Persatuan Tunanetra Indonesia/ Pertuni (2004) mendefinisikan ketunanetraan, orang tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan, tetapi tidak mampu memnggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kacamata. 1. Definisi legal Digunakan pada profesi Medis untuk menentukan apakah seseorang berhak memperoleh akses keuntungan tertentu seperti : asuransi tertentu, bebas bea transportasi dan untuk menentukan perangkat alat bantu yang sesuai dengan kebutuhannya. Ada 2 aspek yang diukur : a. ketajaman penglihatan b. medan pandang Cara yang paling umum untuk mengukur ketajaman mata dengan Kartu Snelen yg terdiri dari huruf huruf atau angka angka yang tersusun berbaris berdasarkan ukuran besarnya. Klasifikasi ketajaman penglihatan menurutWHO: Mata normal : 6/6 hingga 6/18 Mata kurang awas: <6/18 hingga >3/60 Buta : <3/60 2. Definisi Edukasional Secara edukasional, seseorang dikatakan tunanetra apabila untuk kegiatan pembelajarannya dia memerlukan alat bantu khusus, metode khusus atau teknik tertentu sehingga dia dapat belajar. B. Penyebab Terjadinya Kebutaan 1. Albinisme 2. Amblyopia 3. Buta warna 4. Cedera atau radiasi 5. Defisiensi Vitamin A 6. Glaukoma 7. Katarak 8. Kelainan dan bawaan 9. Myopia 10. Nistagmus 11. Opthalmia Neonatorium 12. Penyakit Kornes dan pencakokan mata 13. Retinitas Pigmentosa 14. Retinopati Diabetika 15. Retinopathy of Prematurity 16. Sobeknya dan lepasnya retina 17. Strabismus 18. Trakhoma 19. Tumor 20. Uveitis C. Pencegahan Terjadinya Ketunanetraan
Dikenal dengan “perang modern” melawan penyebab
ketunanetraan yaitu prophylaxis, imunisasi, perwatan kehamilan yang tepat, perawatan neonatal, perbaikan gizi, pendidikan masyarakat, penyuluhan genetik, ketentuan-ketentuan yang mengatur produksi dan pengedaran barang yang berbahaya, deteksi dan intervensi dini, serta meningkatkan hiegene dan perawatan kesehatan. Dampak Ketunanetraan terhadap kehidupan Seorang Individu Ada 2 mispersepsi dalam masyarakat Bila orang kehilangan penglihatan maka hilang pula semua persepsinya, membayangkangkan betapa sulitnya kehidupan tanpa penglihatan Secara otomatis orang tunanetra akan mengembangkan indra ke 6 untuk menggantikan fungsi indra penglihatan Kenyataannya : tidak ada indra ke enam sebagaimana yang di persepsikan masyarakat awam. Orang tunanetra dapat belajar menggunakan indra-indra lain dengan cara yang berbedadari yang digunakan oleh orang awas A. PROSES PENGINDRAAN Organ pengindraan berfungsi memperoleh informasi dari lingkungan dan mengirimkan ke otak untuk di proses, disimpan dan ditindaklanjuti Informasi visiual seperti warna dan citra bentuk diperoleh melalui mata Informasi auditer berupa bunyi atau suara diperoleh melalui telinga Informasi taktual seperti halus/kasar diperoleh melalui permukaan kulit Kulit ujung-ujung jari merupakan akses informasi taktual yang paling peka, maka indra ini disebut indra peraba Hidung untuk pengindra informasi bau, lidah untuk informasi rasa B . LATIHAN KETRAMPILAN PENGINDRAAN Indra Pendengaran, Melalui latihan terus menerus pendengaran akan menjadi peka terhadap bunyi-bunyi yang timbul. Indra Perabaan. Banyak informasi yang didapat dari ujung-ujung jari kita, tapi kita tidak membutuhkannya karena kita mengandalkan mata kita Indra penciuman dapat membantu mengenali lingkungan sekitar Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai tunanetra masih mempunyai sisa penglihatan dengan tingkat yang bervariasi. Kebanyakkan orang low vision dapat merespon secara baik terhadap warna-warna kontras, dan mereka harus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya Cara Membantu Seorang Tunanetra Kontak pertama : sentuhlah pungung tangan kita ke punggung tangannya. Maksudnya agar orang tunanetra tersebut dapat mengetahui dengan pasti bagian lengan kita yang harus dipegangnya sebagai tumpuan tuntunan Cara memegang : yang memegang adalah orang tunanetra itu Posisi pegangan : lengan kita harus lemas, siku membentuk 90 derajat Jalan sempit : tariklah tangan kita kearah belakang punggung kita. Dia akan merespon dengan meluruskan lengannya sehingga akan berjalan satu langkah di belakang kita Membuka dan menutup pintu: Kita yang membuka pintu dia yang menutup pintunya Melewati tangga : posisi kita harus ada satu anak tangga di depannya Melangkahi lubang : kita harus katakan akan melangkahi luban. Berhenti sejenak sebelum melangkah dan kita harus melangkah lebih dulu Duduk di kursi : untuk mempersilahkan duduk, rabakanlah tangannya ke sandaran tangan kursi, maka ia akan mencari sendiri tempat duduknya Naik kedalam mobil : Bila mobil tertutup, rabakanlah tangannya ke handel pintu. Bila pintu mobil terbuka, rabakanlah tangannya ke tepi atau atap mobil Pendidikan bagi siswa tunanetra di sekolah umum 1. Kebutuhan khusus pendidikan siswa tunanetra: a. Perlu mendapat intervensi efektif agar perkembangan sosial emosi dan akademiknya optimal b. Berikan cara belajar melalui media alternatif menggunakan indera lain c. Memerlukan pengajaran individual d. Membutuhkan ketrampilankhusus serta buku materi dan peralatan khusus e. Terbebas dalam memperoleh info melalui belajar secara insidental. Evaluasi Pembelajaran bagi Tunanetra 1. Tunanetra tergolong buta hendaknya soal dalam bentuk huruf Braille, yang low vision ukuran huruf sesuai kemampuan. 2. Bersifat obyektif dala mengevaluasi pencapaan prestasi belajar. Tidak memberi nilai berlebihan karena kasihan. 3. Waktu pelaksanaan tes sebaiknya lebih lama daripada siswa normal.