Oleh Kelompok A4
Kelas Kata
Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata
juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi
(perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang
terkandung di dalam kalimat. Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan seperti
subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam kaitannya dengan jabatan di dalam kalimat
dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang ditunjukkannya, kata dikategorikan ke
dalam kelas kata.Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan
tentang kelas kata oleh para ahli bahasa.Namun secara umum, kelas kata terbagi menjadi
berikut ini.
Kata Benda (Nomina)
Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada pada bentuk suatu benda, bentuk
benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret. Dalam bahasa Indonesia kata
benda (nomina) terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata
benda terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a. Kata Benda (Nomina) Dasar: Kata benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata
yang yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini
sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh : buku, meja, kursi,
radio, dll.
b. Kata Benda (Nomina) Turunan: Nomina turunan atau kata benda turunan ialah
jenis kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata
atau afiks. Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
1) Verba + (-an) contoh: Makanan.
Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Kata Kerja Transitif: Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh unsur subjek,
contoh : membeli, membunuh memotong, dll. Dilihat dari segi bentuknya kata kerja transitif dapat
dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu: Kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja transitif tak berimbuhan.
b. Kata Kerja Intransitif: Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap. Seperti
kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat tersebut kata tidur yang berposisi
sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu
sudah jelas.
Di dalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa
afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks
atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :
a. Verba Dasar Bebas: ialah verba yang beruba morfem dasar bebas, misalnya: duduk, makan,
mandi, minum, dll.
b. Verba Turunan: ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses
atau berupa paduan leksem. Beberapa bentuk verba turunan :
1) Verba berafiks : berbuat, terpikirkan, dll.
Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau
kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan
kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti. Ciri-ciri kata sifat:
a. Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung makna
paling.
b. Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling, sangat & cukup.
c. Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini : se- + redupliasi
(pengulangan kata) + -nya, contoh : sehebat-hebatnya, setinggi-tingginya, dll.
Beberapa proses pembentukan kata sifat:
a. Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.
b. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dll.
c. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dll.
d. Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.
e. Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras
kepala,baik hati, dll.
Kata Ganti (Pronomina)
Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kelompok kata ini dapat dibedakan
menjadi 6 bentuk, yaitu:
a. Kata Ganti Orang: ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat dibedakan lagi menjadi beberapa
bentuk, yaitu:
4) Kata ganti orang kedua jamak, misal: kamu, kalian, Anda, kau/engkau.
c. Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau benda yang letaknya dekat
ataupun jauh, misal: “di sini”, “di sana”, “ini”, “itu”, dsb.
d. Kata Ganti Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat
kata yang dipakai yaitu: “yang”, “tempat”,”waktu”.
e. Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai sesuatu hal, kata Tanya yang
dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”.
f. Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan suatu benda atau
orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal: masing-masing, sesuatu, para, dsb.
Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan
bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata keterangan dapat dibagi lagi menjadi
beberapa bagian, yaitu:
a. Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu lokasi, misal: di sini, di
situ, dll.
b. Kata Keterangan Waktu: ialah jenis keterangan yng menginformasikan berlangsungnya sesuatu dalam waktu
tertentu, misal: sekarang, nanati, lusa, dll
c. Kata Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu dilakukan ataupun
berlangsung, misal: “dengan tongkat”, “dengan motor”, dll.
d. Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya suatu
proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya, dll.
e. Kata Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa sesuatu itu
dapat terjadi, misal; sebab, karena, dsb.
Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan
sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
Kata tugas ialah kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas juga
memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat transformasi. Dari
segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk. Kata-kata seperti :
dengan, telah, dan, tetapi dan sebagainya tidak bisa mengalami perubahan. Tapi, ada sebagian yang
bisa mengalami perubahan golongan kata ini jumlahnya sangat terbatas, misalnya: tidak, sudah
kedua kata itu dapat mengalami perubahan menjadi menidakkan menyudahkan. Ciri-ciri kata tugas
ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain. Jika verba
datang dapat diturunkan menjadi mendatangi, mendatangkan dan kedatangan. Bentuk-bentuk
seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari kata tugas sebab dan sampai tetapi
dari nomina sebab dan verba sampai yang membentuknya sama tapi kategorinya berbeda.
Jenis-jenis kata tugas
a. Preposisi (kata depan): ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda), misalnya :
dari, ke dan di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan
tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh : Di Jakarta, di rumah, ke pasar, dari
kantor.
b. Konjungsi (kata sambung): ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa yang
sederajat, misalnya : dan, atau, dan serta. Jenis kata tugas yang mampu menghubungkan kata
dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi (kata sambung) dapat
dibagi menjadi 4, yaitu:
1) Konjungsi Koordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang sama pentingnya,
atau memiliki status yang sama contoh: dan, atau, dan serta.
2) Konjungsi korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa yang memiliki status
sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif rerdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau
klausa yang dihubungkan oleh : baik .... maupun, tidak .... tetapi.
3) Konjungsi Antarkalimat: yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lainnya.
Konjungsi jenis ini selalu membuat kalimat baru, tentu saja dengan huruf kapital di awal kalimat. Contoh :
Biapun begitu, akan tetapi .…
4) Konjungsi Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih dan klausa itu merupakan
anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12 kelompok, yaitu:
a. Konjungsi subordinatif waktu : sejak, semenjak, sedari, sewaktu.
2) Artikula yang mengacu ke makna kelompok / makna korelatif ialah kata para. Karena
artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan
dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk
yang dipakai ialah para guru bukan para guru-guru.
1) Kata seru asli, yaitu : ah, wah, yah, hai, o, oh, nah, dll.
2) Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-kata
benda atau kata-kata lain yang digunakan, contoh : celaka, masa', kasihan, dll.
3) kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan Indonesia
maupun yang berasal dari ungkapan asing, yaitu : ya ampun, demi Allah, Insya Allah, dll.
e. Partikel Penegas: ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan
bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel
penegas, yaitu: -lah, -kah, -tah dan pun.
Pemilihan Kata
Diksi
Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna dan kesesuaian
situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa diksi adalah pemilihan dan
pemakaian kata oleh pengarang dengan
mempertimbangkan aspek makna kata yaitu
maknadenotatif dan makna konotatif sebab
sebuah kata dapat menimbulkan berbagai
pengertian.
Kata-kata yang digunakan pembicara dalam
menyatakan gagasan secara lisan atau secara
tertulis agar dapat dipahami dengan cepat dan tepat
oleh pendengar atau pembaca.
Pilihan kata mempengaruhi tingkat kesulitan dan
kemudahan gagasan untuk dipahami oleh
pendengar atau pembacanya.
Pilihan kata juga mempengaruhi minat dan
perhatian pendengar atau pembaca terhadap
gagasan yang disampaikan.
Yang paling utama yang harus diperhatikan dalam
pilihan kata adalah makna.
3 tolak ukur pilihan kata atau Diksi :
1. Kata yang tepat adalah kata yang mempunyai
makna yang dapat mengungkapkan informasi
sesuai dengan gagasan pemakai bahasa.
2. Kata yang benar adalah kata yang diucapkan atau
ditulis sesuai dengan bentuk yang benar atau
kaidah yang baku.
3. Kata yang lazim adalah kata yang biasa
digunakan untuk mengungkapkan gagasan
tertentu.
Fungsi Diksi
Konotasi Baik
Kata-kata yang merupakan konotasi baik dan oleh sebagian
masyarakat dianggap memiliki rasa yang lebih enak, sopan, akrab,
dan tinggi.
Konotasi ramah
Konotasi tinggi
Konotasi berbahaya
Konotasi berbahaya yaitu kata-kata yang erat kaitannya dengan
kepercayaannya masyarakat kepada hal-hal yang sifatnya magis. Pada saat
tertentu dalam kehidupan masyarakat, kita harus hati-hati mengucapkan suatu
kata agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, hal-hal yang mungkin
mendatangkan mara bahaya.
Konotasi kasar
Konotasi kasar yaitu kata-kata yang terdengar kasar dan mendapat
nilai rasa kasar. Kata-kata ini sering digunakan oleh rakyat jelata dan
biasanya berasal dari suatu dialek. Kata-kata kasar dianggap kurang sopan
apabila digunakan dalam pembicaraan dengan orang yang disegani.
Lanjutan...
Konotasi keras
Konotasi keras yaitu kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang mengandung
suatu pernyataan yang berlebihan. Ditinjau dari segi arti,kata ini dapat
disebut hiperbola, sedangkan dari segi konotasi dapat disebut konotasi
keras. Untuk menonjolkan diri, orang sering kali tidak dapat mengendalikan
diri dan cenderung menggunakan kata-kata yang bersifat mengeraskan
makna.
Kata ilmiah
Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum
terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah.
Contoh : analogi, formasi, konservatif, fragmen,
kontemporer.
Kata Populer
Kata populer
Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih
dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa
aslinya.
Sinonim Antonim
Antonim adalah kata yang memiliki arti
Sinonim adalah kata yang berlawanan dengan kata lain. Berikut
mempunyai arti yang sama dengan contoh antonim:
kata lain. Naik x Turun
Berikut ini contoh sinonim Besar x Kecil
Bahagia = Senang
Matahari = Mentari Banyak x Sedikit
Cantik = Elok Tinggi x Rendah
Lezat = Enak Gelap x Terang
Pintar = Pandai
Cepat x Lambat
Bagus x Jelek
Mahal x Murah
Diksi Berdasarkan Leksikal
Homonim Homofon
Homonim adalah kata yang memiliki Homofon adalah kata yang memiliki
lafal dan ejaan yang sama namun ejaan dan makna yang berbeda,
artinya berbeda satu sama lain. namun lafal sama.
Contoh : Contoh :
Bulan itu terlihat bulat penuh Anton menabung uangnya di
malam ini. Bank secara rutin.
Semua karyawan mendapatkan Bang Anton bekerja di
gaji setiap bulan. perusahaan pembiayaan.
Kata bulan pada kedua kalimat Kata “Bank” dan “Bang” pada
tersebut memiliki arti yang kalimat di atas memiliki lafal
berbeda walaupun ejaan dan yang sama, namun ejaan dan
lafalnya sama.
maknanya berbeda.
Diksi Berdasarkan Leksikal
Homograf Polisemi
Contoh :
Di kebun binatang itu terdapat banyak binatang liar, misalnya
gajah, singa, buaya, rusa, kuda, dan lain-lain.
Pada kalimat di atas, binatang liar merupakan hipernim.
Sedangkan kata hiponim gajah, singa, buaya, rusa, kuda, dan
lain-lain.