamping itu
Obat jamur kulit diberikan pada pasien ini berupa terapi sistemik griseofulvin 200
suportif pasien harus menjaga kebersihan dan lesi kulit dijaga tetap bersih dan kering untuk
mengurangi infeksi sekunder. Pasien diberikan edukasi untuk tidak perlu mencukur rambut.
terhadap terapi dan mengevaluasi keluhan subyektif maupun tanda obyektif yang masih ada.
Prognosis pasein ini baik. Penyakit ini dapat sembuh tetapi perlu adanya edukasi bahwa
penyakit ini dapat kambuh kembali jika imunitas penderita menurun, higiene sanitasi yang
DAFTAR PUSTAKA
29
Shannon Verma, Michael P. Hefferman. Superficial Fungal infection
Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, dkk. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine 7th ed. Volume 1 & 2. New York Mc Graw
Maha A, Dayel, Iqbal Bukhari. Tinea Capitis. The Gulf Journal of Dermatology
Klaus Wolff, Richard Allen Johnson, dkk. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of
Unandar Budimulja. Mikosis: dalam Prof.Dr. dr. Adhi Djuanda, dkk Ilmu
L.C. Fuller et al. 2014. British Association of Dermatologists Guidelines for the
Management of Tinea Capitis. British Journal of Dermatology
30