apalagi dengan melibatkan dokter yang sengaja menggugurkan janin untuk bisnis hukumnya haram, dan termasuk kezaliman yang sangat besar. Lembaga fatwa Majma’ al-Fiqh Islami menetapkan hukum penggunaan janin sebagai bahan baku transplantasi organ manusia sebagai berikut: 1. Tidak diperbolehkan mempergunakan janin sebagai bahan baku organ tubuh yang akan dicangkokan kepada orang lain kecuali untuk beberapa kondisi yang telah memenuhi batasan, yaitu: a. Tidak dibenarkan melakukan aborsi bertujuan menggunakan janinnya untuk dicangkokan kepada tubuh orang lain. b. Tidak diperkenankan menggunakan bagian apapun dari janin kecuali setelah dipastikan mati dengan memperhatikan syarat-syarat syar’inya. 2. Tidak dibenarkan melakukan praktik pencangkokan organ tubuh untuk diperjualbelikan. 3. Pencangkokan organ tubuh hendaknya ditangani oleh tim medis spesialis yang terpercaya 13. Donor Irgan dan Jaringan Tubuh kepada non-Muslim Dalam sejumlah ayat Alquran ditegaskan kebolehan bermuamalah antara mereka (muslim dan non-muslim), antara lain: 1. Surat al-Mumtahinah (60):8 yang artinya: Allah tidak melarang orang yang tidak memerangimu karena agama dan (tidak pula mengusir kamu dari negerimu, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil(Q.s. al-Mumtahinah (60):8). 2. Surat al-Maidah (5):5 yang artinya: Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi al- Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mengawini) wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita- wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan bermaksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik...”(Q.s. al-Maidah (5):5) Pembolehan mendonorkan organ kepada non- muslim oleh ulama yang membolehkannya tidak bersifat mutlak. Tidak boleh bagi orang kafir harbi yang memerangi kaum muslimin. Tidak boleh kepada mereka yang secara terang-terangan murtad. Sebagian ulama membedakan hukum donor organ berdasarkan pertimbangan agama yang dipeluknya secara umum. Jika mayitnya orang non-muslim boleh, jika mayitnya muslim hukumnya haram. 14. Zenotransplantasi Zenotransplantasi menggunakan media yang berasal dari hewan suci saat hidup, menurut uraian dalam beberapa kitab diperbolehkan, tetapi jika dari hewan najis maka hukumnya tidak boleh, kecuali dalam keadaan darurat. Secara umum sisi hukum islam yang diterapkan dalam kasus menggunakan organ binatang dapat terjadi dalam dua kemungkinan: a. Memanfaatkan binatang yang hukum memakan dagingnya halal, dan diambil segera setelah disembelih, maka hukumnya boleh b. Menggunakan organ binatang yang haram dimakan dagingnya 15. Pendapat Ulama tentang Penggunaan Organ Babi Ulama Indonesia secara khusus telah membahas hukum penggunaan organ babi. Bahtsul Masail NU menetapkan hukum penggunaan gigi babi, organ babi dan yang sejenis yaitu sebagai berikut: a. Transplantasi gigi dengan organ babi dan sejenisnya, hukumnya tidak boleh. Sebab masih banyak benda lain yang bisa digunakan sebagai pengganti. b. Transplantasi dengan organ babi untuk menggantikan organ sejenis pada manusia, hukumnya tidak boleh, kecuali jika sangat diperlukan dan tidak ada organ lain yag seefektif organ babi tersebut. Orang yang menerima organ tersebut harus ma’shum 16. Transplantasi Organ dan Jaringan Orang Hidup Ulama membolehkan donor organ dan berpahala bagi yang melakukannya.namun, kebolehannya bersifat muqayyad(bersyarat), tidak boleh jika akan menimbulkan dlarar, kesulitan, dan kesengsaraan bagi dirinya sendiri. Ulama mengharamkan mendonorkan organ tubuh yang hanya satu-satunya, seperti hati atau jantung. Dan juga organ tubuh bagian luar seperti mata, tangan, dan kaki karena akan menimbulkan dlarar pada diri sendiri. 6. Pandangan Fukaha tentang Jual- beli Organ Manusia Secara umum, ulama fikih mengharamkan memperjualbelikan organ tubuh, karena hal itu berarti mencelakakan diri sendiri yang sangat dikecam dalam syariat islam. Namun, jika dikaitkan dengan sisi manfaat, ulama berbeda pendapat antara membolehkan dan mengharamkannya. 6.1. Pendapat yang Membolehkan Komersialisasi
Ulama yang membolehkan jual-beli organ atau jaringan
tubuh manusia berargumen mengkiyaskannya dengan ASI manusia. Pendapat ini mengandung kelemahan, karena Qiyas menjual organ dengan membayar ASI ada ketidaksingkronan, ASI selalu diproduksi tidak dapat disamakan dengan yang tidak diproduksi terus-menerus, seperti anggota tubuh. Di samping itu, mereka jugu mengkiyaskan dengan kebolehan memperjual-belikan budak di zaman perdagangan, jika diperbolehkan menjual satu badan utuh maka menjual sebagiannya juga boleh. Argumen ini memiliki kelemahan karena islam menolak adanya perbudakan. 6.2. Pendapat yang Mengharamkan Komersialisasi
Alasan yang dikemukakan oleh ulama yang
mengharamkan komersialisasi organ, antara lain: 1. Bahwa anggota tubuh manusia bukan miliknya, karena itu syariat islam mengharamkan memperjual- belikannya. 2. Memperjual-belikan anggota tubuh berarti penghinaan, atau penistaan, karena Allah sangat memuliakan manusia. 3. Alasan haramnya memanfaatkan organ manusia karena najis, sebagian ulama yang lain menyatakan karena makruhnya mengobati luka menggunakan tulang manusia, hal tersebut disebabkan kemuliaan manusia. 7. Memperjual-belikan Tubuh Terpidana Mati Pendapat yang menyatakan boleh, diantaranya disampaikan oleh Muhammad Said al-Buthi. Alasannya antara lain: 1. Memilih yang kadar mudaratnya lebih ringan 2. Merujuk dari pendapat ulama Syafi’iyyah dan Hanabilah yang membolehkan memakan mayat orang yang termasuk golongan ghairu ma’shum demi mempertahankan kehidupan orang yang ma’shum 3. Menjaga kehidupan orang yang ma’shum termasuk salah satu dari lima dlaruriyyah yang mesti dijaga 4. Menjaga anggota tubuh tertentu dari orang yang tidak termasuk muhtaramah termasuk peringkat hajjiyah yang kadar peringkatnya di bawah dlaruriyyah Alasan ulama atau lembaga yang mengharamkannya, dinyatakan: 1. Bahwa anggota tubuh manusia bukan hak manusia, jika hal tersebut terjadi berarti memperjual belikan yang bukan miliknya. 2. Tindakan memperjual belikan tubuh mereka bertentangan dengan penghormatan terhadap manusia