KELOMPOK 2
ARI MELIANA
LULUK SETIANINGSIH
M. AZIZ SIDIQ
NURMELA SETIA NINGSIH
Definisi
• Hati (bahasa Yunani: ἡπαρ, hēpar) merupakan
kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam
rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah
diafragma.
Dikenal klasifikasi kolesistitis yaitu kolesistitis akut dan kronik (Suparyanto, 2009).
1. Kolesistitis akut
Peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari batu
empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri
yang luar biasa .
• Rasa sakit yang sangat parah pada perut bagian kanan atas dan dapat bertahan
selama beberapa jam. Rasa sakit ini cenderung muncul setelah mengonsumsi
makanan tertentu, terutama makanan berlemak dan bisa menjalar hingga ke
punggung atau tulang belikat kanan.
Untuk kolesistitis akut, terapi awal meliputi pengistirahatan usus (bowel rest),
hidrasi intravena, koreksi elektrolit, analgesia, dan antibiotik intravena. Untuk kasus
yang ringan, terapi antibiotik menggunakan satu jenis antibiotik berspektrum luas
sudah cukup memadai. Beberapa pilihan untuk jenis terapi awal ini :
Bakteri yang biasa ditemukan pada kolesititis adalah : Eschericia coli, Bacteroides
fragilis, Klebsiella, Enterococcus, dan Pseudomona
Oleh karena sering terjadi progesi yang cepat dari kolesistitis akalkulus menjadi
gangren dan perforasi, deteksi dan intervensi dini sangat dibutuhkan.
Terapi konservatif untuk kolesistitis
tanpa komplikasi
Pasien dapat dirawat jalan pada kasus kolesititis tanpa komplikasi dengan memberikan
terapi antibiotik, analgesik dan kontrol untuk follow up. Kriteria pasien yang dapat di
rawat jalan adalah :
Tidak ada masalah medis lain, usia lanjut, kehamilan serta masalah
immunocompromised.
Pasien memiliki sarana dan akses transportasi yang mudah ke sarana kesehatan.
Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi
oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi
penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna.
Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau
hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi
darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat
yang terpajan terhadap darah
Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi
hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara
yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah
Lanjutan...
Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah.
Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi
kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai HBV,
dan darah infeksius melalui infeksi HDV.
Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan
tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau
perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling
sering pada dewasa muda hingga pertengahan.
Kemungkinan hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar
belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan
hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B
dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik.
Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
Gejala
Demam
Kelelahan
Nyeri lambung
Warna kulit dan bagian putih mata menguning (jaundice, tanda dari penyakit hati)
Perasaan gatal
Perdarahan dalam
Tes Medis
Bilirubin: kadar bilirubin darah meningkat dalam penyakit hati. Bilirubin diangkut
ke hati untuk diekstrak. Kadar bilirubin yang tinggi berarti kadar faktor pembekuan
yang tinggi dan peningkatan risiko kecendrungan perdarahan dan mudah memar.
Albumin dan total Protein (TP): kadar protein darah dan albumin merupakan
indikatif dari fungsi hati yang sehat
Tatalaksana Medis
o Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap
sesuai kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/Kg BB.
o Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang
mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi.Bila pasien mengalami steatorea,
gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang. Pemberian lemak
sebanyak 45 Kg dapat mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis
lemak.
o Protein agak tinggi, yaitu 1.25-1.5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein.
Asupan minimal protein 0.8-1g/Kg BB, protein nabati memberikan
keuntungan karena kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran
amoniak melalui feses.
Lanjutan...
o Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi. Bila perlu,
diberikan suplemen vitamin B kompleks, C, dan K serta mineral Zn dan Fe bila
ada anemia.
o Natrium diberikan rendah, tergantung tingkat edema dan asites. Bila pasien
mendapat diuretika, garam natrium dapat diberikan lebih leluasa.
o Cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi.
o Bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah, atau makanan biasa
sesuai kemampuan saluran cerna.
Sirosis Hepatis
• Sirosis adalah proses difus yang ditandai oleh fibrosis dan
perubahan struktur hepar yang normal menjadi nodula-
nodula yang abnormal. Hasil akhirnya adalah destruksi
hepatosit dan digantikan oleh jaringan fibrin serta
gangguan atau kerusakan vaskular (Dipiro et al, 2006).
• Progevisitas sirosis akan mengarah pada kondisi
hipertensi portal yang bertanggung jawab terhadap banyak
komplikasi dari perkembangan penyakit sirosis ini.
Komplikasi ini meliputi spontaneous bacterial peritonitis
(SBP), hepatic encephalophaty dan pecahnya varises
esophagus yang mengakibatkan perdarahan (hematemesis
dan atau melena) (Sease et al, 2008).
Etiologi Sirosis Hepatis
• Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional),
dimana jaringan parut secara khas mengelilingi
daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis
kronis.
• Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat pita
jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut
dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
• Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut
terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu.
Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan
infeksi (kolangitis).
Gejala Sirosis Hepatis
• Penyakit kuning. Gejala ini ditandai dengan menguningnya beberapa
bagian tubuh. misalnya, kulit dan bola mata terlihat menguning. Bila Anda
mengalami hal ini, berarti Anda sedang mengalami gangguan fungsi hati.
• Permukaan kulit terasa gatal-gatal. Hal ini akibat zat bilirubin yang masuk
ke dalam aliran darah sehingga muncul di bawah permukaan kulit.
Biasanya, gejala ini diiringi juga bercak-bercak kemerahan.
• Perut buncit akibat penumpukan air. Kalau perut Anda tiba-tiba
membesar, padahal Anda tidak mengonsumsi makanan dalam jumlah
yang banyak, bisa jadi Anda mengalami penumpukan pada perut. Hal ini
terjadi gangguan fungsi hati yang terjadi. Biasanya, kondisi ini diiringi
dengan gejala sulit bernapas akibat cairan yang menumpuk di sekitar
perut.
• Kaki tiba-tiba bengkak. Pembengkakan kaki yang tiba-tiba ini juga
disebabkan oleh penumpukan cairan di sekitar kaki Anda (edema). Hal ini
menunjukkan bahwa aliran darah di dalam tubuh Anda terganggu.
• Mengalami gejala lainnya, seperti sulit tidur, muntah darah, merasa lelah
terus-terusan, bahkan hilang kesadaran
Tes Medis
• Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer,
hipokrom mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari
akibat hipersplemisme dengan leukopenia dan trombositopenia,
kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang
kurang baik.
• Kenaikan kadar enzim transaminase – SGOT, SGPT bukan
merupakan petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati,
kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel
yang rusak, pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT
tidak meningkat pada sirosis inaktif.
• Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang
berkurang, dan juga globulin yang naik merupakan cerminan daya
tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress.
Tatalaksana Medis
1. Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein
2. Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan total
3. Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5% g/kg BB
4. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan
tingkat defisiensi
5. Nartium diberikan rendah
6. Cairan diberikan lebih dari biasa
7. Bentuk makanan lunak
TRIMAKASIH