Anda di halaman 1dari 28

IMUNISASI

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


Pengertian

• Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal


terhadap suatu penyakit.
• Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang merangsang
sistem kekebalan tubuh agar kebal terhadap penyakit tersebut.
• Bayi yang baru lahir memang sudah memiliki antibodi alami yang
disebut kekebalan pasif. Antibodi tersebut didapatkan dari ibunya
saat bayi masih di dalam kandungan. Akan tetapi, kekebalan ini hanya
dapat bertahan beberapa minggu atau bulan saja. Setelah itu, bayi
akan menjadi rentan terhadap berbagai jenis penyakit

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


IMUNISASI

• Antigen = Kuman atau racun kuman ( toksik) atau


bagian protein kuman atau protein racun.
• Masuk dalam tubuh  membentuk zat anti 
antibodi.
• Reaksi pertama tubuh membentuk antibodi toksik
terlalu kuat reaksi, 2,3 dst. Tubuh sudah pandai
membuat antibodi
• Setelah beberapa waktu, jumlah antibodi akan
berkurang  yang mempertahankan kadar antiodi
yang tinggi, diperlukan imunisasi dalam waktu
tertentu.

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


Perbedaan vaksin dan obat
• Siapa yang mendapatkannya ?
Orang sakit >< orang sehat
• Untuk apa ?
Mencegah penyakit >< mengobati penyakit
• Bagaimana mendapatkannya ?
Melalui program kesehatan masyarakat >< diberikan dokter
• Kapan diberikan ?
waktu anak sehat, masal, disekolah, berkelanjutan >< waktu anak
sakit
• Bagaimana efek samping ?
Sulit diterima >< tergantung keadaan penyakit

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


JENIS VAKSIN

Vaksin dibuat dari :


1. Kuman yang telah dilemahkan ( vaksin BCG, campak)
atau dimatikan.
Contoh : Vaksin batuk rejan (partusis), vaksin polio j. Salk
2. Zat racun kuman (toksin) yang telah dilemahkan.
Contoh : Toksoid tetanus & toksoid difteri.
3. Bagian kuman tertentu / protein.
Contoh : Vaksin hepatitis B

* Pemberian vaksin  merangsang tubuh membentuk


antibodi.

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


JENIS IMUNISASI

a. Imunisasi aktif = Tubuh anak sendiri secara


aktif akan menghasilkan zat anti setelah
adanya rangsangan vaksin.
b. Imunisasi Pasif = Kadar antibodi akan
meningkat dalam tubuh bukan sebagai hasil
produksi tubuh tetapi diperoleh dari luar
tubuh. Contoh : ATS (1.P.buatan) atau bayi
yang menerima zat antibodi dari ibu melalui
plasenta (.I.P alamiah)

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


• Imunisasi aktif alamiah misal anak yang pernah
mendapat serangan kuman tidak terlalu banyak
sehingga gejala yang timbul tidak telalu berat  zat
antibodi. Misal : campak, tifoid.
• Program Pengembangan Imunisasi dari
Pemerintah
Mencakup vaksinasi terhadap  penyakit utama, yaitu
vaksin BCG, DPT, polio, campak, hepatitis B, (TBC,
difteri, tetanus, dipteri, tetanus, pertusis, polio,
campak dan hepatitis B).
• Imunisasi yang dianjurkan
Radang selaput otak dengan Hib, hepatitis A, Thypoid

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


Imunisasi Dasar

• Usia 0 bulan: 1 dosis Hepatitis B


• Usia 1 bulan: 1 dosis BCG dan polio
• Usia 2 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
• Usia 3 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
• Usia 4 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan polio
• Usia 9 bulan: 1 dosis campak/MR

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


Imunisasi Lanjutan

• Usia 18-24 bulan: 1 dosis DPT, hepatitis B, HiB, dan campak/MR


• Kelas 1 SD/sederajat: 1 dosis campak dan DT
• Kelas 2 dan 5 SD/sederajat: 1 dosis Td

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)

• Tujuan : kekebalan terhadap penyakit TBC


• Kandungan : Kuman Bacillus Calmette Guerin dari kuman hidup yang
dilemahkan
• Jadwal imunisasi usia 0 – 11 bulan sebaiknya 0 – 2 bulan paling efektif
menjelang usia 2 bulan. Jika anak > 2 bln sebaiknya uji Mantoux, jika
hasil  tidak perlu. imunisasi BCG masal tidak perlu mantoux.
• Reaksi imunisasi : + 2 mg akan muncul pembengkakan kecil, merah pada
tempat penyuntikan & akan meninggalkan jaringan parut.
• Tempat penyuntikan : 1/3 lengan atas , 1/3 paha
• Cara penyuntikan : Lutrakutan Dosis 0,05 cc
• Kontra indikasi : Anak yang terjangkit penyakit TBC at. Anak yang
menunjukan uji mantoux  , anak yang sakit kulit / infeksi kulit ditempat
penyuntikan.
Ahmad Musyafa’, SKM, MPH
2. Vaksin DPT (Dipteri, Pertusis, Tetanus)

• Tujuan : Untuk memberi kekebalan aktif yang bersamaan terhadap


penyakit Dipteri, Pertusis, dan Tetanus.
• Kandungan : Kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan,
dikemas dengan vaksin difteri dan tetanus.
• Vaksin tetanus dikenal 2 macam vaksin , yaitu :
1. Toksoid tetanus yang dilemahkan  TT, DT, dan DPT
2. Toksoid tetanus yang dimatikan  ATS
• Jadwal :
1. Usia 2 – 11 bulan 3x dengan selang 4 mg.
2. Imunisasi ulang pada usia ½ - 2 th
3. Diulang dengan DT usia 5 –6 th (kls 1 SD)
4. Diulang lagi usia 10 – 12 th (menjelang tamat SD)

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


Jika tidak pernah mendapat DPT at. Diragukan telah mendapat DPT maka berikan DT 2x
dengan interval 4 mg.
Jika anak kontak dengan penderita dipteria, atau ada anak lain tinggal serumah terjangkit
maka harus mendapat imunisasi ulang meski belum waktunya.
Reaksi imunisasi : Demam ringan, pembengkakan dan rasa nyeri ditempat suntikan 1- 2 hari,
kadang-kadang ditemukan demam tinggi s/d kejang akibat pertusisnya. Jika hanya DT tidak
timbul hal tsb.
5. Dosis 0,5 cc
6. Tempat penyuntikan : 1/3 bagian paha sebelah luar.
7. Cara penyuntikan : infra muskuler
8. Kontra indikasi : anak yang sakit parah, riwayat kejang saat demam, demam tinggi > 38 C,
diduga batuk rejan.
9. Perhatian : Vaksin jangan sampai beku, simpan pada suhu 4-8 C buang sisa vaksin.

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


3. Vaksin Polio

• Tujuan : Mendapat kekebalan terhadap penyakit


polio mielitis
• Kandungan :
• Polio terdapat dalam 2 kemasan :
• Vaksin yang mengandung polio yang sudah
dimatikan (vaksin salk)
• Vaksin yang mengandung virus polio yang telah
dilemahkan ( vaksin sabin)

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


• Jadwal imunisasi :
• Umur 2 – 11 bulan dengan 3x pemberian interval 4 mg
at. Pertama pemberian bersama dengan BCG
• Ulang : 11/2 – 2 th, 5 – 6 th dan massal
• Jika vaksin polio diberikan bersama dengan DPT maka
dengan interval 2 jam.
• Reaksi imunisasi : Hampir tidak ada
• Dosis : 2 tetes
• Cara pemberian : Diteteskan pada mulut
• Kontra indikasi : Anak dengan diare berat, sakit berat,
demam tinggi
Ahmad Musyafa’, SKM, MPH
4. Vaksin Campak & Rubella

• Tujuan : Untuk mendapat kekebalan terhadap


penyakit campak
• Kandungan : Vaksin campak yang mengandung
virus campak yang telah dilemahkan.
• dikombinasi dengan vaksin gondong / mumps &
rubella ( MMR = Measles, Mumps, dan Rubella)
• Jadwal : Usia 9 – 11 bulan, jika kurang dari 9 bulan
harus diulang pada usia 15 bulan.

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


• Reaksi imunisasi : Demam ringan, sedikit bercak pada pipi,
dibawah telinga pada hari ke 7-8 at pembengkakan pada
daerah penyuntikan.
• Mungkin terjadi kejang ringan pada hari 10-12
• Terjadi radang otak dalam 30 hari setelah penyuntikan
tetapi jarang ( 1 : 1.000.000)
• Dosis : 0,5 cc
• Tempat penyuntikan : 1/3 bagian lengan atas
• Cara pemberian : Sub Cutan
• Kontra indikasi : Anak yang sakit parah, TBC tanpa
pengobatan, malnutrisi berat penyakit keganasan at sedang
dalam pengobatan penyakit keganasan Ps kejang harus
dalam pengawasan
Ahmad Musyafa’, SKM, MPH
5. Vaksin Hepatitis B
• Tujuan : Untuk mendapat kekebalan aktif terhadap
penyakit hepatitis B
• Kandungan : bagian virus Hepatitis B  HbsAg
• Jadwal imunisasi :
• Usia nol bulan 3x pemberian, suntikan I & II
berinterval 4 mg & suntikan II & III berinterval 5
bulan
• Ulang : Usia 5-6 th
• Dewasa : 3x dengan pemeriksaan HbsAg dulu
• Bayi dengan ibu penderita hepatitis B diberikan
dalam 24 jam pertama
Ahmad Musyafa’, SKM, MPH
• Reaksi imunisasi : Demam ringan, nyeri pada
tempat penyuntikan, rasa panas dan bengkak
dalam 2 hari
• Dosis : 0,5 cc
• Tempat penyuntikan :1/3 paha atau lengan atas
• Cara pemberian : I M
• Kontra indikasi : Sakit berat, virus Hepatitis B
• Perhatian : Penyimpan pada suhu 2-8C
pembekuan merusak potensi vaksin

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


Imunisasi yang dianjurkan

1. Vaksin MMR
• Tujuan : Untuk mendapatkan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak (measles), gondong
(mumps), dan campak jerman (rubella) dalam
waktu bersamaan.
• Kandungan : Virus campak, gondong, dan rubella
yang dilemahkan
• Jadwal : Usia 15 bulan, ulang usia 12 th.
• Reaksi imunisasi : Demam ringan hari ke 5-7, nyeri
dan kemerahan pada tempat penyuntikan
• Kontra indikasi : Sakit parah, keganasan, defisiasi
imunologi

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


2. Vaksin Demam Tifoid
• Tujuan : Untuk memperoleh kekebalan aktif terhadap demam thypoid
• Kandungan : Salmonella thypi yang dilemahkan
• Vaksin dalam 2 jenis :
• V.Oral (vivotif) = kapsul
• V.suntikan (typhin Vi) = injeksi
• Jadwal :
• Vivotif = 6 th atau lebih
• Thyphin Vi = Usia 2 th, ulang setiap 3 th
• Reaksi imunisasi : Demam ringan, nyeri dan kemerahan.
• Vivotif : Diare ringan, muntah, kemerahan kulit
• Dosis : Vivotif 3 kapsul sekali sehari iterval 1 hari
• Kontra indikasi : umum
Ahmad Musyafa’, SKM, MPH
3. Vaksin Hib (Haemophilus influenza tipe B)

• Tujuan : Untuk kekebalan tehadap virus Hib atau penyakit radang selaput otak
• Kandungan : Bagian dinding kuman yang telah dipisahkan dan sangat murni
• Terdapat 2 jenis vaksin Hib :
• Act.Hib  Pasteur Meriux, Perancis
• Pedvax Hib  Merck & co, USA
• Jadwal imunisasi : (lihat jadwal)
• Reaksi imunisasi : Demam ringan, reaksi lokal
• Dosis : 0,5 cc
• Cara penyuntikan : I M atau SC
• Tempat penyuntikan : 1/3 paha / lengan atas
• Kontra indikasi : Tidak dianjurkan jika demam, wanta hamil dan hipersensitif
terhadap vaksin.
Ahmad Musyafa’, SKM, MPH
Jadwal imunisasi HIB

• Pedvax Hib : Dua kali usia 2-14 bulan, jarak 2 bulan. Jika imunisasi kedua diberikan
kurang dari 12 bulan maka diberikan imunisasi ulang paling cepat 2 bulan. Jika anak
hanya mendapatkan pada usia > 15 bulan hanya diberikan 1x tanpa perlu ulang
• Act Hib : Usia 2-6 bulan, 3x dengan jarak 1-2 bulan jarak I & II 2 bulan, II & III 1
bulan. Jika imunisasi diberikan pada pada usia 1-5 th diberikan cukup 1x tanpa
ulang.Act. Hib dapat diberikan bersama dalam 1 spuit dengan DPT polio dari pabrik
yang sama & MMR pada sisi tubuh berlawanan.

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


4. Hepatitis A

• Tujuan : Untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit


Hepatitis A
• Kandungan : Virus hepatitis A yang dilemahkan
• Jadwal imunisasi : 2 kali dengan selang 2-4 mg dan dosis ketiga 6
bulan setelah penyuntikan I usia 2 th
• Reaksi imunisasi : Demam ringan, lesu, lelah, mual, muntah, dan
hilang nafsu makan, reaksi lokal
• Tempat penyuntikan : Lengan bagian atas
• Cara penyuntikan : I M

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


5. Vaksin Cacar Air (Varisela)
• Tujuan : Untuk mendapat kekebalan terhadap
penyakit varisela
• Kandungan : Virus varisela – toster strain OKA yang
dilemahkan
• Jadwal : Usia > 12 th, diulang 6-8 mg
• Reaksi : Demam ringa, pantau dalam 30’ , reaksi lokal
• Cara penyuntikan : Sub cutan
• Kontra indikasi : Demam atau infeksi alat, hipersensitif
terhadap nominasi, kehamilan, keganasan, defisiensi
imunologi, TBC aktif tanpa pengobatan, leukosit <
1.200/ml

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


Imunisasi Yang Sedang Dikembangkan
• Vaksin Diare
• Vaksin Malaria
• Vaksin DHF
• Vaksin Saluran nafas oleh virus
• Vaksin Pneumokokus
• Vaksin PMS
• Vaksin Diare
• Vaksin Malaria
• Vaksin DHF
• Vaksin Saluran nafas oleh virus
• Vaksin Pneumokokus
• Vaksin PMSVaksin Lepra
• Vaksin Antraks
• Vaksin Sitomegalovirus
Ahmad Musyafa’, SKM, MPH
KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
Kipi Ringan
• Demam ringan sampai tinggi,
• Nyeri dan bengkak pada area bekas suntikan
• Anak agak rewel.
• Reaksi tersebut akan hilang dalam 3-4 hari
• Penanganan: Kompres air hangat, obat penurun panas tiap 4 jam.
Cukup pakaikan anak baju yang tipis, tanpa diselimuti. Di samping itu,
berikan ASI lebih sering, disertai nutrisi tambahan dari buah dan susu.
Bila kondisinya tidak membaik, segera periksakan anak ke dokter.

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


Kipi Berat

• Sejumlah vaksin juga dapat menimbulkan reaksi alergi parah hingga


kejang.
• efek samping tersebut tergolong jarang. Penting diingat bahwa
manfaat imunisasi pada anak lebih besar dari efek samping yang
mungkin muncul.
• Penting untuk memberitahu dokter bila anak pernah mengalami
reaksi alergi setelah pemberian vaksin. Hal ini guna mencegah
timbulnya reaksi berbahaya, yang bisa disebabkan oleh pemberian
vaksin berulang.

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH


and.........

Thank You..............
Terimakasih……………..

Ahmad Musyafa’, SKM, MPH

Anda mungkin juga menyukai