Anda di halaman 1dari 25

Keseimbangan cairan, elektrolit

& asam basa

LINA RAHMAWATI, M.KEP


Pendahuluan

 Cairan dalam tubuh 60 % total BB


 Ginjal mengontrol volume cairan
 Ginjal berperan mempertahankan keseimbangan
asam-basa, keluaran ion hidrogen, bikarbonat dan
urin
 Selain ginjal yg berperan dalam keseimbangan asam
basa : paru-paru yg mengekskresikan ion hidrogen &
CO2, dan sistem buffer
Komposisi cairan tubuh

 Intrasel
 Ekstrasel : intravaskular/plasma darah
 Cairan tubuh lain : sendi, cairan otak, cairan
perikard, liur pencernaan, dll
 Ion Na dan CL terutama dalam cairan ekstrasel
 K + di intra sel
 Membran sel memisahkan intrasel dan interstitial
 Dinding kapiler memisahkan interstitial dan plasma
 Membran bersifat permeabel
Transport aktif & pasif

 Aktif membutuhkan energi


 Pasif tidak membutuhkan energi
 Difusi : ion/partikel, suatu substansi yg terlarut yg selalu
bergerak dan cenderung menyebar dari konsentrasi
tinggi ke rendah
 Osmosis : substansi air dalam larutan tersebut lebih
rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan
murni dengan volume sama. Apabila melewati membran
semipermeabel, dengan volume sama namun berbeda
konsentrasi maka terjadi perpindahan air dengan
konsentrasi zat terlarut yang rendah ke larutan dengan
konsentrasi zat terlarut lebih tinggi
 Filtrasi : tjd krn ada perbedaan tekanan
antar 2 ruang yg dibatasi membran
 Cairan akan keluar dari tekanan tinggi ke
rendah. Tekanan yg mempengaruhi filtrasi
disebut tekanan hidrostatik
 Transport aktif : diperlukan untuk
mengembalikan partikel yg telah berdifusi
pasif dari konsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi
 Transport aktir membutuhkan ATP, contoh
pompa Na dan K
Keseimbangan cairan & elektrolit

 Pengaturan volume ekstra sel menyebabkan


penurunan tek ARTERI dan vol plasma
 Peningkatan cairan ekstrasel dpt
menyebabkan peni
 Pentingnya ngkatan TEKANAN DARAH dan
vol plasma
 Pentingnya menjaga intake & output
Intake & output

 Intake : makanan & minuman 2200 ml, air


metabolisme / oksidasi 300 ml
 Output : IWL , urin
 Garam (Na) dikontrol oleh GFR
 Renin angiotensis dan aldosteron mengatur
reabsorpsi Na dan retensi Na di tubulus
distal & collecting duct apabila bermasalah
menyebabkan retensi Na, peningkatan tek
darah
Peranan vasopresin (ADH)

 Peningkatan osmolaritas ekstrasel akan


merangsang osmoreseptor hypothalamus,
hypothalamus mensintesis vasopresin
 Vasopresin dilepaskan hipofisis posterior
berikatan dgn reseptor di duktus koligen
memicu aquaprovin
 Aquaprovin mereabsorpsi cairan ke vasa
recta
 Cairan dalam tubuh dipertahankan
Dehidrasi

 Kekurangan cairan tubuh


 Diare
 Kegagalan absoprsi
 Kehilangan Na, Cl, Hco3, Klorida,
 Menyebabkan asidosis metabolik dan penekanan
kalium
 Dehidrasi isotonik
 Diganti dengan cairan oral dan parenteral
Dehidrasi hiponatremik dan hiponatremik

 Menurunnya jumlah Na derum


 Gejala apatis, mual, muntah, sakit kepala, kejang dan
koma
 Gejala muskuloskeletal : kram & lemah
 Kegagalan sirkulasi
 Otak akan beradaptasi akan hiponatremi mendorong
cairan interstitial ke dalam cerebrospinal dengan
mengubah larutan seluler (kalium dan asam amino)
 Disebabkan diare, muntah, infeksi gastroenteritis krn
virus
 Asites, luka bakar & peritonitis
Hipernatremik

 Terjadi apabila jumlah cairan yg keluar lebih banyak


dibanding larutannya (Na)
 Kadang Na normal, yg hilang hanya cairannya saja
 Menyebabkan plasma mjd hipertonik shg badan
mengeluarkan ADH dgn merangsang haus
 Gejala : penurunan kesadaran, letargi/bingung,
iritabel, refleks meningkat, kejang demam dan kulit
terasa tebal
 Air keluar dari sel dan sel ukurannya mjd kecil
 Diare yg awalnya isotonis dpt mjd hipernatremia
apabila disertai panas lama, anoreksia, muntah
Penanganan hiponatremia

 Pengelolaan pasien hipernatremia awalnya RL u/


mengembalikan sirkulasi
 Albumin 5% atau plasma
 Cairan hipotonik u/ mengembalikan kadar natrium
yaitu KCL dan glukosa 5%
Kalium

 Kation intraseluler yg terbanyak


 Hipokalemia lebih menggambarkan
persediaan kalium tubuh
 Diatur oleh nefron ginjal
 Penentu potensial listrik di membrans el
 Berperan dalam bangkitan syaraf dan otot
 Diperlukan u/ kelangsungan hidup organ
jantung
Hipokalemia

 Kadar kalium serum kurang dari 3 mEq/L


 Sering tjd pd pasien dengan peny sal cerna : muntah,
pengambilan cairan pipa nasogastric
 Tjd pd alkalosis akut karena perpindahan transelular
dari serum ke sel
 Manifestasi : aritmia, hipofleksia, paralysyspenurunan
peristaltik / ileus
 Pemeriksaan EKG u/ mengetahui gangguan kalium
intrasel
 Distres respirasi, kelemahan otot berat,
 Kontrol cairan IV yaitu KCL
Hiperkalemia

 Hiperkalemia ialah keadaan kadar K+ > 5.5 mEq/L


 Pada penyakit saluran cerna hiperkalemia paling sering
terjadi pada asidosis metabolik,
 Perpindahan K+ transselular dari intraseluler ke
ekstraselular (serum) sebagai ganti dari ion Na yang
hilang bersama tinja
 gejala : aritmia jantung, parestesia, kelemahan otot atau
paralisis.
 Perubahan pada HCO3 menyebabkan alkalosis atau
asidosis metabolik; sedangkan perubahan pada pCO2
menyebabkan alkalosis atau asidosis respiratorik.
Keseimbangan asam basa

 Ph normal 7.35 -7.45


 Jika pH berubah maka mekanisme homeostasis akan
melakukan koreksi dengan buffer perubahan pH
 Organ : paru & ginjal
 Pemeriksaan AGD untuk mengetahui keseimbangan
asam basa
 Dipengaruhi ion H bebas
Asidosis metabolik

 Asidosis merupakan akibat dari bertambahnya asam


atau berkurangnya / hilangnya basa dari cairan
tubuh.
 Asidosis akan memacu respon kompensasi berupa
meningkatnya ventilasi alveolar (alkalosis
respiratorik) dan turunnya pCO2.
 hiperpnea ( nafas dalam dan tak teratur ), biasanya
tidak diikuti dengan pH menjadi kembali normal,
dan terjadi sangat cepat dalam beberapa menit.
 Manifestasi klinis dari asidosis adalah penekanan
pada kontraktil miokardium, aritmia,dilatasi arteri,
hipotensi, dan bahkan udem paru.
Alkalosis metabolik

 Kehilangan asam
 Hipoksia, perubahan sistem saraf pusat, iritabel otot2
dan bisa melanjut ke kejang dan aritmia, letargi,
bingung, iritabel dan kejang, nafas tersengal sebagai
usaha mengurangi Co2
 Pada penyakit saluran cerna alkalosis metabolik biasanya
terjadi karena kehilangan khlorida dan asam
 muntah dan aspirasi nasogastrik
 hipokalemia.
 Pada pasien demikian kadar khlorida urin dibawah 20
mEq/L.
Asidosis respiratorik

 Asidosis respiratorik adalah keadaan yang


disebabkan meningkatnya pCO2 dan penurunnya
pH plasma secara cepat.
 Keadaan ini biasanya bukan karena penyakit saluran
cerna, tetapi bisa terjadi jika ada penyakit penyerta
seperti obstruksi jalan nafas.
Alkalosis respiratorik

 Alkalosis respiratorik adalah keadaan yang


disebabkan oleh menurunnya pCO2 karena
hiperventilasi. Penyakit saluran cerna tidak
menyebabkan keadaan ini kecuali disertai keadaan
hiperventilasi.

Anda mungkin juga menyukai