Anda di halaman 1dari 24

SOBAHUL KHAIR

ASSALAMU’ALAIKUM WR, WB
Surat An-Nisa’
Ayat 1, 3, 34 dan 35
(ETIKA SUAMI ISTERI DALAM
INTERPRETASI KELUARGA SAKINAH)

Kelompok 11
Fani Rosdiyanti 11150163000049
Febiola Paquita Bakri 11150163000087
AN-NISA’ (4) : 1
Artinya : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kamu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan menciptakan darinya pasangannya :
Allah memperkembangbiakkan dari keduanya laki-laki yang banyak dan perempuan.
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan namaNya kamu saling meminta dan
(pelihara pula) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah Maha mengawasi
kamu”. An-nissa (4) : 1
ASBABUN NUZUL
Ayat ini turun di Madinah yang biasanya panggilan ditujukan kepada orang yang beriman,

yaa ayuhhal ladzina amanu , namun demi persatuan dan kesatuan, ayat ini mengajak semua

manusia yang beriman dan yang tidak beriman : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada

Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, yakni Adam atau jenis yang

sama, tidak ada perbedaan dari segi kemanusiaan antara seorang manusia dengan yang lain,

dan Allah menciptakan darinya, yakni dari diri yang satu itu pasangannya, dan dari

keduanya yakni dari Adam dan istrinya.


Allah memperkembangbiakan laki-laki yang banyak dan perempuan pun

demikian. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan namaNya kamu saling

meminta dan pelihara pula hubungan sillaturahim. Jangan putuskan hubungan

tersebut, karena apapun yang terjadi Sesungguhnya Allah terus menerus

sebagaimana dipahami dari kata kana – Maha Pengawas terhadap kamu


HIKMAH
PenegasanNya bahwa (khalaqa minha zaujaha/ Allah menciptakan darinya, yakni

dari nafsin wahidah) itu pasangannya : mengandung makna bahwa pasangan suami istri

hendaknya menyatu sehingga menjadi diri yang satu yakni menyatu dalam perasaan dan

pikirannya, dalam cita dan harapannya, dalam gerak dan langkahnya, bahkan dalam

menarik dan menghembuskan nafasnya. Itu sebabnya perkawinan dinamai zawaj yang

berarti “keberpasangan” disamping dinamai nikah yang berarti “penyatuan ruhani dan

jasmani”. Suami dinamai zauj dan istri pun demikian.


DALIL PENDUKUNG
Ayat menyebut sifat Allah itu dikemukakan dalam konteks tuntunan menyangkut kehidupan

rumah tangga serta perlunya hubungan silaturahim, yaitu ayat ini dan (QS. Al-Ahzab [33] :

52), “tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh

(pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik

hatimu kecuali perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan adalah

Allah (Raqib) Maha Mengawasi segala sesuatu”


AN-NISA’ (4) : 3
Artinya : “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim

(bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau

empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seseorang saja, atau

budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Berikanlah maskawin (mahar) kepada (wanita yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh

kerelaan. Kemudia jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati,

maka makanlah (ambilah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”. An-nissa

(4) : 3
Dari sini, maka jelaslah bahwa maksud dari ayat tersebut adalah sebagai
berikut : “apabila kamu takut tidak bisa bersikap adil ketika kamu menikahi
para wanita yatim, maka tinggalkan mereka! Lalu nikahilah wanita-wanita
lain selain mereka yang kamu sukai”. Jawaban dari kalimat syarat ini
merupakan dalil yang tegas menunjukkan makna tersebut. Sebab, hubungan
antara kalimat syarat dengan kalimat jawabnya memang menuntut
pemaknaan seperti itu.
Ibnu Khuwaiz Mindad berkata, “dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa seorang wali
dibolehkan untuk memberi atau menjual harta anak yatim untuk kepetingan dirinya
sendiri tetapi dengan syarat ia tidak rakus dalam melakukan hal itu. Dalam hal ini, sang
penguasa berhak untuk mengawasi apa yang terjadi pada anak yatim”. Sebagian ulama
menyimpulkan dari ayat ini bahwa ketika seorang wanita ingin menikahi anak yatim
perempuan yang berada di bawah perwaliannya atau bimbingannya, maka ia boleh
menjadi An-naih (orang yang menikah) dan Al-munih (orng yang menikahkan) sekailgus
AN-NISA’ (4) : 34
ٌ ‫ت‬‫ت ٌتقاَننتتاَ ت‬ ‫ض ٌتونبتماَ ٌأتمنتفتقواَ ٌنممن ٌأتممتواَلننهمم ٌتفاَل ص‬
‫صاَلنتحاَ ت‬ ‫ضتهمم ٌتعتلىَ ٌتبمع ض‬ ‫ضتل ٌ ص ت‬
‫ا ٌتبمع ت‬ ‫اَلنرتجاَتل ٌتقصواَتموتن ٌتعتلىَ ٌاَلننتساَنء ٌنبتماَ ٌتف ص‬
ٌ ‫ضنرتبوتهصن‬ ‫ضاَنجنع ٌتواَ م‬ ‫ظوتهصن ٌتواَمهتجتروتهصن ٌنفيِ ٌاَملتم ت‬ ‫شوتزتهصن ٌتفنع ت‬ ‫ا ٌتواَللنتيِ ٌتتتخاَتفوتن ٌتن ت‬‫ب ٌنبتماَ ٌتحنفتظ ٌ ص ت‬ ‫ت ٌلنملتغمي ن‬
‫تحاَنفتظاَ ت‬
‫ ٌتفإنمن ٌأتتطمعتنتكمم ٌتفل ٌتتمبتغواَ ٌتعلتمينهصن ٌتسنبيل ٌإنصن ٌ ص ت‬
َ‫ا ٌتكاَتن ٌتعلنريياَ ٌتكنبيررا‬

Artinya: "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita
yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh
karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya,
maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar".
ASBABUN NUZUL
Diriwayatkan pula dari Muqatil bahwa seorang wanita bernama Habibah Binti Zaid Ibn
Abu Zuhair malakukan perbuatan durhaka kepada suaminya, yang bernama Saad Ibn
Arobi. Dengan ditemani ayahnya, Habibah kemudian mengadu kepada Nabi
Muhammad. Kata sang ayah, “saya berikan anakku kepadanya untuk menjadi teman
tidurnya, namun dia ditempelengnya”. Mendengar pengaduan itu, nabi menjawab
hendaklah kamu mengambil pembalasan darinya yakni menamparnya. Setelah itu
Habibah bersama ayahnya pulang dan melakukan pembalasan kepada suaminya.
Setelah Habibah melaporkan pebuatannya, nabi bersabda kembalilah kamu, ini Jibril
datang dan Allah menurunkan ayat ini, dan Nabi membacakannya.
PERINGATAN
Pada akhirnya Nabi bersabda, “kita berkehendak begitu, Allah berkehendak begini. Dan
apa yang Allah kehendaki itulah yang terbaik”. Inilah ayat yang menjadi dasar penentuan
adanya mediator (penengah, wasit) yang bertugas mendamaikan suami istri melalui
jalan yang terbaik, yang disepakati semua pihak. Jika petunjuk Al-Qur’an kita jalankan
dengan baik, tidak perlulah suami istri harus menghadap hakim di pengadilan untuk
memutuskan tali pernikahan, dengan akhir perjalanan berupa cerai

Allah memperingatkan kepada kaum suami dengan kekuasaan dan kebesaran-Nya,


supaya suami tidak mengdhalimi istri dan berlaku curang. Dia adalah pelindung bagi
mereka (istri). Dia akan memberikan siksanya kepada suami yang berlaku kurang baik
kepada istrinya (dhalim) karena telah menganiaya istri
MUFRODAT
A. Nusyuz
Nusyuz pada asalnya berarti “terangkat” atau tertinggi. Seorang perempuan yang keluar meninggalkan rumah dan tidak
melakukan tugasnya sebagai seorang istri dan menganggap ia lebih tinggi dari suaminya, singkat kata yaitu istri yang
durhaka pada suaminya.[2]
Menurut Slamet Abidin dan H. Aminuddin, nusyuz berarti durhaka, maksudnya seorang istri melakukan perbuatan yang
menentang suaminya tanpa alasan yang dapat diterima oleh syara

B. Syiqaq
Kata syiqaq berasal dari bahasa arab al-syaqqu yang berarti sisi. Adanyaperselisihan suami-isteri disebut “sisi”, karena
masing-masing pihak yang berselisih itu\berada pada sisi yang berlainan, disebabkan adanya permusuhan dan
pertentangan, sehingga padanan katanya adalah perselisihan; (al-khilaf); perpecahan; permusuhan; (aladawah).
Syiqaq memiliki arti sama dengan al-khilaf (perselisihan) atau al-‘adawah (pertentangan atau persengketaan). Jadi syiqaq
ialah perselisihan antara suami dengan istri.Hal ini biasanya timbul karena suami atau istri tidak melaksanakan
kewajibannya, maka dalam ayat di atas diperintahkan untuk mencari hakim guna menjadi juru damai di antara keduanya.
SOLUSI
Jika kamu melihat ada indikasi (tanda-tanda) bahwa istrimu melakukan nusyuz, yakni istri yang
mengadukan hal ihwal suaminya kepada orang lain, menolak perintahnya, berpaling dari
suaminya, dan membuat suaminya marah. maka berikut ini adalah beberapa tindakan edukatif
(bersifat mendidik) yang bisa dilakukan, yaitu:

1) Berilah nasihat dan ingatkanlah akan siksa Allah lantaran dia mendurhakai suaminya, karena
Allah telah mewajibkan istri untuk mentaati suaminya, dan ketaatan itu merupakan hak sang
suami.
2) Hindarilah dia di tempat tidur. Yang dimaksud al-hajru ialah tidak menggaulinya, tidak tidur di
atas tempat tidurnya atau membelakanginya.
3) Pukullah mereka, yakni jika istri tidak meninggalkan perbuatan buruknya setelah dinasihati
dan diboikot, maka kamu boleh memukulnya dengan pukulan yang tidak melukai. Para ahli fiqih
mengatakan: “pukulan yang tidak melukai ialah yang tidak sampai mematahkan tulang dan
tidak meninggalkan bekas”
AN-NISA’ (4) : 35
‫توإنمن ٌنخمفتتمم ٌنشتقاَتق ٌتبمينننهتماَ ٌتفاَمبتعتثواَ ٌتحتكرماَ ٌنممن ٌأتمهلننه ٌتوتحتكرماَ ٌنممن ٌأتمهلنتهاَ ٌإنمن ٌتينريتداَ ٌإن م‬
‫صلرحاَ ٌتيتونفنق ٌ ص ت‬
ٌ ‫ا‬
‫تبميتنتهتماَ ٌإنصن ٌ ص ت‬
َ‫ا ٌتكاَتن ٌتعنليرماَ ٌتخنبيررا‬

Artinya: "Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,


maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari
keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
TAFSIR IBNU KATSIR

• ‫ن أ هههل هل‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫م‬
‫ل‬ ‫ما‬
‫م‬ ‫ه‬ ‫ك‬‫ح‬‫ه‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ه‬‫ل‬ ‫ل‬‫ه‬ ‫ه‬‫قاقه بين لهما هفابعثثوا حك هما من أ ه‬
‫ه م ل ه‬ ‫هه‬ ‫هه ل ه‬ ‫ش ه‬
‫م ل‬
‫فت ث ه‬
‫خ ه‬
‫ن ل‬
‫وهإ ل ه‬

"Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam
dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan.

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini bahwa jika perselisihan antara suami dan istri tidak juga
bisa diakhiri, dan semakin mengkhawatirkan, maka utuslah seorang penengah yang
terpercaya dari keluarga istri dan seorang penengah yang terpercaya dari keluarga
suami agar keduanya bermusyawarah dan membicarakan masalah keduanya, serta
menentukan tindakan yang dipandang oleh keduanya akan bermaslahat, apakah itu
perceraian ataukah rujuk.
DALIL PENDUKUNG
‫ما‬ ‫ق الل ل ث‬
‫ه ب هي هن ههث ه‬ ‫حا ي ثوهفف ل‬
‫صل م‬
‫دا إ ل ه‬
‫ري ه‬
‫ن يث ل‬
‫إل ه‬
"Jika keduanya menghendaki kemaslahatan, niscaya Allah akan memberikan taufik kepada
keduanya".

Maka kedua penengah mengkaji, jika pihak suami yang bersalah, maka keduanya menghalangi
suami agar tidak menemui istrinya dan menyuruhnya mencari nafkah secara terus-menerus. Jika
istri yang salah, maka mereka menyuruhnya untuk tetap melayani suami tanpa diberi nafkah.
Para ulama berpendapat bahwa kedua penengah memiliki hak untuk menyatukan dan
memisahkan. Yang menjadi sandaran bahwa tugas penengah hanya memutuskan masalah
penyatuan bukan perceraian antara suami istri yaitu, "Jika keduanya ingin mengadakan perbaikan
niscaya Allah akan memberikan taufik kepada suami istri tersebut" dalam hal ini penengah disebut
juga hakam. Tugas hakam ialah menetapkan keputusan tanpa suatu keharusan adanya kerelaan
pihak yang dihukumi, inilah menurut zahir ayat.
KANDUNGAN HUKUM SURAT AN-NISA’ AYAT
34-35
1. Seorang suami wajib memberi nafkah kepada istrinya, dan ketika seorang sua,I sudah
melaksanakan kewajibannya tersebut, maka seorang istri wajib mentaati suaminya.
2. Kewajiban seorang suami gugur ketika istrinya berbuat nusyuz.
3. Hal-hal yang harus dilakukan ketika istri nusyuz adalah 1) menasehatinya, 2) menghindarinya
tempat tidur, 3) memukulnya.
4. Ketika terjadi perselisihan antara sepasang suami istri maka harus mengutus hakamain (2 orang
mediator) untuk membantu menyelesaikan perselisihan tersebut agar kembali seperti semula,
yakni satu hakam dari pihak suami dan satu hakam dari pihak istri.
5. Hakamain hendaknya diambil dari kerabat terdekat karena kerabat lebih memahami keadaan
rumah tangga saudaranya tersebut.
SYUKRON 
WASSALAMU’ALAIKUM WR, WB

Anda mungkin juga menyukai