Anda di halaman 1dari 28

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN IMUN

Kelompok 3:
Eka Putri Tri Haryati PO.62.31.3.17.398
Fera Selviana PO.62.31.3.17.404
Marthinus PO.62.31.3.17.411
Mz. Faisal Chandra PO.62.31.3.17.415
Novia Khoirunnisa PO.62.31.3.17.417
Renti Christiana PO.62.31.3.17.424
Pembahasan
01 Pengertian status gizi

02 Klasifikasi status gizi

03 Faktor yang mempengaruhi


status gizi

04 Penilaian status gizi


Pembahasan Pengertian, fungsi gizi &
05
sistem imun

06 Klasifikasi sistem imun


dalam tubuh

07 Hubungan gizi dengan


sistem imun

08 Hubungan status gizi dengan


imun
Pengertian status gizi
Berikut adalah definisi status gizi menurut para ahli :
• Status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan
menggunakan berbagai metode untuk mengindentifikasi
populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi
buruk ( Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Universitas Indonesia, 2007 ).
• Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi adalah konsumsi makanan dan
pengguanan zat-zat gizi dalam tubuh. Tubuh yang memperoleh
cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan mencapai
status gizi yang optimal. Defisiensi zat mikro seperti vitamin
dan mineral memberi dampak pada penurunan status gizi dalam
waktu yang lama (Almatsier, 2002).
• Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan
dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh
kembang terutama untuk anak balita, aktivitas, pemeliharan
kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan
proses biologis lainnya di dalam tubuh (Depkes RI, 2008).
Klasifikasi status gizi
Dalam menentukan statsu gizi harus ada ukuran baku yang
sering disebut reference. Yang sering digunakan sebagai
ukuran baku antropometri yaitu WHO-NHCS. Berdasarkan
Baku Harvard Status gizi dibagi menjadi empat yaitu :
(Supariasa, 2002)
a. Gizi Lebih atau over weight termasuk kegemukan dan
obesitas
b. Gizi Baik well nourished
c. Gizi kurang untuk under weight yang 03
mencakup mild dan moderate PCM (Protein Calori
Text Here Text Here
Malnutrition)
Easy to change
d. Gizi Buruk Untuk severe PCM, Termasuk marasmus, colors.
Marasmik-kwasiorkor dan kwashiorkor.
Faktor yang mempengaruhi status gizi
 Faktor External
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara
lain:
1) Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi
keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki
keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2) Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan,
sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan
dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalh sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan
kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum,
1991).
4) Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku
dan kebiasaan (Soetjiningsih, 1998).
Faktor yang mempengaruhi status gizi
 Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara
lain :
1) Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang
dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam,
2001).
2) Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang
lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status
kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang
kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode
hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat
(Suhardjo, et, all, 1986).
3) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan
atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan
(Suhardjo, et, all, 1986).
Penilaian status gizi Penilaian status gizi secara langsung menunit Supariasa (2001) dapat dilakukan dengan:
 Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat umur dan
tingkat gizi. .
 Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa
oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
 Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris
yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah,
urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
 Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melibat kemamapuan
fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, IDN (2001) dapat dilakukan
dengan:
 Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat
jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi.
 Statistik Vital
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi.
 Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dan keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Pengertian gizi & sistem imun
Gizi adalah proses makhluk hidup menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti
(penyerapan), absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Sedangkan, Sistem imun (immune system) atau sistem
kekebalan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi, meniadakan kerja toksin dan faktor virulen lainnya yang
bersifat antigenik dan imunogenik.
Gizi dan imunitas merupakan dua hal yang saling
berhubungan. Dalam beberapa dekade terakhir, banyak studi
yang sudah mengkonfirmasi bahwa defisiensi zat-zat gizi dapat
mengubah respon imun dan memicu timbulnya insidens infeksi
yang menyebabkan meningkatnya angka kematian, terutama
pada anak- anak.

D
D D
D
D
Fungsi gizi & sistem imun
 Fungsi gizi
1. Memelihara tubuh dalam proses tumbuhkembangan serta mengganti jaringan
tubuh yang rusak.
2. Memberika asupan energi untuk melakukan aktivitas.
3. Mengatur metabolisme dan keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh yang
lain.
4. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit
(protein).

 Fungsi Sistem Imun


Sistem imun memiliki 3 peran atau fungsi dalam metabolisme tubuh yaitu :
1. Pertahanan, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan jika
sel-sel imun yang bertugas untuk pertahanan ini mendapatkan gangguan atau
tidak bekerja dengan baik, maka tubuh akan mudah terserang penyakit.
2. Keseimbangan, atau fungsi homeostatik artinya menjaga keseimbangan dari
komponen cairan tubuh.
3. Penjagaan, sebagian dari sel-sel imun memiliki kemampuan untuk memantau
seluruh bagian tubuh. Jika ada sel-sel tubuh yang mengalami mutasi maka sel
tersebut akan dihancurkan.
Pembagian zat gizi menurut kebutuhan
1. Makronutrient
 Karbohidrat : Glukosa, serat
 lemak: : Asam linoleat (omega-6), asam linoleat
(omea-3)
 Protein : Asam amino, leusin, isoleusin, lisin,
metionin, fenilalanin, treonin, valin, histidin, dan nitrogen nonesensial.
2. Mikronutrient
 Mineral : kalsium, Fosfor, Natrium, Kalium, Sulfur, Klor, Magnesium,
Zat besi, Selenium, Seng, Mangan, Tembaga, Kobalt, Iodium, Krom,
Fluor, Timah, Nikel, Silikon, Arsen, Boron, Vanadium, Molibden.
 Vitamin : Vitamin A (retinol), Vitamin D ( kolekalsiferol), vitamin E
(tokoferol), vitamin K, Vit B1( tiamin), Vit B2 ( riboflavin), vit 3
(niasin), Biotin, Folasin, Vit B6, Vit B12, Asam pantotenat, dan Vit C.
 Air
Klasifikasi sistem imun dalam tubuh
Berdasarkan responnya terhadap suatu jenis penyakit, sistem imun dibagi menjadi 2 macam,
yaitu Sistem Imun Non-Spesifik dan Sistem Imun Spesifik.
 Sistem Imun Non-Spesifik / Innate / Non-Adaptif
Sistem imun non-spesifik adalah sistem imun yang melawan penyakit dengan cara yang sama
kepada semua jenis penyakit. Sistem imun ini tidak membeda-bedakan responnya kepada setiap jenis
penyakit, oleh karena itu disebut non-spesifik. Sistem imun ini bekerja dengan cepat dan selalu siap jika
tubuh di datangkan suatu penyakit. Sistem imun non-spesifik punya 4 jenis pertahanan :
a) Pertahanan Fisik / Mekanis
Pertahanan fisik dapat berupa kulit, lapisan mukosa / lendir, silia atau rambut pada saluran
nafas, mekanisme batuk dan bersin. Pertahanan fisik ini umumnya melindungi tubuh dari penyakit yang
berasal dari lingkungan atau luar tubuh kita. Pertahanan ini merupakan pelindung pertama pada tubuh kita.
b) Pertahanan Biokimia
Pertahanan biokimia ini adalah pertahanan yang berupa zat-zat kimia yang akan menangani
mikroba yang lolos dari pertahanan fisik. Pertahanan ini dapat berupa pH asam yang dikeluarkan oleh
kelenjar keringat, asam lambung yang diproduksi oleh lambung, air susu, dan saliva.
c). Pertahanan Humoral
Content Pertahanan
B - 70% ini disebut humoral karena melibatkan molekul-molekul yang larut unutk
melawan mikroba. Biasanya molekul yang bekerja adalah molekul yang berada di sekitar daerah yang
dilalui oleh mikroba.
Content C - 30%Contoh molekul larut yang bekerja pada pertahanan ini adalah Interferon (IFN),
Defensin, Kateisidin, dan Sistem Komplemen
d). Pertahanan Selular
Pertahanan ini melibatkan sel-sel sistem imun dalam melawan mikroba. Sel-sel tersebut ada
yang ditemukan pada sirkulasi darah dan ada juga yang di jaringan. Neutrofil, Basofil, Eusinofil, Monosit,
dan sel NK adalah sel sistem imun non-spesifik yang biasa ditemukan pada sirkulasi darah. Sedangkan sel
yang biasa ditemukan pada jaringan adalah sel Mast, Makrofag dan sel NK.
Klasifikasi sistem imun dalam tubuh
 Sistem Imun Spesifik / Adaptif
Sistem Imun Spesifik adalah sistem imun yang membutuhkan pajanan atau bisa
disebut harus mengenal dahulu jenis mikroba yang akan ditangani. Sistem imun ini bekerja
secara spesifik karena respon terhadap setiap jenis mikroba berbeda. Karena membutuhkan
pajanan, sistem imun ini membutuhkan waktu yang agak lama untuk menimbulkan respon.
Namun jika sistem imun ini sudah terpajan oleh suatu mikroba atau penyakit, maka
perlindungan yang diberikan dapat bertahan lama karena sistem imun ini mempunyai
memori terhadap pajanan yang didapat.
Sistem imun ini dibagi menjadi 2 :
a) Sistem Imun Spesifik Humoral Yang paling berperan pada sistem imun spesifik humoral
ini ada Sel B atau Limfosit B. Sel B ini berasal dari sumsum tulang dan akan
menghasilkan sel plasma lalu menghasilkan Antibodi. Antibodi inilah yang akan
melindungi tubuh kita dari infeksi ekstraselular,virus dan bakteri, serta menetralkan
toksinnya.
Content B - 70%
b) Sistem Imun Spesifik Selular Pada sistem imun ini, sel T atau Limfosit T yang paling
berperan. Sel ini juga berasal dari sumsum tulang, namun dimatangkan di Timus. Fungsi
Content C - 30%
umum sistem imun ini adalah melawan bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur,
parasit dan tumor. Sel T nantinya akan menghasilkan berbagai macam sel, yaitu sel
CD4+ (Th1, Th2), CD8+, dan Ts (Th3)
Hubungan gizi dengan sistem imun
Peranan Zat gizi dalam Mempertahankan dan Meningkatkan Imunitas
Zat gizi sangat berperan dalam meningkatkan dan mempetahankan imunitas tubuh, sehingga asupan
zat-zat gizi harus seimbang. Zat-zat gizi yang sangat diperlukan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh adalah protein, vitamin A,C,E, sedangkan mineral berupa selenium, zat besi dan seng.
a) Protein
Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan-bahan racun dikontrol
oleh enzim-enzim yang terutama terdapat di dalam hati. Protein merupakan yang paling berpengaruh
terhadap kinerja sistem imun karena dalam sistem imun terdapat Protein Antimikroba yang melawan
organisme secara langsung dan mencegahnya untuk berkembangbiak
b) Vitamin A
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh. Retinol berpengaruh terhadap
60% 90 % dan diferensiasi limposit B. disamping itu kekurangan vitamin A menurunkan respon anti
pertmbuhan
bodi yang bergantung pada sel T. sebaliknya infeksi dapat memperburuk kekurangan vitamin A.
c) Vitamin C
vitamin C adalah meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, kemungkinan karena
pemeliharaan terhadap membran mukosa atau pengaruh terhadap fungsi kekebalan.
d) Vitamin E
Sebagai anti oksidan penangkal radikal bebas, anti oksidan yang larut dalam lemak dan
mudah memberikan hidrogen dari gugus hidroksil (OH) pada struktur cincin ke radikal bebas. Radikal
80% 70 % moleku-molekul reaktif dan dapat merusak, yang mempunyai elektron tidak
bebas adalah
berpasangan.
e) Zat besi
Sel T terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut, yang kemungkinan disebabkan
oleh berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya sintesis DNA disebabkan oleh gangguan enzim
reduktase ribonukleotida yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi.
Hubungan status gizi dengan imun
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok
yang rentan terhadap kesehatan dan gizi, sehingga membutuhkan perhatian
dan pemantauan secara khusus terhadap status kesehatan dan status gizinya.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005, angka
gizi buruk dan gizi kurang adalah 28 % dari jumlah anak Indonesia.
Kurangnya asupan zat gizi akibat nafsu makan yang turun dan
adanya penyakit secara langsung mempengaruhi status gizi anak balita
(Supariasa dkk., 2001). Menurut Chandra (1997) restriksi energi akan
menurunkan sitokin dan meningkatkan respon proliferasi sel T sedangkan
defisiensi protein akan menurunkan sirkulasi Ig G. Menurut Chandra (1997)
menyebutkan bahwa kurang energi protein (KEP) berat akan menurunkan
sistem imun humoral. Selain itu, berat badan bayi saat lahir juga
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh anak. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Raqib dkk. (2007) menyebutkan bahwa berat badan lahir
rendah (BBLR), yaitu berat lahir kurang dari 2,5 kg, mempengaruhi tingkat
kekebalan tubuh dan akan meningkatkan resiko terkena penyakit infeksi.
Hubungan status gizi dengan imun
Kekebalan tubuh seseorang dapat diukur dari kadar
limfositnya baik sel B maupun sel T. Batasan kadar limfosit normal adalah
sebesar 20-40% (Almatsier, 2005). Ketika kadar limfosit tidak normal atau
turun, akan berakibat tubuh mudah terkena berbagai macam penyakit
infeksi dan aktivitas sel dalam sistem kekebalan terhambat. Data status
imunitas diperoleh dengan pengambilan darah pada host dan kemudian
dilakukan pemeriksaan diff count di laboratorium kimia secara kualitatif
dengan metode pengecatan Giemsa untuk menghitung jumlah limfosit darah
yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Analisis hubungan antara
status gizi dengan status imunitas menggunakan uji statistik Korelasi
Pearson-Product Moment.
Scrimshaw dan SanGiovanni (1997) memberikan pernyatakan
yang mendukung pernyataan Candra (1997), bahwa defisiensi berbagai
macam zat gizi dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan pada akhirnya
akan mempengaruhi sistem imunitas tubuh diantaranya terjadi menurunkan
hipersensitivitas, mengurangi konsentrasi imunoglobulin, thymic, limfosit,
produksi imunoglobulin A dan sel T.
Hubungan status gizi dengan imun
Obesitas merupakan suatu kondisi multifaktorial,
onset dan perkembanganberikutnya adalah akibat dari
interaksi yang berulang-ulang antara gen-gen danlingkungan.
Obesitas merupakan masalah kesehatan utama di Negara
maju danNegara berkembang (seperti Iran). Obesitas
berkaitan dengan banyak kondisikesehatan, seperti asma,
gangguan nafas saat tidur, defisiensi besi, dan
defisiensinutrisi tertentu. Fenomena obesitas yang kompleks
merupakan subjek penelitian yangintensif untuk mengungkap
mekanisme yang terjadi pada pathogenesis dan
untuk menemukan cara memperbaikinya.
Hubungan status gizi dengan imun
Obesitas adalah suatu status inflamasi sistemik
derajat rendah yang kronis,pemeriksaan microarray
menunjukkan adanya gangguan ekspresi sitokin,
chemokin,protein komplemen dan setengah dari komponen
fase akut yang lain pada pasienobesitas. Telah diusulkan juga
teori bahwa aktivasi komponen system imun nonspesifik bisa
dianggap seagai factor yang memungkinkan pekembangan
obesitas daninflamasi yang berkaitan dengannya. Oleh
karena itu, inflamasi dipercaya sebagaiefek dari obesitas, dan
merupakan contributor untuk proses perkembangan dan
akibatnya.
Beberapa proses, molekul dan sel-sel yangbermacam-macam
berpengaruh terhadap obesitas, di antaranya yang akan
kitadiskusikan adalah proses inflamasi, leptin, adiponectin,
dan molekul ghrelin, sel T ,Antigen Presenting Cell (APC),
eosinofil, dan Natural Killer Cell.
Hubungan status gizi dengan sel T
Sel T adalah tentara yang penting dari system
kekebalan tubuh spesifik dansinyal ketahanan hidupnya
bergantung pada leptin selama proses konsumsi energypada
maturasi limfosit. Leptin juga bertanggung jawab untuk
memicu proliferasi selT CD4+CD45RA+ naïve, dan
menghambat proliferasi sel T memoriCD4+CD45RO+. Leptin
juga meningkatkan aktivitas antiapoptosis dari sel T. Di
sisilain, sel T memproduksi leptin dan melakukan upregulasi
ekspresi reseptor leptinsetelah mengaktifkannya. Telah
dinyatakan bahwa wanita yang obese memiliki jumlah sel T
dan limfosit yang lebih banyak.
Hubungan status gizi dengan Antigen Presenting Cell/ APC
Sel-sel dendritik (DC) adalah APC yang paling poten dan
memiliki peranpenting pada pembentukan dan regulasi kekebalan tubuh.
Berdasarkan penelitianMattioli et al, DC yang immature maupun yang
matur mengekspresikan reseptorleptin dan meningkatkannya ketika
mendapatkan perlakuan dengan leptin. Tetapileptin tidak memicu
perubahan fenotip DC, dia meningkatkan sitokin-sitokin (padaDC yang
matur meningkatkan IL-12, IL-1β, dan IL-6; TNF-α pada DC
matur maupun immature) seta kemokin (MIP-1α). Dia juga meningkatkan
kapasitas stimulasi kekebalan tubuh pada DC.
Melalui pengaturan ulang system mikrofilamenpada DCm leptin
menginduksi perubahan morfologi yang khas dari sel yang
sedangmigrasi, aktivasi dan interaksi antarsel. DC yang mendapatkan
leptin jugamengarahkan polarisasi sel T ke arah fenotip Th1 (dengan
meningkatkan IL-12 danmengurangi Il-10) dan dijaga dari apoptosis
spontan maupun terinduksi.
Sel-Sel Lain
Leptin mengaktifkan eosinofil secara langsun dan menunda
apoptosisnyadengan menghambat event-event proapoptotik. Leptin
bisa menyebabkan migrasieosinofil dan terakumulasi pada lokasi
inflamasi seperti paru-paru dan saluran udaradengan meningkatkan
adhesi eosinofil pada sel epitel bronkus dan transmigrasi kelokasi-
lokasi inflamasi. Dia bis menginduksi sintesis IL-
1β, IL
-6, dan kemokinseperti MCP-1 dan IL-8 pada eosinofil sehingga
membantu respon imun Th2.Peningkatan leptin berkaitan dengan
asma, dermatitis atopic, dan penyakit inflamasialergik kemungkinan
karena penurunan toleransi imun.
Penelitian pendahuluan tentang leptin pada natural killer sel
(NK)menunjukkan bahwa leptin rekombinan meningkatkan proliferasi
dan sitotoksisitassel NK. Peningkatan fungsi sel NK terjadi melalui
sinyal STAT3 dan meningkatkanekspresi gen IL-2 dan perforin.Telah
diketahui dari beberapa penelitian bahwa leptin memiliki
aktivitaskemotaktik terhadap netrofil, dia menghambat kemotaksis
neutrofil padakemoatraktan netrofil klasik.
Gambar 2. Reseptor leptin dapat ditemukan pada sel-sel
sistem imun spesifik dannonspesifik dan leptin
menggunakan efek multiple melalui sel-sel ini
Hubungan status gizi dengan imun
Faktor lain yang berpengaruh terhadap status imunitas
menurut Ridwan (1999) adalah kelengkapan imunisasi, imunisasi
merupakan bentuk intervensi yang paling efektif untuk mencegah
penyakit infeksi.
Pendapat lain yaitu Fatmah (2006), menyatakan bahwa usia
memberikan pengaruh terhadap sistem imunitas tubuh. Penuaan
(aging) dikaitkan dengan sejumlah besar perubahan fungsi imunitas
tubuh, terutama penurunan Cell Mediated Immunity (CMI) atau
imunitas yang di-perantarai sel.
Kemampuan imunitas kelompok lanjut usia menurun sesuai
peningkatan usia termasuk kecepatan respons imun melawan infeksi
penyakit.
Hubungan Status Imun dengan Morbiditas

Kondisi imunitas seseorang akan menentukan kualitas


hidup manusia. Lingkungan disekitar manusia mengandung berbagai
jenis unsur pathogen yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Infeksi yang terjadi pada anak normal umumnya singkat dan jarang
meninggalkan kerusakan permanen karena tubuh memiliki sistem
imun yang memberikan respons dan melindungi tubuh terhadap
unsur-unsur pathogen Surono (2004).
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, protozoa, cacing dan
sebagainya (Shulman et al 1994; Entjang 2000). Proses terjadinya
penyakit infeksi karena adanya bibit penyakit (agent) yang masuk
kedalam tubuh manusia rentan (host). Morbiditas menyebakan
berkurangnya aktivitas anak, menyebabkan terjadinya anoreksia,
pengurangan asupan makanan dengan sengaja (Satoto 1990)
Hubungan Morbiditas dengan Status Gizi Berdasarkan
Antropometri
Hasil uji korelasi pearson antara status imun
dengan morbiditas contoh juga menunjukkan tidak
adanya hubungan yang signifikan. Status imun akan
terbentuk jika terjadi infeksi didalam tubuh. Sebagian
besar contoh mempunyai tingkat morbiditas rendah,
dalam keadaan sehat sistem imun akan berfungsi secara
efisien. Tidak ada hubungan yang nyata antara status gizi
berdasarkan antropometri dengan morbiditas contoh.
Morbiditas contoh sebagian besar termasuk dalam
kategori rendah sehingga tidak akan mempengaruhi
status gizi contoh. Hal ini dibuktikan dengan sebagian
besar status gizi contoh dalam keadaan normal.
DAFTAR PUSTAKA
• file:///C:/Users/ASUS/Downloads/7.%20RETNO%20
DEWI.pdf
• https://sites.google.com/site/caturrahmandfabregas/arti
kel-kesehatan
• https://creasoft.wordpress.com/2010/01/01/status-gizi/
• file:///C:/Users/ASUS/Downloads/116-230-1-SM.pdf
• file:///C:/Users/ASUS/Downloads/I11anm.pdf
• Infographi
c Style TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai