Anda di halaman 1dari 36

KORTIKOSTEROID

farmakologi II
Kelompok 4 :
Alimia Woelandari1701048
Arava Putri Fadhila 1701050
Citra Prameswari 1701052
Dechania Samura 1701054
Dyan Putri 1701056
Fadia Rahma Salsabilla 1701058
Gina Asriana 1701060
Putri Indah Rini 1801132
Kelenjar Adrenal

Kelenjar anak ginjal, kelenjar adrenal


(atau kelenjar suprarenalis) adalah kelenjar
endokrin berbentuk segitiga yang terletak di
atas ginjal. Jumlahnya ada dua, terdapat pada
bagian atas dari ginjal kiri dan kanan.
Kortikosteroid
CRF (Corticotrophin Realising Factor)
Hipotalamus
CRH (Corticotrophin Realising Hormone)

ACTH (Adrenocorticotropin Stimulating


Hipofisis
Hormone)

KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid

• Hormon kortikosteroid merupakan golongan hormon


steroid yang diproduksi di korteks adrenal.

• Hormon kortikosteroid terlibat dalam sistem fisiologis


seperti respon stres, respon kekebalan tubuh dan
pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat,
katabolisme protein, kadar elektrolit darah dan perilaku.
Bagian Kelenjar adrenal

Zona
Produksi
Hormon
Hormon Kortikosteroid
Berdasarkan
zona produksi

Zona
Glomerolusa
Mineralkortikoid

Zona
Fasikulata Glukokortikoid

Zona
retikularis Androgen
Kortikosteroid

• Glukokortikoid • Mineralokortikoid

• Berperan mengendalikan • Berfungsi mengatur kadar


metabolisme karbohidrat, elektrolit dan air, dengan
lemak, dan protein, juga cara penahanan garam di
bersifat anti inflamasi ginjal.
dengan cara menghambat
pelepasan fosfolipid, serta • Contoh : aldosterone,
dapat menurunkan kerja kortikosteron,
eosinophil. desoksikorton.

• Contoh : Kortisol /
Hidrokortison
1. Glukokortikoid

Glukokortikoid yang dibentuk secara alamiah :


kortisol (hidrokortison)

Kortisol (disebut juga hidrokortison , senyawa F )


memiliki banyak efek fisiologik , termasuk regulasi
metabolisme perantara, fungsi kardiovaskular, dan
imunitas. Sintesis dan sekresinya diregulasi ketat oleh
system saraf pusat, yang snagat sensitive terhadap
umpan balik negative oleh kortisol dan glukokortiroid
eksogen (sintetik) dalam peredaran. Kortisol disinteisis
dari kolesterol.
• Regulasi sintesis dan pelepasan glukokortikoid
 Adrenal steroid tidak menyimpan hormone, hormone adrenal
disintesis dan dilepaskan sesuai kebutuhan,dan rangsangan fisiologi
untuk sintesis dan pelepasan glukokortikoid adalah kortikotropin
(ACTH) yang disekresikan oleh glandula hipofisis anterior.
 Sekresi kortikotropin sebagian diatur oleh corticotriphin-releasing
factor (CRF) dari hipotalamus,dan sebagian lagi oleh kadar
glukokortikoid dalam darah (anti diuretic hormone,yang mencapai
hipofisis melalui vena portal hipofisis posterior,juga merangsang
pelepasan ACTH dan juga memegang peranan posterior,juga
merangsang pelepasan ACTH dan juga memegang peranan fisiologi).
 Pelepasan CRF akan dihambat oleh kadar glukokortikoid dan
kortikotropin dalam darah,dan dipengaruhi oleh masukan dari SSP. Ini
merupakan basal pelepasan glukokortikoid.
 Peptida opioid secara normal melatih control kekuatan penghambatan
terhadap sekresi CRF. Faktor psikologi dapat mempengaruhi
pelepasan CRF kerena dpat merangsang seperti rasa panas atau dingin
yang hebat ,rasa nyeri , atau infeksi
Mekanisme Glukokortikoid:

• Didalam sel tubuh terdapat reseptor glukokortiroid (RG). RG selalu


berikatan dengan protein Hs90 (heat shok protein), terdapat banyak di
sitoplasma.

• Obat obat kortikosteroid akan berikatan dengan RG,contohnya


triamsinolon (TS) dengan terikatnya dengan RG protei Hs90 terlepas
dari RG.

• TS-RG pindah ke inti sel, lalu berikatan dengan Glucorcoticoid Response


Elements (RGE) dan meregulasi transkipsi gen

• Transkipsi berlanjut ke sintesis protein, salah satu protein antiinflamasi


yang dihasilkan licoportin-1
Next..

• Licoportin-1 menghambat kerja enzim fosfolipase A2


(yang mengubah fosfatidilkolin menjadi asam
arakidonat. Asam arakidonat akan diubah menjadi
prostaglandin dan leukotrin, dua mediator nyeri, yg
membuat system saraf meneruskan sinyal nyeri ke
otak. Lalu timbullah reaksi seperti radang, demam, dan
nyeri

• Jadi dengan menghambat fosfolipase A2, berkuranglah


radang dan nyeri.
Kerja Glukokortikoid:

• Menstimulasi glukoneogenesis protein dengan


peningkatan penguraian protein (kerja katabolik)
meningkatkan kadar gula darah dan pembentukan
glikogen dalam hati (kerja diabetogenik)

• Menurunkan nilai ambang ginjal terhadap glukosa

• Pada anak-anak menghambat (pada dosis tinggi)


pertumbuhan

• Menghambat proses-proses radang tidak tergantung


pada proses terjadinya (kerja antiflogistik)
Efek fisiologis
 Glukokortikoid mempunyai efek yang luas karena mempengaruhi
fungsi kebanyakan sel dalam tubuh. Konsekuensi metabolic utama
dari sekresis atau pemberian glukokortikoid disebabkan oleh kerja
langsung hormone ini dalam sel.
 Akan tetapi, beberapa efek penting timbul akibat respons
homeostatic insulin dan glucagon. Walaupun banyak efek
glukokortikoid berhubungan dengan dosis dan bertambah bila
diberikan dalam jumlah besar untuk tujuan terapi, terdapat juga efek
lain disebut efek permisif yang jika tidak ada, akan mengganggu
banyak fungsi normal.
 Misalnya, respons otot polos vascular dan bronkus terhadap
katekolamin akan berkuarang pada keadaan tidak adanya kortisol dan
dipulihkan oleh pemvberian glukokortikoid ini dalam jumlah yang
fisiologik.
 Lebih lanjut, respons lipotik sel lemak terhadap katekolamin, ACTH,
dan hormone pertumbuhan juga melemah pada keadaan tidak adanya
glukokortikoid.
Efek metabolik
 Glukokortikoid mempunyaiefek yang penting berhubungan dengna
dosis terhadap metabolism karbohidrat, protein, dan lemak.
 Glukokortikoid meningkatkan kadar glujosa dalam serum sehingga
merangsang pelepasan insulin dan menghambat ambilan glukosa
oleh sel otot , sambil merangsnag lipase yangsensitif hormone dan
oleh sebab itu lipolisis.
 Peningkatan skeresi insulin merangsang lipogenesus dan pada
tingkat yang lebih rendah, menghambat lipolisis hasil akhirnya
alaha oeningkatan bersih timbunan lemak berserta peningkatan
pelepasan asam lemak dan gliserol ke dalam peredaran.
• Efek katabolic dan anabolic
 Meskipun merangsang sintesis protein dan RNA dihati,
glukokortikoid mempunyai efek katabolic dan anabolic pada
jaringan ikat dan limfoid, otot , lemaj perifer, dan kulit.
 Glukokortokoid dalam jumlah suprafisilogik menyebabkan
pengurangan massa otot dan kelemahan serta penipisan kulit.
 Efek katabolic dan anabolic terhadap tulang merupakan penyebab
osteoporosis pada sinrom cushing dan menjadi faktor pembatas
utama dalam penggunaan glukokortikoid terapeutik mjangka
panjang.
 Pada anak, glukokortikoid mengurangi pertumbuhan. Efek ini
mungkin sebagian dapat dicegah melalui pemberian hormone
pertumbuhan dalam dosis tinggi.
Efek anti inflamsi dan imunosupreasan
 Glukokortikoid secara dramatis mengurangi
manifestasi perdangan.
 Hal ini disebabkan oleh efeknya yang nyta terhadap
kadar,ditribusi dan fungsi leukosit perifer serta oleh
efek supresifnya terhadap sitokin dan kemokin
peradangan, tanpa melihat penyebabnya, ditandai
dengan ekstravasasi dan infiltrasi leukosit ke dalam
jaringan yang terpengaruh
 Setelah pemberian glukokortikoid kerja singkat dosisd
tunggal, kadar neutrofil dalam peredaran meningkat
sedangkan jumlah limfosit ,monosit, eosinofil dan
basofil menurun.
• Efek lainnya
 Glukokortikoid mempunyai efek penting terhadap system
saraf influsiensi adrenal yang menybabkan perlambatan
yang jelas pada irama alfa eletroensefalogram dan
menyebakan depresi.
 Peningkatan jumlah glukokortikoid sering menimbulkan
gangguan prilaku pada manusia, awalnya terjadi
insomnia dan euphoria dan lama kelamaan timbul
depresi.
 Glukokortikoid dosis besar dapat meningkatkan tekanan
intracranial.
FARMAKODINAMIK
a. Glukokortikoid

Pada waktu memasuki jaringan, glukokortikoid


berdifusi atau ditranspor menembus sel membran dan
terikat pada kompleks reseptor sitoplasmik
glukokortikoid heat-shock protein kompleks.
Farmakokinetik
 Glukokortikoid dapat diberikan dengan
berbagai cara. Kebanyakan akti perral. Semua
dapat diberikan secara sistemik,baik secra
intramuscular maupun secra intravena . Juga
dapat diberikan secara topical,suntikan
intraartikular,aerosol ke dalam slauran
pernafasan,drop kedalam mata atau hidung
atau krim dan salep pada kulit
• EFEK SAMPING

Efek Glukokortikoid yang terpenting berupa:

a. Gejala Cushing

Merupakan efek dari tingginya kadar kortisol dalam tubuh.


Penderita akan mengalami peningkatan berat badan secara cepat.
obesitas, pelemahan otot tubuh, gangguan tidur, gangguan mestruasi,
rambut rontok, dan gangguan emosi.
b. Atrofia kulit dengan stiare
yakni garis kebiru-biruan akibat pendarahan dibawah
kulit, juga luka/ borok sukar sembuh karena penghambatan
pembentukan jaringan granulasi Iefek katabol).
Next…

c. Atrofia dan kelemahan otot (myopathie steroid) : khusus dari


anggota badan dan bahu. Lebih sering terjadi pada hidrokortison
dari pada derivat sintetisnya.

d. Osteoporosis (rapuh tulang) karena menyusutnya tulang dan


resiko besar akan fraktur bila terjatuh.

e. Merintangi Pertumbuhan : pada anak-anak akibat


dipercepatnya penutupan epiphysis tulang pipa.

f. f. Diabetogen, penurunan toleransi glukosa dapat menimbulkan


hiperglikemia dengan efek menjadi manifest atau
memperhebatnya diabetes.

g. Imunosupresi : yakni menekan reaksi tangkis tubuh, seperti


yang terjadi pada transplantasi organ.

h. Antimitosis : yakni menghambat pembelahan sel (mitose),


terutama kortikoida fluor kuat, yang hanya digunakan secara
dermal.
Obat Obat Hormon Glukokortikoid

Secara kimiawi

Deltakortikoida : Fluorkortikoida :
predniso(lo)n, Betametason,
metilprednisolon, deksametason,
budesonida, triamsolon.
desonida dan
prednikarbat.
DEXAMETHASONE
• Dexamethasone merupakan golongan adrenokortisone sintetik yang
mempunyai efek glucocorticoid dan mempunyai aktifitas antiinflamasi,
anti alergi, hormonal, dan efek metabolic
• Dosis:
1. Dosis awal : 0,75 – 9 mg/hari, 2 -4 kali sehari
2. Penyakit ringan : < 0,75 mg
3. Penyakit berat : > 9 mg
METHYL PREDNISOLONE

• Methylprednisolone adalah salah satu jenis kortikosteroid yang dapat


menekan system kekebalan tubuh dan mengurangi reaksi
peradanganseperti pembengkakan, nyeri, atau ruam.

• Merek dagang : Advantan, Medrol, Fumethyl, prolon, dll

1. Dosis dalam bentuk oral umumnya sekitar 2 - 60mg/hari

2. Dosis dalam bentul topical satu kali pemakaian perhari selama 12


minggu atau sesuai anjuran dokter

• ESO : mual muntah, sakit perut, gangguan pencernaan, sulit tidur,


hipertensi, dll.
MINERALKORTIKOID
Mineralokortikoid yang terpenting pada
manusia adalah aldosteron. Walaupun
begitu, juga dibentuk dan dilepaskan
sejumlah kecil desoksikortikosteron
(DOC). Sedangkan Fludrokortison
merupakan suatu kortikosteroid sintetik
yang paling sering dipakai sebagai
hormon penahan garam.
Mineralokortikoid
• Mineralokortikoid
(misalnya hormon aldosteron) dibentuk
pada zona Glomerulosa korteks adrenal(bagian paling luar).
Produksi aldosteron dipengaruhi oleh sistem Renin-
Angiotensin
• Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit dengan
meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Aktivitas
fisiologis membantu dalam mempertahankan tekanan darah
normal dan curah jantung.
• Defisiensi mineralokortikoid mengarah pada hipotensi,
hiperkalemia, penurunan curah jantung, dan dalam kasus
akut, syok,
• kelebihan mineralokorkoid mengakibatkan hipertensi dan
Sekresi Mineralkortikoid
(Aldosteron)
. ACTH dari hipofisis

Renin dari ginjal melalui angiotensin II

Stimulasi langsung peningkatan konsentrasi K


pada korteks adrenal
KLASIFIKASI SEKRESI
MINERALKORTIKOID
(ALDOSTERON)
. ACTH DARI HIPOFISIS

ACTH merangsang sekresi aldosteron, glukokortikoid serta


hormon seks dari hipofisis. jumlah ACTH yang diperlukan
untuk meningkatkan aldosteron sedikit lebih besar daripada
jumlah yang merangsang sekresi glukokortikoid, jumlah
tersebut masih berada pada rentang ACTH endogen.
KLASIFIKASI SEKRESI
MINERALKORTIKOID
(ALDOSTERON)
. Renin dari ginjal melalui
angiotensin II

Renin disekresikan oleh sel-sel juksta glomerulus yang


mengelilingi arteri aferen ginjal sewaktu masuk ke
glomerulus. Sekresi aldosteron diatur melalui “RAAS”.
Penurunan volume CES menyebabkan peningkatan
pelepasan muatan saraf renalis secara reflex dan
penurunan tekanan arteri renalis. Kedua perubahan ini
menjadi pemicu meningkatnya sekresi renin dan
angiotensin II.
RENIN ANGIOTENSIN
SYSTEM
KLASIFIKASI SEKRESI
MINERALKORTIKOID (ALDOSTERON)

. Stimulasi langsung peningkatan


konsentrasi ‘K’ pada korteks adrenal

Untuk merangsang sekresi aldosteron, kadar K didalam plasma perlu


ditingkatkan, sementara ini peningkatan kadar K ini dapat terjadi
setelah makan, terutama bila makanannya mengandung banyak K.
seperti angiotensin II, K merangsang perubahan kolesterol menjadi
pregnolon, dan perubahan kortikosteron menjadi aldosteron.
K bekerja dengan mendepolarisasi sel, yang kemudian membuka
kanal Ca yang bergerbang-voltase sehingga meningkatkan Ca intrasel
Mineralokortikoid (aldosteron,
deoksikortikosteron,
fludrokortison)
Regulasi sintesis dan pelepasan • Seperti yang terjadi pada
glukokortikoid, interaksi antar
aldosteron ligand dengan reseptor
menginisiasi transkripsi DNA
• Pengontrolan sintesis dan protein spesifik.
pelepasan aldosteron bersifat
kompleks . pengendalian 1. Pada fase awal, meningkatkan
bergantung terutama pada sejumlah kanal natrium pada sel
komposisi elektrolit plasma dan membran apikal, terutama oleh
pada sistem angiotensin II. pengaktifan kanal yang pada
mulanya diam; mediator protein
• Kadar rendah natrium dalam yang mengaktifkan kanal ini
plasma atau kadar tinggi kalium belum teridentifikasi , dan
plasma mempengaruhi sel zona
glomerulosa adrenal secara 2. Pada fase akhir,
langsung, merangsang pelepasan meningkatkan jumlah molekul
aldosteron. Na+/K+-ATPasepada membran
basolateral.
• Pengosongan natrium dari
dalam tubuh juga meningkatkan
sintesis dan pelepasan
aldosteron.
Mineralokortikoid (aldosteron,
deoksikortikosteron,
fludrokortison)
• Efek Samping

Efek samping Mineralokortikoid berupa:


 Hipokaliemia, akibat kehilangan kalium dengan kemih,
dan
 Udema dan Berat Badan meningkat karena retensi garam
dan air juga resiko hipertensi dan gagal jantung.

Anda mungkin juga menyukai