EXP) 1. Formula asli : dextrometrophan dan amonium klorida 2. Rancangan formula :
Nama produk : dexone ®
jumlah produk : 10 botol tanggal formulasi : 25 september 2018 tanggal produksi : 25 september 2019 nomor registrasi : DTL 1802503637 AI nomor bets : C19036 komposisi : tiap 1 botol (100 ml) mengandung dextrometrophan 20 mg amonium klorida 720 mg CTM 20 mg PEG 5% natrium benzoat 0,02% sorbitol 67 % aquadest ad 100 ml 3. Master formula Di Tanggal Tanggal Di buat Disetujui produksi formulasi produksi oleh oleh oleh Pt digoxin 25 25 Klp 1 Ulfa Utari september2 september Amrus, S. 018 2019 Farm., Apt. Kode Nama Fungsi perdosis perbets bahan bahan DT-01 dextrometr Zat aktif 20 mg 200 mg ophan AK-02 Amonium Zat aktif 720 mg 7200 mg klorida CM-03 CTM Zat aktif 20 mg 200 mg PG- 04 PEG Kosolvent 5 mg 50 mg NB-05 Natrium Pengawet 0,02 mg 0,2 mg benzoat ST-06 sorbitol Pemanis 67 mg 670 mg AQ-07 aquadest pembawa Ad 100 ml Ad 1000 ml 4. Alasan pembuatan produk Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral yang nmengandung 1 atau lebnih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis dan pewarna yang larut dalam cairan atau campuran kosolven air ( agoes, 2006:82) keuntungan larutan yaitu : a. merupakan campuran homogen b. dosis dapat diubah dalam pembuatan c. vdapat diberikan dalam bentuk encer sedangkan kapsul dan tablet susah di encerkan d. kerja obat lebih cepatkarean obat dengan cepat di absorbsi e. mudah di beri pemanisd, bau-bauan dan pewarna dalam hal ini cocok untuk anak-anak f. untuk pemakaian luar bentuk larutan mudah di guanakn. (syamsuni, 2012 : 89-90) penggunaan bahan-bahan formasi cair secara oral telah dibenarkan berdasarkan pemberian individu. Individu yang mempunyain kesulitan menelan sediaan padat, alasan yang lebih positif untuk penggunaan. Cairan-cairan homogen, umumnbya suatu obat dalam bentuk larutan agar dapat di absorbsi . Pbat yang diberikan dalam larutan mudah tersedia untuk diabsobsi dan dalam banyak hal lebih cepat efisien di absorbsi di vandingkan sejumlah obat yangt sama dalam bentuk tablet/kapsul (Lachman, 2012:942)
Obat antitusif berfngsi menghambat atau menekan batuk dengan
cara menekan pusat serta meningkatkan ambang rangsang sehingga akan mengurangi iritasi. Secara umum berdasarkan bentuk kerja obat antitusif bekerja di perifer dan sentral. Contoh Kodein, DMP, naskopin (Putri,dkk, 2012 : 8). Penggunaan kombinasi zar aktif, ditujukna untuk mengobati atuk dengan efek kerja antitusif digunakan detrometorphan dan ekspektoran dignakan amonia klorida, ekspektoran digunakan untuk meningkatkan sekresi mukosa di saluran napas sehingga berefek untuk mengurangi iritasi contoh : amonium klorida ( Putri dkk. 2012 : 8). 5. Alasan penambahan zat aktif a. dextrometrophan 1. Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak. Debu zat-zat peransang asing yang di hirup partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi. (Tjay.tan hoan dan rahardja.k.2010)
2. 40 tahun yang lalu dextrometrophan dibuat sebagain obat
alternatif dari morfin pada awalnya pemakaian klinis terbtas pada obat antitusif, pada orang dewasa dosisnya adalah 10-30 mg, 3-6 kali sehari. Dextrometrophan juga mempunyai catatn keamanan yang baik dan tidak m,empunyai efek samping yang berarti dan tidak menimbulkan komplikasi akibat pelepasan histamin. ( ween brousm et al.2000).
3. dextrometrophan diabsobsi dengan baik setelah pemberian
oral mekanisme dextrometrophan telah diketahui dengan baik dan diterim,a secara luas bahwa aktvitas terapeutik dextrometrophan di tentukan olej metabolit aktifnya yaitu dextriphan (sivasti et al 1998) b. Amonioum klorida 1. ekspentoran merupakan obat yang dapat meransang pengeluaran dahak. Dari saluran pernapasan (ekspoentoran). Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks meransang sekresi kelenjar saluran pernapasan. Lewat hervus vagus. Sehingga menurunkan viskositras dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat yang termasuk golongan ini ialah amonium klorida dan gliseril gudika (estoningtyas.2008) 2. amonium klorida jarang digunakan sebagai terapi obat tunggal yang berperan sebagai ekspentoran tetapi lebih sering dalam bentuk campuran dengan ekspentoran lain atau antitusif. (estoningtyas.2008) c. CTM Tablet ctm digunakan sebagai antihistamin adalah obat yang mrnrntang kerja histamin pada H-1 reseptor hitamin sehingga berguna dalam menekan alergi yang disebabkan oleh tibulnya sympton karena histamin (Ansel, 1989). Antihistamin bekerja dengan menempati tempat pada sel yang biasanya ditempati oleh histamin dengan demikian akan menghilangkan kemampuan hitamin untuk menimulkan reaksi alergi. Untuk interaksi obatnya antihistamin akan menekan sistem saraf. Obat ini menekan atau mengurangi sejumlah fungsi tubuh dapat terjadi jika antihistamin digunakan bersama dengan sistem saraf lainnya. Ctm bekerja secara kompetitf dngan menghambat reseptor histamin yang bekerja secara kompetitif dengan menghambat reseptor histamin H-1 yang dapat menembus sawar darah obat (gunawan,2007) Ctm digunakan untuk mengurangi gejala nyeri karena musim atau cuaca, misalnya radang pada selaput lendir hidung, bersin gatal pada hidung dan tenggorokan (Hardjono, 20080 Pemberian secars per oral ctm dapat mengalami first pass metabolisme sehingga bioavailabilitasnya rendah mencapai 25-50% ( Sweetman,2009) 6. Alasan penambahan bahan a. sorbitol 1. sebaagai pemanis penggantisukrosa sprbitol memiliki tingkat kemanisan lebih rendah jika ditandingkan dengan sukrosa. Tingkat kemanisan sorbirol sebesar 0,5 sampai dengan 0,7 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,6 kkal/g atau setara 10,87 kl/g ( Badan standarisasi nasional.2000) 2. Sorbitol tidak menimbulkan efek toksik sehingga aman dikomsumsi manusia dan tidak menyebabkan karies gigi serta sangat bermanfaat sebagai gula bagi penderita diabetes dan diet rendah kalori. (BPOM.2008) b. natrium benzoat 1.natrium benzoat merupakan bentuk garam dari asam benzoat yang sering digunakan karena mudah larut dalam air. Benzoat dan bentuk garamnya ini di gunakan untuk menghambat poertumbuhan khamir dan baktreri pada ph 2,5-4. batas maksimum penggunaaan natrium benzoat pada makanan tercantum dalam peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan RI.NO. 36 tahun 2013 (afriyanti, 2010; BPOM RI 2013) 2. natrium benzoat di gunakan sebagai pengawet anti mikroba dalam kosmetik, makanan dan obat-obatan hal inin di gunakan dalam konsentrasi 0,02-0,5% dalam obat-obatan oral 0,5% dalam produk parenteral dan 0,1-0,5 dalam kosmetik (rowe,2009 :627) C. Aquadest 1. digunakan sebagai pelarut pada pembuatan obat dan sediaan farmasi (rowe,2009:766) 2. terdapatnya air menimbulkan efek melarutkan pada sebagai besar zat-zat yang nerhubung dengannya ( ansel.1989 :314) 3. air digunakan sebagai pembaw dan pelarut untuk bahan-bahan pemberi rasa (flavoring agent) atau bahan aktif obat (isriany ismail. 2011 : 40) D. PEG 1. PEG merupakan polimer larut air, polimer ini tidak berwarna, tidak berbau ( Norvitasari, 2008) 2. PEG memiliki beberapa keuntungan yaitu secara fisiologi inert, tidak terhidrolisis, tidak mendukung pertumbuhan jamur ( Astuti, 2008) 3. PEG merupakan salah satu bahan tambahan dalam sediaan farmasi biasa dijadikan sebagai bahan oelarut, pengawet, pelarut non volatil pada sediaan tablet sedangkan pada pelarut dijadikan sebagai bahan kosolvent ( rowe, 2009: 32-38) Perhitungan Per dosis a. Dextrometorphan : 20 mg b. Ammoniun klorida : 720 mg c. CTM : 20 mg d. Natrium Benzoat : 0,02% x 100 = 0.02 mg e. Sorbitol : 67% x 100 = 67 mg f. PEG : 5% x 100 = 5 mg e. Aquadest = ad 100 ml Per batch a. Dextrometorphan : 20 x 10 = 200 mg b. Ammoniun klorida : 720 x 10= 7200 mg c. CTM : 20 x 10 = 200 mg d. Natrium Benzoat : 0,02 x 10 = 0.2 mg e. Sorbitol : 67 x 10 = 670 mg f. PEG : 5 x 10 = 50 mg e. Aquadest : ad 100 x 10ml = 1000 ml Cara Kerja 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang dextrometorphan 20 mg ammonium klorida 720 mg dan Na benzoat 0,02 mg. 3. Dilarutkan dextrometorphan dengan sorbitol kemudian dilarutkan amonium klorida dengan aquadest. 4. Dilarutkan dextrometorhphan, natrium benzoat, amounium klorida, sorbitol dengan sedikit air. 5. Diaduk hingga benar-benar homogen 6. Diambahkan air hingga 100 ml 7. Dimasukkan larutan ke dalam wadah botol 8. Diberi etiket (Lachman, 2012 :946) Evaluasi Sediaan Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat dapat layak dikonsumsi a. Uji Homogenitas Sediaan tidak memiliki endapan atau gumpalan dalam larutan. Hal ini tidak terdapat perbedaan sifat antara bahan dan zat etiket. b. Ph Nilai ph menunjukkan proses distribusi bahan dasar sediaan. Nilai ph yang dianjurkan c. Uji organoleptik pengujan terhadap warna, rasa dan bau d. Uji waktu ruang Untuk mengetahui kemudian tuang sediaan pada saat dikonsumsi. Uji ini berhubungan dengan kekentalan. ( wijayanto, 2013; 136)