Anda di halaman 1dari 62

HUKUM

KESEHATAN

OLEH :
Prof.Amri Amir / Dr.Rita M,Spf 1
Hukum Kesehatan :
Semua ketentuan yang hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan dan pemeliharaan kesehatan dan
penerapannya.

Hukum Kedokteran :
Bagian dari hukum kesehatan yang menyangkut pelayanan
medik.

2
Defenisi Hukum Kesehatan :
Menurut PERHUKI (Perhimpunan Hukum Kesehatan
Indonesia). :
Semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan
atau pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban
baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima
pelayanan kesehatan dalam segala aspek organisasi atau sarana,
pedoman medis nasional atau internasional serta ilmu pengetahuan
dibidang kedokteran ataupun kesehatan.

Menurut VAN DER MI’JN.:


Sebagai perangkat peraturan yang langsung berhubungan dengan perawatan
kesehatan sekaligus juga sebagai aplikasi dari hukum perdata, pidana
dan administratif. 3
Menurut H,J,J, LEENEN.:
Hukum kesehatan meliputi semua ketentuan hukum yang
berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan dan penerapannya
dari hukum perdata, pidana dan administratif dalam hubungan
tersebut.

Menurut Prof. DR. RANG (Belanda).:


Seluruh aturan-aturan hukum dan hubungan kedudukan hukum
yang langsung berkembang dengan atau yang menentukan situasi
kesehatan dimana manusia itu berada.

4
PERKEMBANGAN HUKUM KESEHATAN
Dimulai dari World Congress on Medical Law di Belanda, 1967.
Negara Maju (belanda & Eropa)
Indonesia I november 1982 sepakat membentuk
organisasi profesional di bidang Hukum
Kesehatan.
7 Juli 1983 Membentuk PERHUKI
1987 Kongres PERHUKI I

Sumatera Utara, PERHUKI terbentuk thn 1986 beberapa kali


pertemuan ilmiah membahas topik yang berhubungan
dengan hukum kesehatan/hukum kedokteran seperti :
1. Transaksi Terapeutik 3. Hubungan dokter dgn pasien
2. Informed Concent 4. Wajib simpan rahasia dokter
5. Mal praktek 5
TRANSAKSI TERAPEUTIK ANTARA
DOKTER DAN PASIEN

6
DEFINISI
Persetujuan yang terjadi antara dokter dan pasien
dalam pengobatan yang mencakup bidang
diagnosik, preventif, rehabilitatif maupun promotif.

Hubungan DOKTER PASIEN


 Transaksi Terapeutik
 Kontak Terapeutik
 Inspanning Verbintenis

7
Merupakan suatu transaksi untuk mencari dan
menerapkan terapi dalam menyembuhkan penyakit.
Perikatan antara dokter dan pasien
1. Inspanningverbitenis diatur dalam
2. Resultaanverbitenis buku III KUHAP
3. 1&2

Syarat syahnya suatu persetujuan


( Pasal 1320 KUH Perdata )
1. Sepakat antara mereka yang mengikat dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
8
KESEPAKATAN/PERSETUJUAN PASIEN
INFORMED CONCERN
 Suatu kesepakatan / persetujuan pasien atas upaya
medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya,
setelah pasien mendapat informasi dari dokter
mengenai upaya yang dapat dilakukan menolong dirinya
disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin
terjadi.
 Merupakan syarat terjadinya suatu transaksi / kontrak
terapeutik.
2 macam hak asasi

Hak menentukan hak atas


nasib sendiri informasi
9
Informed concern didasarkan pada kondisi :
1. Secara faktual
2. Dengan/tanpa persetujuan faktual

Bentuk persetujuan pasien :


1. Persetujuan efektif
 Ekspresif
 Non Ekspresif
2. Persetujuan implikatif
(keadaan darurat)
 menurut ketentuan pasal 1354 KUH Perdata

10
Pembatalan Persetujuan

 Persetujuan terapeutik tidak selamanya berjalan dengan


mulus  umumnya pembatalan / tidak melanjutkan
transaksi adalah keluarga pasien / pasien.

 Contoh pasien berobat jalan  tidak melakukan


pemeriksaan ulang (pemutusan ikatan)

 PASAL 1338 KUH Perdata :


Semua persetujuan yqang dibuat secara sah, berlaku
sebagai undang-undangbagi mereka yang memuatnya.
Persetujuan ini tidak bisa ditarik kembali selain dengan
kesepakatan kedua belah pihak atau alasan-alasan yang
oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu
persetujuan harus dilakukan dengan itikad baik.
11
Pembatalan Persetujuan……

 Pembatalan transaksi tidak selamanya harus tertulis,


sebab alasan alasan yang undang-undang nyatakan
cukup, merupakan bukti persetujuan transaksi telah
batal.
 Pembatalan transaksi tidak oleh satu pihak, tetapi
kesepakatan dia belah pihak

12
INFORMED CONSENT
(PERSETUJUAN TINDAKAN
MEDIK)

13
DEFINISI
Persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga
atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik
yang dilakukan terhadap pasien tersebut.

14
DECLARATION OF LISBON (1981) &
AMERICAN HASPITAL ASSOCIATION
(1972) :

Pasien mempunyai hak menerima dan menolak


pengobatan dan hak menerima informasi dari dokternya
sebelum memberikan persetujuan atas tindakan medik.

15
Dasar :
I. Transaksi Terapeutik Antara :
1. Medical Providers
dokter berkewajiban melakukan :
Diagnosik
Pengobatan
Tindakan medik

2. Medical Recevier
pasien atau keluarga pasien mempunyai hak untuk
menentukan tindakan medik apa yang dilaluinya

16
II. Hak Menentukan Nasib sendiri (HAM)

III. Penghormatan kalangan medis/kesehatan terhadap


otonomi perorangan

IV. Ditetapkan dalam PP MENKES nO. 585/PER/IX/1989


Tentang PTM

17
APPELBAUM / GUNADI 1993
Tercapainya kesepakatan antara dokter dan pasien merupakan dasar dari seluruh
proses tentang informed Concern

PERMENKES No. 589 TAHUN 1989


Memberikan penjelasan terhadap semua keadaan tentang penyakit pasien dan
tindakan medik apa yang dilakukan dokter serta hal-hal lain yang perlu
dijelaskan dokter atas pertanyaan pasien atau keluarga

18
INFORMED CONSENT
2 bentuk :

1. Implied Consent / tersirat


Normal : Darurat :
 Tindakan biasa  keluarga tidak ada
 Suntik  Pasien tidak sadar
 Hekting  Keadaan emergency
 Laboratorium ( gawat darurat )
 Dll

Presume Consent
Bila pasien dalam keadaan sadar akan menyetujui tindakan yang di
lakukan (PERMENKES 585 THN 1989 PASAL 11)

19
2. Expressed Consent

Lisan : Prosedur Pemeriksaan


- Laboratorium
- RO
- USG
- EKG

Tindakan Biasa
- Suntik
- Hekting
- Rektal tusse
- Vaginal Tusse, dll

20
Tulisan : Tindakan Mengandung Resiko
- Operasi
- Kuretase
- Pemeriksaan Invalsif
- dll

21
INFORMASI
What / apa :
apa yang perlu disampaikan
 Segala sesuatu mengenai penyakit pasien.
 Tindakan & proses tindakan
 Resiko
 Alternatif lain

When / Kapan :
waktu penyampaian dibuat agar pasien & keluarga diberi
waktu untuk membuat keputusan

Who / siapa :
Yang harus menyampaikan adalah dokter yang merawat
sendiri 22
PERSETUJUAN

 Pasien mendapat informasi yang jelas

 Pasien dewasa > 21 tahun

 Sudah menikah

 Sehat mental

 Dapat diwakili orangtua, keluarga terdekat, wali atau induk


semang

23
SYARAT UNTUK SAH PTM

1. Diberikan secara bebas

2. Pada orang yang sanggup membuat perjanjian

3. Tindakan yang akan dilakukan jelas

4. Mengenai sesuatu yang khas

5. Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama

24
HAK & KEWAJIBAN
DOKTER
TERHADAP PASIEN

25
PENDAHULUAN

 Hubungan antar dokter dan pasien adalah hubungan antara


manusia dan manusia. Dalam hubungan ini mungkin timbul
pertentangan antara dokter dan pasien, karena masing
mempunyai nilai yang berbeda

 Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak jarang dokter


harus berjuang terlebih dahulu melawan tradisi yang telah
tertanam dengan kuat

26
LAHIRNYA HUBUNGAN PASIEN &

DOKTER
Hubungan antara dokter dan pasien bermula ketika dokter setuju
untuk merawat pasien yang telah menyampaikan keinginannya
untuk dirawat, tidak penting apakah itu dokter menerima
pembayaran atau tidak. Terlepas dari pertimbangan etik, bahwa
seorang dokter tidak harus menerima setiap pasien. Ia bahkan
boleh menolak seorang pasien, sekalipun tidak ada dokter lain
yang berpraktek. Namun sekali hubungan pasien dokter-pasien
terjadi, maka dokter bertanggung jawab untuk merawat pasien itu
selama yang dipersyaratkan untuk suatu praktek medis yang baik

 Faktor-faktor yang relavan dalam menentukan berapa lama


pasien harus dirawat adalah kondisi pasien itu sendiri, keadaan
penyakitnya serta kualitas dari peralatan medik

27
 Profesi medik kuno menjaga hubungan dokter-pasien dengan
membangun suatu kepercayaan dan keyakinan. Kemudian
hukum akan mengiring harapan atas hubungan yang demikian
itu, namun dipengadilan tidak selalu akan dapat diberikan
perlindungan atas kepercayaan tersebut, apabila tidak ada
keistimewaan hubungan dokter-pasien. Dokter, begitu juga
pengacara, akan tetapi tidak seperti arsitek atau insinyur, mereka
itu berada dalam hubungan fidusia, yakni hubungan atas dasar
kepercayaan. Itu berarti bahwa dokter mempunyai kewajiban
untuk benar-benar bekerja dengan itikad baik

 Dokter tidak pernah boleh membiarkan terjadi konflik antar


kewakiban profesionalnya dengan kepentingan pribadi.

28
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER-PASIEN
Hak pasien (KODEKI) :
1. Hak hidup, hak atas tubuhnya sendiri & hak untuk mati
secara wajar.

2. Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai


dengan standar profesi kedokteran

3. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis & terapi dokter

4. Menolak prosedur diagnosis & terapi, bahkan menarik diri


dari kontrak terapeutik

5. Memperoleh tentang riset kedokteran yang diikutinya.

29
6. Menolak/menerima keikutsertaannya dalam risert
kedokteran

7. Dirujuk kedokter spesialis bila perlu & dikembalikan


kepada dokter yang merujuk setelah selasai.

8. Kerahasiaan & rekam medik atas hal pribadinya

9. Memperoleh penjelasan tentang peraturan-peraturan R.S.

10. Berhubunag dengan keluarga, penasihat/rohaniwan dll,


selama perawatan di R. S. (bila perlu)

11. Memperoleh penjelasan tentang : biaya rawat inap, obat,


periksa laboratorium, USG, CT-Scan, dsb

12. Memperoleh rawatan lanjutan.


30
Memberikan informasi kepada pasien berpedoman pada :
1. Bahasa yang mudah dimengerti pasien

2. Pasien memperoleh informasi penyakitnya, tindakan yang akan


diambil, komplikasi & resiko yang akan terjadi

3. Anak & pasien penyakit jiwa, informasinya diberikan kepada orang


tua/walinya.

31
Kewajiban Pasien
1. Memeriksakan diri sendini mungkin pada dokter

1. Memberikan informasi yang benar & lengkap

2. Mematuhi nasihat & petunjuk dokter

3. Menandatangani surat-surat porsetujuan tindak medik,


surat jaminan rawat, dll.

4. Yakin pada dokter & yakin akan sembuh

5. Melunasi biaya perawatan R.S., resep, pengobatan, dll.

6. Mematuhi peraturan R. S.

32
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER-PASIEN
Dalam lafal sumpah dokter mengenai hubungan dokter dengan
pasien berbunyi demikian :

Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan,
saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita, saya akan
berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, perbedaan kelamin,
politik kepartaian atau kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban
terhadap penderita.

33
Diantara kewajiban dokter yang terdiri dari kewajiban umum serta kewajiban terhadap
pasien. Menurut Kode Etik Kedokteran Indonesia, ada beberapa pasal yang sangat
berkaitan dengan perlindungan pasien :

 Pasal 2 : Setiap dokter harus senantiasa melakukan profesinya


menurut ukuran tertinggi

 Pasal 3 : Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter


tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan
pribadi, yang mengakibatkan hilangnya kebebasan profesi.

 Pasal 5 : Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan


daya tahan mahluk insani, baik psikis maupun fisik, hanya
diberikan untuk kepentingan dan kebaikan penderita.

 Pasal 7 : Seorang dokter hanya memberikan keterangan dan


pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.

34
 Pasal 10 : Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi hidup mahluk insani.

 Pasal 11 : Setiap dokter menghormati hak asasi penderita

 Pasal 12 : Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan


mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk
kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan
pemeriksaan atau pengobatan, maka ia wajib merujuk
penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam bidang
penyakit tersebut

 Pasal 13 : Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada


penderita agar senantiasa dapat berhubungan dengan
keluarga dan penasihatnya dalam beribadat atau masalah lainnya.

 Pasal 14 : Setiap dokter wajib merahasiakan segala yang diketahuinya


tentang seorang penderita bahkan juga setelah penderita iitu
meninggal dunia.
35
HAK DOKTER
Hak dokter adakah sebagai berikut :
 Melakukan praktek dokter setelah memperoleh Surat Izin Dokter
(SID) dan Surat Izin Praktak (SIP)

 Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari


pasien/keluarga tenang penyakit.

 Bekerja sesuai dengan standar profesi

 Menolak melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan


etika, agama, hukum dan hati nuraninya.

 Mengakhiri hubungan dengan seorang pasien, jika menurut


penilaiannya kerjasama pasien dengannya tidak ada gunanya lagi,
kecuali dalam keadaan gawat darurat.

36
 Menolak pasien yang bukan bidang spesialisasinya, kecuali dalam
keadaan darurat atau tidak ada dokter lain yang mampu
menanganinya.

 Hak atas ‘privacy’ dokter

 Ketentraman bekerja

 Mengeluarkan surat keterangan dokter

 Menerima imbalan jasa

 Hak membela diri

37
KESIMPULAN
 Semakin meningkatnya kesadaran hukum dikalangan masyarakat
dewasa ini antara lain telah mengakibatkan timbulnya tuntutan
pasien terhadap pelayanan kesehatab yang lebih baik, bahkan
sering pula terjadi adanya pengaduan kepada pihak yang
berwajib, diharapkan kepada dokter untuk memperoleh
informasi yang memadai tentang Kode Etik Kedokteran
Indonesia, terutama yang berkenaan dengan hak dan kewajiban
sebagai seorang dokter.

 Seorang dokter harus menghayati ddan mengamalkan Kode Etik


Kedokteran dalam menjalankan profesinya dengan baik sehingga
martabat profesi kedokteran dapat lebih terjaga

38
WAJIB SIMPAN
RAHASIA
KEDOKTERAN

39
PENDAHULUAN

 Dokter Rahasia Pribadi Pasien

 Bila rahasia tidak di jaga

Dokter hilang kepercayaan Pasien

 Penting dipahami dengan baik


Saling percaya
Dokter Pasien

 Harus dipatuhi dokter


 Lafal Sumpah dokter

 Kode etik Kedokteran

 Peraturan dan Perundangan


40
Pengertian :
Rahasia pekerjaan
Rahasia jabatan
Rahasia kedokteran
Peraturan Pemerintah No. 10 Thn 1966

Rahasia Pasien
Contoh :
1. Penderita penyakit kelamin
2. Penderita Penyakit TBC aktif
3. Pemeriksa status perawan
4. Seorang penjahat (buronan) berobat ke dokter
5. Seorang pasien Abortus provokatus bukan atas indikasi medis

Ketentuan & Peraturan yang mengikat


a. Lafal Sumpah dokter
Peraturan Pemerintah No. 26 thn 1960
b. Kode Etik Kedokteran Indonesia Bab II Pasal 11.
41
c. PP No. 10 Tahun 1966
d. Sanksi hukum Pidana (Pasal 322 KUHP)
a. Pasal 1367 KUH Perdata
e. Sanksi hukum Perdata
a. Pasal 1365 KUH Perdata

Menanggalkan Rahasia Jabatan/pekerjaan Dokter :

1. Karena Undang Undang


 Pembuat VER

 Melaporkan Penyakit yang menimbulkan wabah

 Memenuhi kewajiban (KUHP Pasal 50)

 Wajib Pemeriksaan Kematian

 Kewajiban memberikan keterangan Ahli disidang pengadilan

 Kewajiban PNS untuk melaporkan adanya tindak pidana 42


2. Untuk kepentingan umum. KUHP Pasal 48
3. Untuk kepentingan Pasien. KUHP Pasal 170

Sanksi Membuka Rahasia Kedokteran :


1. Sanksi Pidana. KUHP pasal 322

2. Sanksi Perdata. KUH Predata Pasal 1365 & 1367

3. Sanksi Administratif. UU No. 23 thn 1992 pasal 54 ayat 1

4. Sanksi Masyarakat

43
Wajib simpan rahasia kedokteran mempunyai dasar hukum :
 Kepentingan pasien adalah menjelaskan segala sesuatu mengenai
dirinya kepada dokter tanpa ada rasa khawartir bahwa hal itu
akan diberitahukan kepada pihak lain. Kerahasiaan ini akan
memperkuat kepercayaan pasien terhadap dokter

 Kepentingan umum menghendaki agar setiap warga masyarakat


yang memerlukan bantuan kesehatan tidak terhalang, oleh karena
kekhawatiran bahwa data dirinya tidak dirahasiakan.

 Profesi kedokteran menuntut agar kepercayaan yang diberikan


oleh posien terjamin kerahasiaannya.

44
KESIMPULAN
1. Wajib simpan rahasia kedokteran mempunyai dasar hukum
2. Ketentuan & Peraturan yang mengikat
a. Lafal Sumpah dokter,Peraturan Pemerintah No. 26 thn 1960
b. Kode Etik Kedokteran Indonesia Bab II Pasal 11. PP No. 10 Tahun 1966
c. Sanksi hukum Pidana (Pasal 322 KUHP)
d. Pasal 1367 KUH Perdata
e. Sanksi hukum Perdata (Pasal 1365) & Pasal 1367 KUH Perdata
3. Dalam keadaan tertentu dokter harus menanggalkan rahasia jabatan/pekerjaan
dokter, misalnya apabila diwajibkan oleh perundang-undangan, atas permintaan
hakim dan sidang pengadilan, untuk kepentingan umum dan atas permintaan
pasien.
4. Sanksi Membuka Rahasia Kedokteran :
1. Sanksi Pidana. KUHP pasal 322
2. Sanksi Perdata. KUH Predata Pasal 1365 & 1367
3. Sanksi Administratif. UU No. 23 thn 1992 pasal 54 ayat 1
4. Sanksi Masyarakat

45
MAL
PRAKTEK

46
DEFENISI

Mal praktek medik adalah : kelalaian dokter dalam


menggunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang
lazim di pergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang
terluka menurut ukuran lingkungan yang sama

47
Yang dimaksud dengan kelalaian disini adalah sikap yang
kurang hati-hati yaitu tidak melakukan apa yang
seseorang lakukan dengan sikap hati-hati
melakukannnya dengan wajar, atau sebaliknya
melakukan apa yang seorang lakukan dengan sikap hati-
hati tidak akan melakukannya dalam situsasi tersebut.

48
Dokter dikatakan melakukan mal praktek jika :
1. Dokter kurang mengusai iptek kedokteran yang sudah
berlaku umum di kalangan profesi kedokteran.
2. Memberikan pelayanan kedokteran dibawah standar
profesi
3. Melakukan kelalaian yang berat atau memberikan
pelayanan dengan tidak hati-hati.
4. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan
hukum.

49
Jenis-jenis mal praktek :
1. Mal praktek kriminal
2. Mal praktek sipil
3. Mal praktek etik

Ad. 1. Mal praktek kriminal.


Dokter dalam menjalankan profesinya jika melanggar
hukum pidana maka persoalannya akan dituntut oleh
negara.

50
Yang termasuk dengan mal praktek kriminal adalah :
a. Menyebabkan pasien mati atau terluka karena
kelalaian
b. Melakukan Abortus provokatus kriminalis
c. Melakukan pelanggaran kesusilaan atau kesopanan
d. Membuka rahasia kedokteran
e. Pemalsuan surat keterangan
f. Bersepakat melakukan tindakan pidana
g. Sengaja tidak memberikan pertolongan pada orang
yang dalam keadaan bahaya

51
Ad. 2. Mal praktek sipil
Adalah suatu tindakan bentuk dimana dokter telah
mengakibatkan kematian atau cedera. Karena tindakan
yang salah atau tidak berkonsultasi dengan ahli atau
melakukan operasi tanpa persetujuan keluarga pasien
atau salah dalam mendiagnosa suatu penyakit yang fatal
dan atau kematian pasien.

52
Ad. 3. Mal Praktek Etik
Mengenai mal praktek etik perlu dikemukakan bahwa jalur
etik tidak begitu melihat kepada akibat atau kerugian
yang ditimbulkan karena etik lebih menekankan kepada
tindakan yang dilakukan si pelaku dengan berpedoman
kepada kode etik profesi. Untuk kalangan dokter pada
kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI). Dan
untuk rumah sakit pada etik rumah sakit (ERSI).
Sangsi etik bertujuan edukatif, bukan sebagai hukuman
atau mengganti kerugian.

53
Lafal Sumpah Dokter:
“Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita “
KODEKI bab II pasal 10:
“Seorang Dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai
suatu tugas kemanusiaan .”
KUHP pasal 304:
“Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan
seseorang dalam kesengsaraan, sedangkan ia wajib membari
kehidupan, perawatan dan pemeliharaan berdasarkan hukum
yang berlaku baginya atau karena suatu perjanjian, dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya 2 tahun 8 bulan atau
denda sebanyak-banyaknya Rp 4500,- “

54
KODEKI Bab I Pasal 2”
“Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya
menurut ukuran tertinggi .”
KODEKI Bab I Pasal 11:
“Dalam hal tidak mampu melakukan suatu pemeriksaaan
atau pengobatan maka ia wajib merujuk penderita kepada
Dokter lain yang mempunyai keahlian dalam penyakit
tersebut.”
KUHP Pasal 360 :
“Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain
mendapat luka berat atau luka sedemikian, sehingga berakibat
penyakit atau halangan sementara untuk menjalankan jabatan
atau pekerjaannya, dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya 5 tahun.”

55
KUHP Pasal 306 :
“(2) Jika salah satu perbuatan tersebut berakibat kematian
maka, bersalah dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya 9 tahun.”

B. Jika tertundanya pembedahan tersebut disebabkan


keluarga penderita belum membayar uang panjar
untuk rumah sakit, maka rumah sakitlah yang terkena
pelanggaran KODEKI.

56
Contoh kasus
1. Seorang Dokter memberi cuti sakit berulangkali
kepada seorang tahanan. Padahal orang tersebut
mampu menghadiri sidang pengadilan perkaranya.
Dalam hal ini Dokter melanggar KODEKI Bab I
Pasal 7 dan KUHP Pasal 267.
KODEKI Bab I Pasal 7:
“ Seorang Dokter hanya memberi keterangan atau mendapat
yang dapat dibuktikan kebenarannya.”
KUHP Pasal 267:
“Dokter yang dengan sengaja memberi surat keterangan palsu
tentang ada atau tidaknya penyaki. Kelamahan atau cacat,
dihuklum dengan hukuman penjara 4 tahun.”

57
2. Seorang Penderita Gawat Darurat Dirawat
Dirumah sakit dan ternyata memrlukan pembedahan
segera, ternyata pembedahan tertunda-tunda, sehingga
penderita meninggal dunia.
Pelanggaran etik dan hukum kasus ini ada 2
kemungkinan:
a. Jika tertundanya pembedahan tersebut disebabkan
oleh kelalaian Dokter, maka sikap Dokter tersebut
bertentangan dengan lafal Sumpah Dokter,
KODEKI Bab II Pasal 10 dan KUHP Pasal 304
dan 306:

58
3. Seorang Dokter Umum melakukan pembedahan
benjolan pada leher seorang wanit yang kemudian
timbul komplikasi pendarahan, Dokter menghentikan
tindakannya sedangkan benjolan tersebut belum
diangkat seluruhnya. Padahal di kota tempat Dokter
ini bekerja ada Dokter Spesialis Bedah. Dalam kasus
ini Dokter Umum tersebut melanggar KODEKI Bab
I Pasal 1 dan 11, KUHP Pasal 360.

59
KESIMPULAN
1. Mal Praktek merupakan suatu tindakan yang salah
atau lalai dalam melakukan Pratek kedokteran,
sehingga menyebabkan kerusakan atau kerugian bagi
kesehatan dan kehidupan pasien, karena kelalaiannya
ini dapat ditindak hukum pidana atau perdata.
2. Dokter perlu mengetahui secara jelas batasan yang
dapat dikerjakan atau dialaksanakan dalam
menjalankan profesi kedokteran sehingga terhindar
dari suatu perkara yang berkaitan dengan Mal Praktek.

60
3. Hendaknya seorang Dokter dalam menjalankan
profesi kedokteran melakukan pelayanan kesehatan,
menjunjung tinggi nilai etik kedokteran serta berupaya
untuk selalu menjaga nama baik dan citra seorang
dokter.

4. Pengetahuan dan kesadaran hukum masyarakat pada


saat ini menunjukkan kemajuan pesat, sehingga
kemungkinan untuk menuntut dan menggugat
Dokter semakain besar, untuk itu dituntut pula
pengetahuan Dokter dalam bidang hukum dan
menjalin kerjasama yang baik dengan badan-badan
hukum.

61
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

62

Anda mungkin juga menyukai