Anda di halaman 1dari 15

DINAS KESEHATAN KABUPATEN DHARMASRAYA

Mengapa Kita Perlu Khawatir


Terhadap Masalah Kurang Gizi?
Kurang gizi pada dua tahun pertama
kehidupan menyebabkan kerusakan otak
yang tidak dapat lagi diperbaiki
Balita Pendek Stunted kurang berprestasi
di sekolah
Studi menunjukkan bahwa stunting
menurunkan jumlah penghasilan saat
dewasa sebesar 20%
Kurang Gizi menyebabkan kemiskinan
Fokus pada 1000 hari pertama kehidupan,
yang dimulai saat kehamilan hingga anak
berusia dua tahun, merupakan periode
yang sangat penting
Mengapa Kita Prihatin Atas
Masalah Kurang Gizi
Balita kurang gizi memiliki sistem daya tahan
tubuh yang lemah sehingga mereka sering sakit
(dan lebih sering menderita penyakit yang
parah), dan kemungkinan meninggal

Secara global, permasalahan gizi berkontribusi


pada 45% kematian

Orang dewasa yang mengalami kurang gizi


saat lahir dan pada dua tahun pertama
kehidupan beresiko menderita diabetes dan
penyakit jantung
GAMBAR OTAK ANAK
 KURANG GIZI
Kematian Bayi dan Balita
Terkait Kurang Gizi
Fenomena dua
Malaria 5% per tiga:
ISPA 19%  2/3 kematian balita
Diare 19% terkait kurang gizi
 2/3 kurang gizi
terkait praktik
Kurang Gizi pemberian makan
54% Campak 7% yang kurang tepat
pada bayi dan batita

Perinatal 18%
Lain-lain 32%

Sumber: WHO, 2002 Penting Penerapan


optimal feeding
pada bayi dan anak
 Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu
cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi.
 Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan
dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka
kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya
mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal
saat dewasa.Kemampuan kognitif para penderita juga
berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian
ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.
Dampak Stunting Pada Anak
 Anak stunting (bertubuh pendek) merupakan indikasi
kurangnya asupan gizi, baik secara kuantitas maupun
kualitas, yang tidak terpenuhi sejak bayi, bahkan sejak
dalam kandungan. Kondisi ini menyebabkan anak
memiliki tinggi badan cenderung pendek pada usianya.
Selain tubuh pendek, stunting juga menimbulkan dampak
lain, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang.
 Dampak jangka pendek yaitu pada masa kanak-kanak,
perkembangan menjadi terhambat, penurunan fungsi
kognitif, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan
gangguan sistem pembakaran.
 Pada jangka panjang yaitu pada masa dewasa, timbul
risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus,
jantung koroner, hipertensi, dan obesitas.
DATA STUNTING HASIL PENIMBANGAN MASSAL
KAB DHARMASRAYA TAHUN 2017
35.0 33.3

30.0

25.0

20.4
20.0 17.7
14.8
15.0 Series1
11.5
9.3 9.0 8.5 9.2
10.0 7.7 8.0
6.3
5.1
5.0 3.4
0.3
0.0
PENCEGAHAN STUNTING
 Stunting merupakan masalah kesehatan yang bisa dicegah sejak dini, mulai dari
dalam kandungan hingga masa periode emas pertumbuhan anak. Berikut ini tips
mencegah stunting.
 Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan
makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan
terpantau kesehatannya. Namun, kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet tambah
darah hanya 33%. Padahal mereka harus minimal konsumsi 90 tablet selama
kehamilan.
 ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan
pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
 Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga
kebersihan lingkungan.
 Sangat dianjurkan ketika bayi berusia tiga tahun atau sudah dapat anak makan
dianjurkan mengkonsumsi 13 gram protein yang mengandung asam amino esensial
setiap hari, yang didapat dari sumber hewani, yaitu daging sapi, ayam, ikan, telur, dan
susu.
 Rajin mengukur tinggi badan dan berat badan anak setiap kali memeriksa kesehatan
di Posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak serta mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
KEGIATAN PROGRAM GIZI DALAM
MENGATASI STUNTING
PMBA ( PEMBERIAN MAKAN ANAK DAN BALITA)
a. Tujuan umum : Memberikan informasi dan keterampilan kepada
ibu kader dan petugas kesehatan tentang pemberian makan
bayi dan balita.
b. Tujuan khusus :
- ibu kader dan petugas mengtahui cara pemberian makan
yang benar untuk bayi dan balita.
- kader dan petugas terampil dalam melakukan konseling
kepada ibu balita
- Kader dan petugas terampil dalam memilih dan mengolah
bahan makanan untuk balita.
c. Sasaran : Kader dan petugas kesehatan (bidan desa)
Positive deviance ( PD ) dengan
Pembentukan Pos Gizi
 Pengertian :
adalah tempat berkumpulnya balita kurang gizi dan
orangtua/pengasuh untuk belajar
mempraktikkan perilaku unik positif yang telah terbukti
dapat mempertahankan status gizi.

 Tujuan Pos Gizi :


1. untuk pemulihan anak gizi kurang (meningkatkan berat
badan anak minimal 200 – 400 gram atau mengikuti
garis pertumbuhan normalnya di KMS dalam 1 - 3
putaran pos gizi)
2. untuk mempraktekkan prilaku baru.
 Sasaran dan peserta :
balita dengan berat badan dibawah pita kuning pada KMS
didampingi orang tua atau pengasuh jumlah 8 – 12 orang
balita.

 Waktu :
selama 12 hari berturut-turut, satu minggu setelah
penimbangan diPosyandu dengan waktu dalam satu hari
kurang lebih dua jam.

 Tempat :
ditentukan bersama oleh masyarakat yang disepakati oleh
kader dan orang tua balita
Puskesmas yang telah memiliki
Pos Gizi
 Puskesmas tiumang : 3 Pos Gizi
 Puskesmas Sungai Dareh : 2 Pos Gizi
 Puskesmas Timpeh : 1 Pos Gizi
 Puskesmas Sialang : sedang pembentukan
 Puskesmas Sungai Rumbai : sedang pembentukan
 Puskesmas Padang Laweh : 1 Pos gizi
 Puskesmas Sitiung II : Sedang Pembentukan
 Puskesmas Gunung Medan : Sedang Pembentukan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai