ESTATE & SPA Air limbah yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berasal dari Kamar, Restoran, BOH (Back of House) dan Restoran. Terdapat penambahan kapasitas pada fasilitas restoran, Restoran Tapis dulunya hanya berkapasitas 30 seats sekarang menjadi 80 seats. Kemudian ada tambahan volume air limbah dari Restoran Cuca sebanyak 100 seats. Menurut informasi dari engineering, dulunya IPAL eksisting tidak dirancang untuk Restoran Cuca. Rencana penambahan kapasitas Spa, dari 4 bed menjadi 8 bed, sehingga mempengaruhi volume dan karakteristik air limbah yang masuk ke IPAL. KONDISI Terdapat penambahan volume dan karakteristik air limbah dari staf pada Restoran Cuca dengan jumlah staf 62 orang, dengan rata-rata jumlah staf EKSISTING pada shift siang adalah 40 orang. Menurut informasi dari staf Restoran Cuca, Grease Trap setiap minggu setiap minggu selalu dibersihkan/ disedot oleh truk tinja. Namun kenyataan di lapangan, pada tanki pertama masih terdapat FOG (Fat, Oil, Grease) yang mengeras, yang mencirikan pada bagian ini FOG tidak dibersihkan dalam waktu yang cukup lama. Selain itu antara Bak kedua dan ketiga Grease Trap dilakukan Bypass, sehingga proses pengendapan FOG pada Grease Trap terganggu, yang berakibat FOG mengalir ke IPAL dan menambah beban IPAL. KONDISI EKSISTING Untuk Restoran Tapis, masih ada air hujan yang dialirkan ke IPAL, hal ini akan menyebabkan bertambahnya volume air ke IPAL yang hanya dirancang untuk air limbah dan bukan untuk air hujan. Namun menurut informasi dari engineering akan dilakukan penutupan aliran air hujan dari lokasi tersebut. Restoran Tapis juga memiliki KONDISI Grease Trap yang membutuhkan perbaikan karena proses pengendapan FOG tidak berjalan sempurna akibat tidak ada strainer EKSISTING dan tidak pernah dibersihkan. Titik terjauh pengaliran air limbah menuju IPAL berada pada bagian belakang villa. Terdapat 1 (satu) submersible pit yang melayani 10 villa. Pada titik ini ditemukan tutup submersible pit yang terbuat dari Plat Bordess sudah berkarat, sehingga cenderung bau keluar dari titik tersebut. KONDISI EKSISTING Sistem Pengolahan Air limbah yang terpasang adalah Rotating Biological contactor (RBC). Tidak terdapat informasi mengenai desain kapasitas IPAL eksisting termasuk AS Built Drawing IPAL. Hasil pengukuran Dissolved Oxygen (DO) pada IPAL menunjukan KONDISI angka ideal yaitu 2.9 mg/L, sedangkan Sludge Volume Index (SVI) tidak menunjukan angka ideal. SVI berada di bawah 50 mL/g yang EKSISTING seharusnya berada pada angka 50 – 150 mL/g. Hal ini menunjukan tidak adanya bakteri aktif yang berfungsi untuk mengolah bahan organik pada air limbah. Selain itu terdapat soluble FOG yang dinilai berasal dari tidak layaknya Grease Trap pada Restoran Cuca dan Restoran Tapis. Hasil analisis sampel air limbah per tanggal 23 Juni 2016 yang selesai dianalisis tanggal 13 Juli 2016 terlihat bahwa parameter BOD5, COD, dan Coliform berada diatas Baku Mutu yang dipersyaratkan dalam Baku Mutu KESENJANGAN Air Limbah Kegiatan Perhotelan yang tercantum dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup. Parameter BOD5 pada effluent air limbah adalah 40.09 mg/L dan COD adalah 108.24, nilai tersebut berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan. Nilai tersebut menunjukan bahwa terjadi inefisiensi KESENJANGAN pengolahan bahan organik pada IPAL. Inefisiensi ini disebabkan tidak idealnya Nilai Food per Mass Ratio (F/M Ratio) akibat kurangnya jumlah Bakteri pengolah pada reaktor dan tidak adanya resirkulasi lumpur dalam reaktor utama Parameter BOD5 pada effluent air limbah adalah 40.09 mg/L dan COD adalah 108.24, nilai tersebut berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan. Nilai tersebut menunjukan bahwa terjadi inefisiensi KESENJANGAN pengolahan bahan organik pada IPAL. Inefisiensi ini disebabkan tidak idealnya Nilai Food per Mass Ratio (F/M Ratio) akibat kurangnya jumlah Bakteri pengolah pada reaktor dan tidak adanya resirkulasi lumpur dalam reaktor utama Parameter BOD5 pada effluent air limbah adalah 40.09 mg/L dan COD adalah 108.24, nilai tersebut berada diatas baku mutu yang dipersyaratkan. Nilai tersebut menunjukan bahwa terjadi inefisiensi KESENJANGAN pengolahan bahan organik pada IPAL. Inefisiensi ini disebabkan tidak idealnya Nilai Food per Mass Ratio (F/M Ratio) akibat kurangnya jumlah Bakteri pengolah pada reaktor dan tidak adanya resirkulasi lumpur dalam reaktor utama Disarankan untuk melakukan perbaikan terhadap IPAL eksisting, hal ini dapat dilakukan dengan melakukan proses upgrade pada unit Grease Trap eksisting untuk mengantisipasi penambahan beban Fat Oil dan Grease (FOG) yang masuk ke reaktor IPAL. Termasuk didalamnya adalah perawatan harian berupa pengambilan FOG yang terdapat di Greae Trap. REKOMENDASI Perlunya penambahan lumpur aktif pada reaktor RBC untuk TINDAK LANJUT meningkatkan jumlah Bakteri (Mass) pada reaktor sehingga diharapkan ratio F/M dapat mencapai idela, sehingga efisiensi pengolahan dapat berjalan optimal. Penambahan lumpur aktif ini disarankan dapat menggunakan buangan lumpur aktif dari sistem IPAL aerobic atau sistem IPAL serupa. Volume penambahan lumpur aktif ini adalah sebanyak sepertiga volume Tanki Aerasi atau Tanki RBC. Disarankan untuk memakai Bakteri pengurai lemak untuk mengurangi Soluble FOG yang masuk ke dalam IPAL. Perlunya perubahan sistem perpipaan sehingga tidak ada air hujan REKOMENDASI yang masuk ke dalam IPAL. TINDAK LANJUT Disarankan untuk melakukan penggantian Tutup Manhole pada Submersible Pit dan Tanki pengendap awal dan akhir di IPAL, Tutup Manhole yang digunakan adalah bersifat airtight sehingga bau akibat proses tidak keluar, dan udara luar tidak dapat mempengaruhi proses di reaktor.