Anda di halaman 1dari 34

TOILETING TRAINING

& ANTICIPATORY
GUIDANCE
Di susun oleh:
Kelompok 2
 Fitriana Ayu Indryanti (P27820317002)
 Ifa Titania Fernanda (P27820317011)
 Mas’ula Lutfiah Hanim (P27820317029)
 Runtiyani Masrokah (P27820317038)
Mata kuliah Keperawatan Anak 1
POTEKKES KEMENKES SURABAYA
D3 KEPERAWATAN SUTOPO
Tingkat II Reguler A
Toileting Training
Pengertian

Toilet Training
Toilet Training adalah suatu
usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol dalam
melakukan buang air kecil
(BAK) dan buang air besar
(BAB), menurut Hidayat(2008).
Toilet training ini dapat
berlangsung pada fase kehidupan
anak yaitu umur 18 bulan sampai
2 tahun dalam melakukan latihan
BAB dan BAK pada anak
membutuhkan persiapan baik
secara fisik, psikologis, maupun
secara intelektual.
Tahapan Toileting Training

• membiasakan menggunakan toilet pada anak untuk buang air


1

• Anak juga perlu dilatih untuk duduk di toilet meskipun dengan pakaian lengkap dan jelaskan
kepada anak kegunaan dari toilet
2
• Anak di biarkan duduk di toilet pada waktu-wajtu tertentu setiap hari, terutama 20 menit
setelah bangun tidur dan seusai makan, ini bertujuan agar anak dibiasakan dengan jadwal
3 buang airnya

• Anak sesekali enkopresis (mengompol) dalam masa toilet training itu mrupakan hal yang
normal
4

• Anak apabila berhasil melakukan toilet training maka orang tua dapat memberikan pujian
dan jangan menyalahkan apabila anak belum dapat melakukan dengan baik
5
Prinsip dalam melakukan toilet training

 Melihat Kesiapan Anak


 Persiapan dan Perencanaan
1. Mendiskusikan tentan toilet training dengan anak
2. Menunjukkan penggunaan toilet
3. Membeli pispot sesuai dengan kanyamanan anak
4. Pilih dan rencanakan metode reward untuk anak
Next . . .

 Toilet Training
1. Membuat jadwal untuk anak
2. Melatih anak untuk duduk di pispotnya
3. Orang tua menyesuaikan jadwal yang dibuat
dengan kemajuan yang diperlihatkan oleh anak
4. Buatlah bagan anak supaya dia bisa melihat
sejauh mana kemajuan yang bisa dicapainya
dengan stiker lucu dan warna-warni, orang tua bisa
meminta anaknya untuk menempelkan stiker tersebut
di bagan itu.
Kemandirian

Mengetahui bagian-bagian
tubuh dan fungsinya
a. Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Toilet Training
1. Minat
2. Pengalaman
3. Lingkungan

b. Faktor Yang Mendukung Toilet Training


1. Kesiapan Fisik
-Usia telah mencapai 18-24 bulan.
-Dapat jongkok kurang dari 2 jam.
-Mempunyai kemampuan motorik kasar. Seperti duduk
dan berjalan.
-Mempunyai kemampuan motorik halus. Seperti
membuka celana dan pakaian.
Next . . .

2. Kesiapan Mental
-Mengenal rasa ingin berkemih dan devekasi.
-Komunikasi secara verbal dan nonverbal jikamerasa ingin
berkemih.
-Keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan meniru
perilaku orang lain.
3. Kesiapan Psikologis
-Dapat jongkok dan berdiri ditoilet selama 5-10 menit
tanpa berdiri dulu.
-Mempunyai rasa ingin tahu dan penasarsan terhadap
kebiasaan orang dewasa dalam BAK dan BAB.
-Merasa tidak betah dengan kondisi basah dan
adanya benda padat dicelana dan ingin segera
diganti.
Next . . .

4. Kesiapan Anak
-Mengenal tingkat kesiapan anak untuk
berkemih dan devekasi.
-Ada keinginan untuk meluangkan waktu
untuk latihan berkemih dan devekasi pada
anaknya.
-Tidak mengalami koflik tertentu atau
stress keluarga yang berarti (Perceraian).
INTERVENSI

Dampak paling umum dalam kegagalan toilet


training seperti adanya perlakuan atau aturan
yang ketat bagi orang tua kepada anaknya
yang dapat mengganggu kepribadian anak atau
cenderung bersifat retentif dimana anak
cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir.
Usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan
intruksi pada anak dengan kata-kata sebelum dan
Teknik Lisan
sesudah buang air kecil dan buang air besar.

Usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air kecil


dan buang air besar dengan cara memberikan contoh dan
anak menirukannya.
Teknik Modeling
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama Toilet Training

 Hindari pemakain popok sekali pakai.


 Ajari anak mengucapkan kata-kata yang
berhubungan dengan buang air kecil dan
buang air besar.
 Motivasi anak untuk melakukan rutinitas

ke kamar mandi seperti cuci tangan dan


kaki sebelum tidur dan cuci muka disaat
bangun tidur.
 Jangan marah bila anak dalam melakukan
Anticipatory Guidance
INTERVENSI

Anticipatory Guidance merupakan petunjuk-petunjuk


yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua
dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara
bijaksana, sehingga anak dapat bertumbuh dan
berkembang secara normal.
Memberitahukan/upaya bimbingan kepada orang
tua tentang tahapan perkembangan sehingga orang tua
sadar akan apa yang terjadi dan dapat memenuhi
kebutuhan sesuai dengan usia anak.
INTERVENSI
1. Anticipatory Guidance Pada Masa Bayi (0-12 Bulan)

A. Usia 6 (enam) bulan pertama


Memahami adanya proses penyesuaian antara orang tua dengan bayinya, terutama pada ibu
yang membutuhkan bimbingan/asuhan pada masa setelah melahirkan.
Membantu orang tua untuk memahami bayinya sebagai individu yang mempunyai kebutuhan
dan untuk memahami bagaimana bayi mengekspresikan apa yang diinginkan melalui tangisan.
Menentramkan orang tua bahwa bayinya tidak akan menjadi manja dengan adanya perhatian
yang penuh selama 4-6 bulan pertama.
Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal kebutuhan bayi dan orang tuanya.
Menyiapkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan kesehatan bagi bayi misalnya
imunisasi.
Menyiapkan orang tua untuk mengenalkan dan memberikan makanan padat.
Next . . .
B. Usia 6 (enam) bulan kedua
Menyiapkan orang tua akan danya ketakutan bayi terhadap orang yang belum dikenal
(stranger anxiety).
Menganjurkan orang tua untuk mengizinkan anaknya dekat dengan ayah dan ibunya serta
menghindarkan perpisahan yang terlalu lama dengan anak tersebut.
Membimbing orang tua untuk mengetahui disiplin sehubungan dengan semakin
meningkatnya mobilitas (pergerakan si bayi).
Menganjurkan untuk mengguanakan suara yang negative dan kontak mata daripada hukuman
badan sebagai suatu disiplin. Apabila tidak berhasil, gunakan 1 pukulan pada kaki atau
tangannya.
Menganjurkan orang tua untuk memberikan lebih banyak perhatian ketika bayinya berkelakuan
baik dari pada ketika ia menangis.
Mengajrkan mengenai pencegahan kecelakaan karena ketrampilan motorik dan rasa ingin tahu
bayi meningkat.
Menganjurkan orang tua untuk meninggalkan bayinya beberapa saat dengan pengganti ibu
yang menyusui.
Mendiskusikan mengenai kesiapan untuk penyapihan.
Menggali perasaan ornag tua sehubungan dengan pola tidur bayinya.
Next . . .

2. Anticipatory Guidance Pada Masa Toddler (1-3 Tahun)


A. Usia 12-18 bulan
Menyiapkan orang tua untuk antisipasi adanya perubahan tingkah laku dari toodler terutama
negativism.
Mengkaji kebiasaan makan dan secara bertahap penyapihan dari botol serta peningkatan
asupan makanan padat.
Menyediakan makanan selingan antara 2 waktu makan dengan rasa yang disukai.
Mengkaji pola tidur malam, kebiasaan memakai botol yang merupakan penyebab utama gigi
berlubang.
Mencegah bahaya yang dapat terjadi di rumah.
Perlu ketentuan-ketentuan/disiplin dengan lembut untuk meminimalkan negativism,
tempertantrum serta penekanan akan kebutuhan yang positif dan disiplin yang sesuai.
Perlunya mainan yang dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak.
Next . . .

2. Anticipatory Guidance Pada Masa Toddler (1-3 Tahun)


B. Usia 18-24 bulan
Menekankan pentingnya persahabatan dalam bermain.
Menggali kebutuhan untuk menyiapkan kehadiran adik baru.
Menekankan kebutuhan akan pengawasan terhadap kesehatan gigi dan kebiasaan-kebiasaan
pencetus gigi berlubang.
Mendiskusikan metode disiplin yang ada.
Mendiskusikan kesiapan psikis dan fisik anak untuk toilet training.
Mendiskusikan berkembangnya rasa takut anak.
Menyiapkan orang tua akan adanya tanda regresi pada waktu mengalami stress.
Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah dengan orang tua.
Memberi kesempatan orang tua untuk mengekspresikan kelelahan, frustasi dan kejengkelan
dalam merawat anak usia toodler.
Next . . .

2. Anticipatory Guidance Pada Masa Toddler (1-3 Tahun)

C. Usia 24-36 bulan


Mendiskusikan pentingnya meniru dan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam kegiatan.
Mendiskusikan pendekatan yang dilakuakan dalm toilet training.
Menekankan keunikan dari proses berfikir toodler terutama untuk bahasa yang diungkapkan.
Menekankan disiplin harus tetap terstruktur dengan benar dan nyata, hindari kebingungan dan
salah pengertian.
Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau play group.
Next . . .

3. Anticipatory Guidance Pada Masa Preschool (3-5 Tahun)

A. Usia 3 tahun
Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas.
Menekankan pentingnya batas-batas / peraturan-peraturan.
Mengantisipasi perubahan perilaku agresif.
Menganjurkan orang tua menawarkan anaknya alternative-alternatif pilihan pada saat anak
bimbang.
Perlunya perhatian ekstra
Next . . .
B. Usia 4 tahun
Menyiapkan orang tua terhadap perilaku anak yang agresif, termasuk aktifitas motorik dan
bahasa yang mengejutkan.
Menyiapkan orang tua menghadapi perlawanan anak terhadap kekuasaan orang tua.
Kaji perasaan orang tua sehubungan dengan tingkah laku anak.
Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama, seperti menempatkan anak
pad ataman kanak-kanak selama setengah hari.
Menyiapkan orang tua untuk menghadapi meningkatnya rasa ingin tahu seksual pada anak.
Menekankan pentingnya batas-batas yang realistic dari tingkah laku.
Mendiskusikan disiplin.
Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan imajinasi di usia 4 tahun, dimana anak mengikuti
kata hatinya dalam “ketinggian bicaranya” (bedakan dengan kebohongan) dan kemahiran anak
dalam permainan yang membutuhkan imajinasi.
Menyarankan pelajaran berenang.
Menjelaskan perasaan-perasaan Oedipus dan reaksi-reaksinya. Anak laki-laki biasanya lebih
dekat dengan ibunya dan anak perempuan dengan ayahnya. Oleh karena itu, anak perlu
dibiasakan tidur terpisah dengan orang tuanya.
Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi buruk anak dan menganjurkan mereka agar
tidak lupa untuk membangunkan anak dari mimpi yang menakutkan.
Next . . .

C. Usia 5 tahun
Memberikan pengertian bahwa usia 5 tahun merupakan periode yang relative lebih tenang
dibandingkan masa sebelumnya.
Menyiapkan dan membantu anak memasuki lingkungan sekolah.
Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum masuk sekolah.
Meyakinkan bahwa usia tersebut adalah periode tenang pada anak.
Next . . .

4. Anticipatory Guidance Pada Masa Usia Sekolah (6-12 Tahun)


A. Usia 6 tahun
 Bantu orang tua memahami kebutuhan mendorong anak berinteraksi dengan teman.
 Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama naik sepeda.
 Siapkan orang tua akan peningkatan interst anak ke luar rumah.
 Dorong orang tua untuk respek terhadap kebutuhan anak akan privacy dan menyiapkan
kamar tidur yang berbeda.
B. Usia 7-10 tahun
Menakankan untuk mendorong kebutuhan akan kemandirian.
Tertarik beraktifitas diluar rumah.
Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita pubertas.
C. Usia 11-12 tahun
Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan tubuh pubertas.
Anak wanita pertumbuhan cepat.
Sex education yang adekuat dan informasi yang adekuat.
INTERVENSI
Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kecelakaan :

 Jenis kelamin, biasanya lebih banyak pada laki-laki


karena lebih aktif di rumah.
 Usia, pada kemampuan fisik dan kognitif, semakin
besar akan semakin tahu mana yang bahaya.
 Lingkungan, adanya penjaga atau pengasuh
Cara Pencegahan :
 Pemahaman tingkat perkembangan dan
tingkahlaku anak.
 Kualitas asuhan meningkat.

 Lingkungan aman.
INTERVENSI
Bahaya umum yang harus diperhatikan ortu:

 Lantai rumah yang basah atau licin


 Rumah dengan tangga yang curam 7 tidak ada pegangan
 Alat makan dari bahan pecah belah
 Penyimpanan zat berbahaya yang terbuka & dapat dijangkau anak
 Adanya sumur yang terbuka
 Adanya parit di depan/samping rumah
 Rumah yang letaknya di pinggir jalan raya
 Kompor/alat memasak yang dijangkau anak
 Kabel listrik yang berantakan
 Stop kontak yang tidak tertutup
Upaya yang dapat dilakukan ortu di rumah:

 Benda tajam disimpan di tempat yang aman


 Benda kecil disimpan dalam laci yang tertutup
 Zat yang berbahaya disimpan dalam almari terkunci
 Amankan kompor dan berikan penutup yang aman
 Jaga lantai rumah selalu bersih dan kering
 Apabila ada tangga, pasang pintu di bagian bawah atau atas tangga
 Sekring listrik harus tertutup
 Apabila ada parit, tutup dengan papan atau semen
 Bagi yang rumahnya di tepi jalan raya, sebaiknya da pintu pagar yang
tertutup rapat
 Apabila ada sumur, tutup sehingga tidak bisa dibuka anak
 Bila bayi tidur, berikan p[engaman di pinggir tempat tidur
Pencegahan Terhadap Kecelakaan

1. Masa Bayi
Jenis kecelakaan : Aspirasi benda, jatuh, luka baker,
keracunan, kurang O2.
Pencegahan
 Aspirasi : bedak, kancing, permen (hati-hati).

 Kurang O2 : plastic, sarung bantal.

 Jatuh : tempat tidur ditutup, pengaman (restraint),


tidak pakai kursi tinggi.
 Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai.

 Keracunan : simpan bahan toxic dilemari


2. Masa Toddler
Jenis kecelakaan :
 Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda.
 Tenggelam.
 Keracunan atau terbakar.
 Tertabrak karena lari mengejar bola/balon
 Aspirasi dan asfiksia.
Pencegahan :
 Awasi jika dekat sumber air.
 Ajarkan berenang.
 Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak dan strika.
 Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari.
 Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan.
 Cek air mandi sebelum dipakai.
 Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang aman.
 Jangan biarkan kabel listrik menggantung mudah ditarik.
 Hindari makan ikan yang ada tulang dan makan permen yang keras.
 Awasi pada saat memanjat, lari, lompat karena sense of balance.
Next . . .

3. Pra Sekolah
Kecelakaan terjadi karena anak kurang menyadari potensial
bahaya : obyek panas, benda tajam, akibat naik sepeda misalnya
main di jalan, lari mengambil bola/layangan, menyeberang jalan.
Pencegahan ada 2 cara ;
-Mengontrol lingkungan.
-Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial
bahaya.
-Jauhkan korek api dari jangkauan.
-Mengamankan tempat-tempat yang secara potensial dapat
membahayakan anak.
-Mendidik anak : Cara menyeberang jalan, arti rambu-rambu
lalulintas, cara mengendarai peran orang tua = perlu
belajar mengontrolàsepeda yang aman lingkungan.
Next . . .

4.Usia Sekolah
a. Anak sudah berpikir sebelum bertindak.
b. Aktif dalam kegiatan : mengendarai sepeda,
mendaki gunung, berenang.
c. Perawat mengajarkan keamanan:
-Aturan lalu-lintas bagi pengendara sepeda.
-Aturan yang aman dalam berenang
-Mengawasi pada saat anak
menggunakan alat berbahaya : gergaji, alat listrik.
-Mengajarkan agar tidak menggunakan alat yang
bisa meledak/terbakar.
Next . . .

5. Remaja
a. Penggunaan kendaraan bermotor bila jatuh dapat :
fraktur, luka pada kepala.
b. Kecelakaan karena olah raga.
Pencegahan:
-Perlu petunjuk dalam penggunaan kendaraan bermotor
sebelumnya ada negosiasi antara orang tua dengan
remaja.
-Menggunakan alat pengaman yang sesuai.
-Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum melakukan
olah raga.
INTERVENSI :

Prinsip pendidikan kesehatan:


 Diberikan berdasarkan kebutuhan spesifik klien
 Pendidikan kesehatan yang diberikan harus bersifat menyeluruh
 Hanya terjadi interaksi timbal balik antara perawat dan orang tua
 Pendidikan kesehatan diberikan dengan mempertimbangkan usia klien
yang menerimanya.
 Proses pendidikan kesdehatan harus memperhatikan prinsip belajar dan
mengajar.
 Perubahan perilaku pada orang tua menjadi tujuan utama pendidikan
kesehatan yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai