HANIF AMARULLAH M (P1337420517066) FEBRIAN CAHYO P (P1337420517075) MAULINDA DWI P (P1337420517089) APRILIA WAHYU A (P1337420517091) NOVIA PUTRI M A (P1337420517092) 1. UU No 31 Tahun 1999 Pengertian korupsi menurut UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengartikan bahwa Korupsi adalah Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Muhammad Ali (1998) Ia membagi arti korupsi menjadi tiga pengertian, yakni 1) korup, 2) korupsi, dan 3) koruptor):“Korup” diartikan sebagai sifat yang busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya.“Korupsi” artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya“Koruptor” artinya orang yang melakukan korupsi Perbuatan curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun Pasal 7A: Presiden dan wakil presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, koruspi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau. ***) Pasal 7B: (1) usul pemberhentian Presiden dan atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan atau Wakil Presiden telah melakukkan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela; dan atau pendapat bahwa Presiden dan atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan atau Wakil presiden. ***) (2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut atauapun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Pressiden dan atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. ***) (3) Pengajuan permintaan Dewan Perwailan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan dengn dukungan sekurang kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat. ***) (4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, memutus dengan seadil-adilnya terhadap Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari ssetelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi. ***) (5) apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatantercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/wakil presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat. ***) (6) Majelis Permusyawarahan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut. ***) (7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhetian Presiden dan/ wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Mjaelis Permusyawaratan yang dihadiri oleh sekurang- kurangnya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/ Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaiakan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat. ***) Pasal 7C Presiden tidak dapat membekukan dan/atau meembubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. ***) Unsur-unsur korupsi itu sendiri yaitu: 1. Tindakan seseorang atau badan hukum melawan hukum 2. Tindakan tersebut menyalahgunakan wewenang 3. Dengan maksud untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain 4. Tindakan tersebut merugikan negara atau perekonomian negara atau patut diduga merugikan keuangan dan perekonomian negara. 5. Memberian sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatanya. 6. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili.dll Dalam pasal 378 KUHP ini adalah : 1. Menguntungkan diri dengan melanggar hukum Dalam hal menguntungkan diri sendiri ini tentu harus ada unsur merugikan orang lain. Hal ini karena tindak pidana penipuan merupakan tindak pidana terhadap kekayaan orang lain,sehingga bila seseorang melakukan tipu muslihat untuk memperoleh harta kekayaan miliknya sendiri yang dikuasai oleh orang lain bukan merupakan tindak pidana penipuan. 2. Penyerahan barang Bila kita melihat dari kata-kata “membujuk orang lain supaya menyerahkan...” pada pasal 378 KUHP, nampak jelas bahwa keuntungan pelaku tidak diambil sendiri, melainkan diserahkan oleh orang yang ditipu. Namun untuk dipenuhi unsur ini, tidak perlu barang harus diserahkan oleh orang yang ditipu. Melainkan bisa oleh orang lain yang tidak menderita kerugian oleh perbuatan penipu. Kemudian harus ada hubungan sebab-akibat antara perbuatan tipu-muslihat dan penyerahan barang. Artinya penyerahan barang yang dilakukan orang yang ditipu harus berdasarkan atau karena tipu daya tersebut. Tipu daya tersebut adalah perbuatan mempengaruhi atau menanamkan pengaruh pada orang lain, karena objek yang dipengaruhi yakni kehendak orang lain. Perbuatan ini merupakan perbuatan yang abstrak, dan akan terlihat bentuknya secara konkrit bila dihubungkan dengan cara melakukannya 3. Membuat utang atau menghapuskan utang Berdasarkan pendapat Wirjono Prodjodikoro dan Van Bemmelen bahwa pengertian utang disini bukan hanya utang yang dapat ditagih dimuka pengadilan, melainkan juga utang yang menurut hukum tidak boleh ditagih dimuka pengadilan 4. Memakai nama atau kedudukan palsu Menggunakan nama palsu berarti menggunakan suatu nama yang tidak diketahui secara pasti pemiliknya ataupun menggunakan bukan namanya sendiri melainkan nama orang lain. a. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang. Hal ini tidak sama dengan kasus pencurian atau penipuan. Seorang operator yang korupsi sesungguhnya tidak ada kasus itu, biasanya termasuk dalam pengertian penggelapan (fraud). Contohnya adalah pernyataan tentang belajar perjalanan. Namun, disini seringkali ada pengertian diam-diam diantara pejabat yang mempraktikan berbagai penipuan agar situasi ini dapat terjadi. Salah satu cara penipuan adalah permintaan uang saku yang berlebihan, hal ini biasanya dilakukan dengan meningkatkan frekuensi perjalanan dalam pelaksanaan tugas. Kasus seperti inilah yang dilakukan oleh para elit politik sekarang yang kemudian mengakibatkan polemik di masyarakat. b. Korupsi pada umumnya dilakukan secara rahasia, kecuali dalam keadaan dimana orang-orang yang berkuasa atau bawahannya menganggapnya tidak perlu. Korupsi biasanya di lakukan tersembunyi untuk menghilangkan jejak penyimpangan yang dilakukannya. c. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau yang lain. Pemberi dan penerima suap pada dasarnya bertujuan mengambil keuntungan bersama. d. Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dan mereka yang dapat memengaruhinya. Peberian suap kasus melibatkan petinggi Mahkamah Konstitusi bertujuan memengaruhi keputusannya. e. Adanya usaha untuk menutupi pebuatan korupsi dalam bentuk pengesahan hukum. Adanya upaya melemahkan lembaga pemberantasan korupsi melalui produk hukum yang di hasilkan suatu negara atas inisiatif oknum-oknum tertentu di pemerintahan. f. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan kusus. Contohnya, mengalihkan anggaran keuangan yang semestinya untuk kegiatan sosial ternyata di gunakan untuk kegiatan kampanye partai politik. g. Penipuan terhadap badan pemerintahan, lembaga swasta, atau masyarakan umumnya. Usaha untuk memperoleh keuntungan dengan mengatasnamakan suatu lembaga tertentu seperti penipuan memperoleh hadiah undian dari suatu perusahaan, padahal perusahaan yang sesungguhnya tidak menyelenggarakan undian. 1. Pemborong curang Korupsi terjadi ketika ada kecurangan dalam proyek pembangunan. Khususnya melibatkan pemborong (kontraktor). Tukang atau pemilik toko bahan bangunan. Pasal 7 ayat (1) Huruf A UU No. 20 Tahun 2001 Pemborong, ahli bangunan, atau penjual bahan bangunan Melakukan perbuatan curang Pada waktu membuat bangunan atau menyerahkan bahan bangunan Yang dapat membahayakan keamanan orang atau keamanan barang atau keselamatan negara dalam keadaan perang 2. Pengawas Proyek Membiarkan Anak Buahnya Curang Pasal & ayat (1) Huruf UU No.31 Tahun 1999 Jo. 20 Tahun 2001 Pengawas bangunan atau pengawas penyerahan bahan bangunan Membiarkan dilakukannya perbuatan curang pada waktu membuat bangunan atau menyerahkan bahan bangunan Dilakukan dengan sengaja Sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (1) Huruf A 3. Rekaan TNI/Polri Curang Pasal 7 Ayat (1) Huruf C UU No. 31 Tahun 1999 Jo. UU No. 20 Tahun 2001 Setiap orang Melakukan perbuatan curang Pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI dan atau Kepolisian Negara RI Dapat membahayakan keselamatan dalam keadaan perang 4. PengawasRekaan TNI/Polri Membiarkan Kecurangan Pasal 7 Ayat (1) Huruf D UU No. 31 Tahun 1999 Jo. UU No. 20 Tahun 2001 Orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI dan atau Kepolisian Negara RI Membiarkan perbuatan curang (sebagaimana dimaksud dalam pasal & ayat (1) Huruf C Dilakukan dengan sengaja 5. Penerima Barang TNI/Polri Membiarkan Kecurangan Pasal 7 Ayat (2) UU No.31 Tahun 1999 Jo. UU No. 20 Tahun 2001 Orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima peyerahan barang keperluan TNI dan atau Kepolisian Negara RI Membiarkan perbuatan curang Sebagaimana dimaksud pada padal 7 Ayat (1) Huruf A atau Huruf C 1. Pegawai negari atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang. 2. Pegawai negari atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima atau memotong pembayaran kepada Pegawai negri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah Pegawai negri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang. 3. Pegawai negara atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri. Produsen Beras Cap Ayam Jago Dijerat Pasal Perbuatan Curang TEMPO.CO,Jakarta-kepala biro penerangan masyarakat markas besar polri brigadir jenderal rikwanto mengatakan satgaspangan bareskrim menyiapkan pasal untuk menjerat pemilik produsen beras PT Indo beras unggul. Produsen beras cap ayam jago yang berlokasi di cikarang, bekasi, jawa barat, ini diketahui menimbun 1.116 ton beras siap edar. Beras sebanyak itu diduga hasil oplosan yang siap dipasarkan. “beras siap edar itu dikemas dalam paket 5 kilogram, 10 kilogram, 25 kilogram,”ujar Rikwanto di Mabes Polri,Jumat 21 Juli 2017. Ptindo Beras Unggul, menurut Rikwanto, melanggar Pasal 382 KUHP tenang Perbuatan curang dalam usaha dan undang-undang nomer 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.”jadi bisa dijerat dua aturan lain.” Modus kejahata yang dilakukan pemilik PT Indo Beras Unggul, kata Rikwanto, adalah manajemen perusahaan membeli gabah dari petani dalam jumlah besar dengan harga murah. Gabah tersebut lantas diolah dengan cara dikeringkan, kemudian digiling. Selesai digiling dan menjadi beras, PT Indo Beras Unggul mengoplos dengan beras lain dan diberi merek, sehingga tampak beras ini kualitas premium.”antara lebel dan kualitas beras tidak sama. Ini pelanggarannya,”kata Rikwanto. Rikwanto menambahkan label yang dibuat PT Indo Beras Unggul meliputi Super pandan, cianjur, rojo lele, segon, bangkok, ulen, pandan wangi, lele dumbo, dan ayam jago merah. Diduga semua kemasan beras yang dibikin di gudang itu hasil oplosan. PT Indo Beras Unggul digerebek tim Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri di jalan rengas kilometer 60, karangsambung, kedungwaringin, bekasi, pada kamis malam, 20 jui 2017.