Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL

“Hubungan Penambahan Berat Badan Intradialisis


dengan Kejadian Hipertensi Intradialisis pada Pasien
CKD St V yang Menjalani Hemodialisis Rutin di Unit
Hemodialisis RSUD Kabupaten Buleleng”

Komang Adi Tirtawan


16060143043
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

 Penyakit Ginjal Kronik (PGK) telah menjadi masalah


kesehatan serius di dunia.
 Menurut WHO, penyakit PGK menyebabkan kematian
sebesar 850.000 orang setiap tahunnya
 Di Amerika serikat pada tahun 2003 ada lebih dari
320.000 orang dengan PGK, dan prevalensinya
meningkat menjadi 650.000 pada tahun 2010 dan
diperkirakan 2 juta pada tahun 2030.
 Dari data Pernefri angka PGK di Indonesia antara 2,6
hingga 7,5% sehingga di Indonesia terdapat sekitar
150.000 penderita PGK. Dan di singaraja terdapat
sekitar 400 orang dengan PGK yang menjalani HD
 Penyakit Ginjal Kronik adalah suatu keadaan klinis, dimana
ginjal mengalami penurunan fungsi yang dapat atau tanpa
disertai gangguan struktur serta terjadinya dalam waktu 3
bulan atau lebih.

 Apabila seseorang sudah didiagnosa PGK st V cara yang dapat


dilakukan adalah dengan tindakan Hemodialisis. Hemodialisis
adalah tindakan mengeluarkan air dan zat sisa metabolisme
yang berlebihan.

 Terlepas dari kemajuan tekhnik hemodialisis modern,


komplikasi intradialitik masih bisa terjadi. Salah satu
komplikasi hemodialysis adalah perubahan tekanan darah.
Yang sering dikenal dengan HID.

 Berdasarkan karakteristik pasien dan mekanisme patofisiologi


yang mendasari, terdapat beberapa faktor yang diduga sebagai
penyebab terjadinya hipertensi intradialisis yaitu faktor usia,
interdialytic weight gain, ureum reduction ratio, lama
hemodialisis, kecepatan aliran darah
Studi pendahuluan di Ruang Hemodialisis RSUD
Kabupaten Buleleng pada 10 pasien dengan HID (Hipertensi
Intradialisis) yang tidak respon dengan OAH (Obat Anti
Hipertensi) diantara nya 5 orang dengan peningkatan Berat
Badan ≥ 5 Kg dan 5 orang dengan peningkatan Berat Badan
≤ 5 kg. Pada Pasien dengan peningkatan BB ≥ 5 kg, dilakukan
penarikan cairan (4,5 ± 2,3)% x BB, terjadi peningkatan
MAP (Mean Arteri Pressure) diikuti peningkatan cardiac
indekx. Setelah dilanjutkan UF (Ultrafiltrasi) dan Penarikan
cairan (6,5 ± 2,1) % x BB tekanan darah kembali normal
pada seluruh pasien, end diastolic volume menurun yang
merupakan indicator telah terjadi normovolemi. Dan pada
pasen dengan peningkatan Berat Badan kurang dari 5 kg
tidak ada peningkatan tekanan darah.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara penambahan berat badan
intradialisis dengan kejadian hipertensi intradialisis pada
pasien CKD yang menjalani hemodialisa rutin di Unit
Hemodialisa RSUD Kabupaten Buleleng

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi Rumah Sakit
b. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
c. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan
d. Manfaat bagi Pasien
e. Manfaat bagi Peneliti
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Penyakit Ginjal Kronik

Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu keadaan klinis,


dimana ginjal mengalami penurunan fungsi yang dapat atau
tanpa disertai gangguan struktur serta terjadinya dalam
waktu 3 bulan atau lebih. (Ketut Suwitra, 2016).
Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik atas dasar derajat
penyakit

Stadium Deskripsi LFG (ml/mnt/1,73m2)

1 Terdapat gangguan struktur ginjal ≥90

2 Terdapat gangguan struktur ginjal 60-89

3a Terdapat atau tidak terdapat gangguan struktur 46-59

ginjal

3b Pada derajat ini pasien biasanya baru mulai datang 30-45

berobat

4 Kerusakan ginjal dengan LFG turun berat 15-29

5 Terdapat atau tidak terdapat gangguan struktur <15 atau dialisis

ginjal. Disebut juga PGK tahap akhir atau gagal ginjal

kronik. Pada derajat ini sudah indikasi untuk terapi

pengganti ginjal
Klasifikasi berdasarkan derajat penyakit dibuat atas dasar
LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus
Kockcroft-Gault sebagai berikut :

140−𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑥 𝐵𝐵
LFG(ml/mnt/1,73m2)= 𝑚𝑔 *
72 𝑥 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑚𝑎( 𝑑𝑙 )

( * ) = pada perempuan dikalikan 0.85


Patofisiologi Penyakit Ginjal Kronik

 Pengurangan masa ginjal mengakibatkan hipertrofi


struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa
sebagai upaya kompensasi oleh molekul vasoaktif.

 Hal ini menyebabkan terjadinya hiperfiltrasi yang


diikuti oleh peningkatan pembuluh darah kapiler dan
aliran darah glomerolus.

 Proses ini diikuti oleh penurunan fungsi nefron.

 Albuminuria, hipertensi, hiperglikemi berperan juga


dalam terjadinya progesifitas PGK
Etiologi Penyakit Ginjal Kronik

Penyakit dari ginjal :


 Glomerulonefritis.
 Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis
 Kista di ginjal : polcystis kidney
 Trauma langsung pada ginjal.
 Obstruksi : batu, tumor, penyempitan / struktur.

Penyakit di luar ginjal


 Penyakit sistemik : diabetes miletus, hipertensi, kolesterol tinggi.
 Pre eklamsi.
 Obat-obatan.
Pendekatan Diagnostik

 Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan


kreatinin serum

 Penurunan LFG yang dihiutng menggunakan rumus


Kockcroft-Gault

 Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar


hemoglobin

 Foto polos abdomen bisa tampak batu

 Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang


mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau
batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi.
Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronik

Beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

 Bagi kelompok umur di atas 60 tahun dilakukan pemeriksaan


berkala (general check up) agar apabila terdapat kelainan bisa
diatasi secara dini. Bagi pria waspada terhadap pembesaran
prostat dan bagi perempuan waspada terhadap tumor organ
– organ kandungan.

 Bagi penderita yang mempunyai resiko untuk terjadinya PGK


seperti diabetes mellitus, hipertensi, asam urat tinggi, harus
mengendalikan penyakitnya secara ketat. Lakukan usaha-usaha
modifikasi gaya hidup dan pengobatan yang teratur.

 Untuk mencegah terjadinya batu dan infeksi ginjal/saluran


kencing, biasakan minum air putih 2-2,5 liter (8-10 gelas)
setiap harinya. Hindari merokok dan minum alcohol. Lakukan
olahraga teratur.
Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronik

Beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

 Bagi anak-anak atau remaja yang sering mengalami radang


tenggorokan/ saluran nafas, lakukan pengobatan secara tuntas
hingga tidak sampai menjadi kronik.

 Lakukan gaya hidup sehat yaitu :


S : Seimbang gizi (tidak gemuk atau tidak kurus)
E : Enyahkan rokok
H : Hindari alcohol
A : Aktif berolahraga
T : Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
(Ketut Suwitra, 2016)
B. Hemodialisis

Kata hemodialisis berasal dari Bahasa Yunani.


Hemo berarti darah dan dialisis berarti memisahkan atau
membersihkan

Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki


kelainan biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya
fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin
hemodialisis.
Menurut prosedur yang dilakukan hemodialisis
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. hemodialisis darurat/emergency,
2. hemodialisis persiapan/preparative, dan
3. hemodialisis kronik/regular.
C. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai
obat antihipertensi. (Kapita Selekta Kedokteran, 2005)

Hipertensi menurut The sevent report of the Joint National


Committee (JNC 7) tahun 2003, dikategorikan sebagai berikut :
 Tekanan darah normal bila tekanan sistolik <120 mmHg dan
tekanan diastolic <80 mmHg,
 Prehipertensi bila tekanan sistolik 120-139 mmHg atau
tekanan diastolic 80-89 mmHg,
 Hipertensi stadium 1, bila tekanan histolik 140-159 mmHg
atau tekanan diastolic 90-99 mmHg,
 Hipertensi stadium 2, bila tekanan sistolik ≥160 mmHg atau
tekanan diastolic ≥100 mmH.
D. Hipertensi Intradialisis

Hipertensi intradialisis (HID) adalah salah satu


komplikasi intradialisis pada pasien PGK yang
menjalani hemodialisis rutin dengan prevalensi
sebesar 5-15%. Hipertensi intradialisis merupakan
komplikasi yang telah lama dikenali oleh tim medis
dan paramedis, namun hingga kini definisi pasti dari
hipertensi intradialisis belum disepakati secara
umum (Inrig et al., 2009).
Etiologi HID
Mekanisme terjadinya hipertensi intradialisis pada
penderita dengan hemodialisis reguler sampai saat ini
belum sepenuhnya diketahui.

Banyak faktor yang diduga sebagai penyebab hipertensi


intradialisis, seperti :
1. Volume overload,
2. Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS)
3. Sympathetic Overactivity
4. Perubahan Kadar Elektrolit
5. Pemberian erythropoietin (EPO)
6. Ultrafiltration Goal (UFG)
7. Obat Antihipertensi
Penanganan HID
Penanganan pertama terhadap hipertensi
intradialisis adalah membatasi peningkatan berat badan
antar dialisis dan menurunkan secara bertahap berat badan
kering.

Seperti disebutkan sebelumnya, TD pada pasien


PGK-D tergantung pada volume cairan tubuh. Natrium
dan volume berlebih adalah penyebab paling penting dari
hipertensi pada pasien PGK-D.

Secara teori memperpanjang waktu dialisis dan


penentuan ultrafiltration rate yang tepat sangat diperlukan
dalam penanganan hipertensi intradialisis.
E. Berat Badan Intradialisis
 Berat badan intradialisis adalah selisih berat badan
predialisis dengan berat badan pascadialisis sesi
sebelumnya, sedangkan persentase penambahan berat
badan interdialisis adalah persentase penambahan berat
badan interdialisis dibanding dengan target berat badan
kering pasien.

 Pada penderita dengan hemodialisis reguler dua kali


seminggu, kenaikan berat badan antar waktu
hemodialisis disarankan tidak melebihi 3%, dianggap
cukup apabila penambahan berat badan 3% - 5% kali
berat badan awalnya, dan dianggap buruk apabila terjadi
penambahan berat badan lebih dari 5% kali berat badan
awalnya.
Kerangka Teori

Sumber : Suwitra (2016) (2009), Konsensus Dialisis (2003), Kapita Selekta Kedokteran (2005), NKF/KDOQI (2006), Kurniawan
(2002)
BAB III
Metoda Penelitian

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan sesuatu yang abstraksi
dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antar variable (baik variable yang diteliti maupun yang
tidak diteliti (Nursalam, 2013).
Kerangka Konsep
Variable dalam penelitian ini bersifat bivariate (dua variable),
yaitu :

Variabel bebas (indefendent variable)


 Merupakan variable yang berada bersama dengan variable
lain dalam variasinya. Variable bebas dalam penelitian ini
adalah penambahan berat badan interdialisis (interdialytic
weight gain) pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis
rutin di Unit Hemodiakisis RSUD Kabupaten Buleleng.

Variabel Terikat ( Defendant variable)


 Variabel terikat pada penelitian ini adalah hipertensi
intradialisis pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis
rutin di Unit Hemodialisis RSUD Kabupaten Buleleng.
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasional analitik dengan pendekatan deskriptif,
yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
mencari kolerasi antara variabel bebas dan variabel
terikat dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara. Setiap
melakukan hipotesis, ada dua kemungkinan jawaban
yang disimbulkan H. H merupakan simbul untuk melihat
apakah ada pengaruh atau dipengaruhi. (Jenita, 2016)

D. Definisi Penelitian
Definisis operasional adalah definisi berdasarkan yang
diamati dari sesuatu yang didefenisikan tersebut.
(Nursalam, 2013)
Definisi Operasional
Definisi Operasional
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh obyek atau subjek yang memiliki
kualitas dan, karakteristik tertentu yang berada pada suatu
wilayah yang telah memenuhi syarat penelitian (Jenita, 2016).
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah 132 pasien
yang menjalani hemodialysis rutin ( regular ) di Unit
Hemodialisis RSUD Kabupaten Buleleng

2. Sampel
Menurut (Nursalam, 2013), sampel terdiri atas bagian
populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling. Pada penelitian ini yang menjadi
sampel adalah seluruh pasien yang menjalani hemodialysis
rutin di Unit Hemodialisis RSUD Kabupaten Buleleng
Kriteria sampel sebagai berikut :

Kriteria Inklusi
1. Pasien yang bersedia menandatangani informed consent
yang telah disediakan sebagai tanda pesetujuan menjadi
subjek penelitian.
2. Pasien dengan usia >18 tahun.
3. Pasien PGK yang menjalani hemodialisis rutin (dua kali
setiap minggu) selama >3 bulan.

Kriteria Eksklusi
1. Eksaserbasi gagal ginjal akut (acute kidney injury) pada
pasien PGK.
2. Pasien dalam kondisi yang tidak mungkin untuk
ditimbang berat badannya.
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
rumus sample :
Keterangan :
N N = besar populasi
𝑛=
1 + N 𝑑2 n = besar sampel
d = tingkat kepergayaan yang diinginkan

Maka dari total populasi yaitu 132 pasien, jadi besarnya sampel adalah :
132
• 𝑛=
1+132 0,052
132
• 𝑛=
1+132 0,0025
132
• 𝑛=
1+0,33
132
• 𝑛=
1,33
• 𝑛 = 99,2
Jadi, jumlah sampel yang diteliti adalah 99 orang
F. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Unit Hemoialisis RSUD
Kabupaten Buleleng pada bulan Desember 2017

G. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan bulan
Desember 2017 yang dimulai dari persiapan,
pelaksanaan, dan penyusunan laporan.

H. Etika Penelitian
 Informed Consent
 Anonymity (tanpa nama)
 Confidentiality (kerahasiaan)
I. Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
 Informed Consent
 Rekam Medis
 Sphygmomanometer Air Raksa
 Timbangan Berat Badan Analog Manual

J. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari pasien yaitu berupa data
identitas pasien PGK yang menjalani hemodialisis rutin di Unit
Hemodialisis RSUD Kabupaten Buleleng.

2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari rekam medis yaitu berupa data hasil
pemeriksaan tekanan darah predialisis dan pascadialisis serta data
hasil penimbangan berat badan predialisis dan pascadialisis satu sesi
sebelumnya pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis rutin di
Unit Hemodialisis RSUD Kabupaten Buleleng.
K. Prosedur Pengumpulan Data
1. Prosedur Administrasi
2. Prosedur Teknis

L. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkna
tingkat-tingkat kevalidan suatu instrument.

2. Uji Realibilitas
Uji reabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
M. Pengolahan Data
 Editing
Suatu kegiatan pengecekan terhadap kemungkinan adanya
kesalahan.
 Coding
Umemberikan kode tertentu pada instrument yang ada agar
proses pengolahan data lebih sederhana dan mudah untuk
dilakukan sehingga sumber daya akan lebih efisien.
 Entri atau transferring
Memasukkan data dari formulir atau kuisioner yang telah
terisi dan sudah dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam
program untuk diproses.
 Cleaning atau tabulasi
Mengecek kembali kesalahan dan kekurangan data dan
kemudian data disajikan dalam diagram.
N. Analisa Data
Setelah proses pengambilan data selesai, data yang
didapat diolah dan disajikan dalam bentuk diagram.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
program Statistical Package for the Social Science
(SPSS). Dengan uji hipotesis yang digunakan adalah
uji korelasi Spearmen’s Rho.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten
Buleleng adalah rumah sakit pemerintah type B
Non Pendidikan yang berdiri pada lokasi strategis di
jalan Ngurah Rai 31 Singaraja. berdasarkan
Keputusan Bupati Buleleng No 445/405/hk/2009
tanggal 1 juli 2009 ditetapkan Status Pengelolaan
Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buleleng Sebagai Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD).
2. Gambaran Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Hemodialisis RSUD
Kabupaten Buleleng pada Bulan Januari 2018.
a. Umur responden
Umur Frekuensi (f) Persentase (%)
<30 4 4%
31-40 8 8%
41-50 21 21 %
>50 67 67 %
Total 100 100 %

b. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)

Laki – laki 56 56 %

Permpuan 44 44 %

Total 100 100 %


Hasil pengamatan terhadap obyek penelitian berdasarkan variable
penelitian
a. Penambahan Berat Badan Intradialisis

Penambahan Frekuensi (f) Persentase (%)


Berat Badan
<1,5 45 45 %
>1,5 55 55 %
Total 100 100 %

b. Tekanan Darah Intradialisisi

Tekanan Darah Frekuensi (f) Persentase (%)


< 140 36 36 %
140 16 16 %
> 140 48 48 %
Total 100 100 %
4. Hasil Analisa Data
Untuk mengetahui hubungan penambahan berat badan
intradialisis dengan angka kejadian hipertensi intradialisis
dilakukan uji korelasi Spearman’s Rho. Derajat kemaknaan
yang dipilih adalah α = 0,05 artinya jika uji statistik
menunjukkan p <0,05 maka terdapat hubungan yang
signifikan

Berat Badan Tekanan


Intradialisis Darah
Intradialisis
Spearman’ Berat Badan Correlation 1.000 .300**
s Rho Intradialisis Coefficient
Sig. (2-tailed) . .002
N 100 100

Tekanan Darah Correlation .300** 1.000


Intradialisis Coefficient
Sig. (2-tailed) .002 .
N 100 100
Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh nilai koefisiensi
korelasi sebesar 0.300 dengan taraf signifikansi untuk
hipotesis umum sebesar 0.002 pada tingkat taraf
kepercayaan 0.05 atau 95% adapun tingkat kriteria
pengujian :
 Jika taraf signifikansi < α, maka h0 ditolak dan
h1diterima
 Jika taraf signifikansi > α, maka h0 diterima dan
h1ditolak
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai signifikansisebesar
0.002 < α (0.05) maka hipotesis kerja h1 diterima. Artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara Penambahan
Berat Badan Intradialisis dengan Angka Kejadian Hipertensi
Intradialisis. Hubungan ini ditunjukan dengan nilai korelasi
sebesar 0.300 yang artinya tingkat hubungan rendah.
1. Penambahan berat badan intradialisis

Hasil Penelitian didapatkan bahwa penambahan berat badan < 1,5


kg sebanyak 45 orang responden dengan persentase ( 45 % ) dan
penambahan berat badan > 1,5 kg sebanyak 55 orang responden
dengan persentase ( 55 % ).

Hasil penelitian diatas dapat menunjukkan bahwa sebagian besar


pasien CKD st.V yang menjalani hemodialysis rutin memiliki
peningkatan berat badan yang berlebih lebih banyak dari pada
pasien yang mengalami peningkatan Berat Badan kurang dari 1,5
kg. Oleh karena itu perlu adanya tindakan atau observasi khusus
untuk memantau penambahan berat badan pasien.
2. Hipertensi Intradialisis

Hasil Penelitian menunjukkan hasil pengamatan tekanan


darah responden adalah sebagai berikut : tekanan darah
systole <140 sebanyak 36 orang responden dengan
persentase (36 %), tekanan darah systole 140 sebanyak
16 orang responden dengan persentase (16 %), dan
tekanan darah >140 sebanyak 48 orang responden
dengan persentase (48 %). Dari data tersebut sebagian
besar memiliki Tekanan Darah >140 mmHg.
3. Hubungan Antara Penambahan Berat Badan
Intradialisis dengan Angka Kejadian Hipertensi
Intradialisis

Setelah dilakukan analisa data dengan uji Spearman’s Rho


didapatkan nilai 0.002 < 0,05 yang dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara
penambahan berat badan intradialisis dengan angka
kejadian hipertensi intradialisis pada paien CKD st.V yang
menjalani hemodialysis rutin di RSUD Kabupaten Buleleng.
Hasil penelitian ini sama dengan Widiyanto (2014)
didapatkan nilai r: 0,478 dan nilai p-value: 0,002 dapat
diambil kesimpulan bahwa hubungan berat badan
interdialisis dengan tekanan darah sistole menunjukkan
hubungan yang sedang dan berpola positif. Hasil uji statistik
didapatkan ada hubungan yang signifikan.
Menururt Chazot & Jean, 2010, pada saat kenaikan berat
badan yang berlebih akan banyak timbul masalah yang
terjadai pada saat hemodialysis, sehingga pada saat
dilakukan ultrafiltrasi terjadi hypovolemia yang kemudian
merangsang aktivitas RAAS yang bisa menimbulkan
kejadian hipertensi intradialisis.
C. Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian tidak terlepas dari keterbatasan dan
kekurangan, demikian pula dengan penelitian ini. Penelitian
ini mendapati beberapa hal yang menjadi faktor
keterbatasan, yaitu: dalam melakukan pengukuran Tekanan
Darah karena pasien yang cukup banyak dan terbentur
dengan waktu pasien dalam melakukan hemodialisa.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
 Simpulan
 Dari hasil penelitian masih banyak insiden pasien CKD st V yang
menjalani hemodialysis rutin memiliki peningktan berat badan > 1,5
kg dan tekanan darah yang > 140 mmHg.
 Ada Hubungan Antara Penambahan Berat Badan Intradialisis dengan
Angka Kejadian Hipertensi Intradialisis pada pasien CKD st.V yang
Menjalani Hemodialisis Rutin di RSUD Kabupaten Buleleng dengan
nilai 0,002
 Saran
 Bagi Rumah Sakit
 Bagi Ilmu Pengetahuan
 Bagi Pelayanan Kesehatan
 Bagi Pasien
 Bagi Peneliti
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai