Anda di halaman 1dari 23

Paket Kebijakan Ekonomi

Tahap ( Xv )
PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING
PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL
Nama kelompok
● D1091161012 Etha Fitri Oktaviani
● D1091161014 Nurfidya Assyifa
● D1091161023 Tita Khairiyah
● D1091161031 Meithree Rury Vanesha
● D1091161033 Bue Goar Nabibi
● D1091161035 Juniar Doni Pratama
Latar belakang
Sistem Logistik Nasional memiliki peran strategis dalam menyelaraskan kemajuan antar sektor ekonomi
dan antar wilayah demi terwujudnya sistem pertumbuhan ekonomi yang inklusif
Namun saat ini kinerja Sistem Logistik Nasional masih belum optimal. salah satu kebijakan yang
diambil pemerintah adalah melakukan pengembangan usaha dan daya saing penyedia jasa logistik
nasional dalam Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) adalah :
1. Pemberian Kesempatan Meningkatkan Peran dan Skala Usaha, dengan kebijakan yang memberikan
peluang bisnis untuk angkutan dan asuransi nasional dalam mengangkut barang ekspor impor, serta
meningkatkan usaha galangan kapal/pemeliharaan kapal di dalam negeri

2.Kemudahan Berusaha dan Pengurangan Beban Biaya bagi Usaha Penyedia Jasa Logistik Nasional
Posisi Indonesia Ditinjau dari Kinerja Logistik tahun 2014
Tujuan
Untuk mengetahi mengatahui
gambaran umum Paket Kebijakan
Ekonomi (Tahap XV)

Untuk mengatahi kelebihan dan


kekurangan paket kebijakan ekonomi
(Tahap XV)

Untuk mengetahui pokok


permasalahannya di kebijakan ekonomi
(Tahap XV)
Gambaran umum
KEBIJAKAN EKONOMI PAKET ( XV )

Merupakan suatu kebijakan yang memberikan kesempatan


meningkatkan peran dan skala usaha, dengan kebijakan yang
memberikan peluang bisnis untuk angkutan dan asuransi
nasional dalam mengangkut barang ekspor impor, serta
meningkatkan usaha galangan kapal/pemeliharaan kapal di
dalam negeri dan suatu Kemudahan Berusaha dan
Pengurangan Beban Biaya bagi Usaha Penyedia Jasa Logistik
Nasional
FOKUS EKONOMI PAKET ( XV )

Kebijakan XV difokuskan pada Perbaikan Sistem Logistik


Nasional, dalam bentuk dukungan pengembangan usaha,
penurunan biaya dan peningkatan daya saing logistik nasional.
Sasaran kebijakan Menurunkan biaya angkutan barang
melalui udara
Asean
ASEAN

Indonesia
Jarak - Mode Transportasi Infrastruktur - Perizinan

Dari informasi yang dikutip melalui laman Kementerian Koordinator Bidang


Perekonomian, porsi biaya logistik menyumbang sekitar 40% dari harga ritel
barang, di mana 72% komponen terbesar dari logistik adalah ongkos
transportasi.
Indonesian Logistics Market
Size and Growth Cargo

Persentasi Data Transportasi Pada


22 Mei 2017
Indonesia National Single Window (INSW)
Mengawasi kegiatan ekspor impor yang berpotensi sebagai illegal trading, dan
membangun single risk management untuk kelancaran arus barang dan
penurunan dwelling time. INSW juga akan menjadi competent authority
dalam integrasi ASEAN Single Window dan pengamanan pelaksanaan FTA.

Tim Tata Niaga Ekspor-Impor


Mengurangi LARTAS dari 49% menjadi sekitar 19% atau mendekati rata-rata
non tariff barrier negara-negara ASEAN sebesar 17%.
Kelebihan
● Regulasi kebijakan berdampak meringankan pengusaha pelayaran.
● Dapat membangun konektivitas ekonomi desa-kota dengan adanya
SISLOGDA
● Penyederhanaan alur ekspor-impor dengan INSW
● Mencegah sektor logistik nasional agar tak lagi dikuasai oleh
perusahaan asing
Kekurangan
● Tantangan keharmonisasian data antar instansi dalam pelaksanaan INSW
● Kebijakan tertentu menghambat proses pemeriksaan kelengkapan dokumen
secara otomatis di portal INSW
● Paket kebijakan dinilai tidak siap
● Kebijakan tentang menghilangkan persyaratan perizinan pengangkutan
barang meningkatkan kemungkinan penyelewengan dalam kegiatan
ekspor impor
● Kebijakan lebih berbasis pada penguatan sektor penawaran dari pada
sektor permintaan
Komoditas penggerak utama
Pelaku dan penyedia jasa logistik
(key commodity factor)belum
masih berdaya saing rendah
terkoordinasi secara efektif

Regulasi dan Kebijakan masih


Pokok SDM logistik masih memiliki
bersifat parsial dan sektoral Permasalahan kompetensi rendah
Logistik Nasional

Teknologi informasi dan


Infrastruktur transportasi belum
komunikasi belum didukung oleh
memadai baik dari segi kuantitas
ketersediaan infrastruktur dan
maupun kualitas
jaringan yang handal
Dampak Kebijakan Dalam Menghadapi Perekonomian Global
Tujuan paket kebijakan
untuk memperkuat
kelembagaan INSW,
membuat sasaran untuk
meningkatkan daya saing
nasional dan memfasilitasi
perdagangan dalam rangka
menghadapi persaingan
global.
Meningkatkan investasi
yang dapat mendorong
perekonomian lokal, untuk
mempersiapkan Indonesia
untuk menhadapai
tantangan eksternal.
Studi Kasus
“RANTAI PASOK SAPI POTONG DIINDONESIA”
PERMASALAHAN
Harga daging sapi mahal

Fluktuasi harga daging sapi

Peternak kurang bergairah karena harga pakan mahal


FENOMENA PERMASALAHAN Biaya pengiriman sapi potong lokal lebih mahal dari impor

Ketidakseimbangan pasokan dan permintaa

Mengapa Program Sasa (Sapi-Sawit) gagal

Data produksi dan penyaluran semen/embrio

Jumlah sapi 14 juta; mengapa masih impor


SALURAN DISTRIBUSI SAPIPOTONG
Ilustrasi PerbandinganTransportasi
TRANSPORTASI SAPI IMPOR

TRANSPORTASI SAPI LOKAL


Dampak Transportasi
• Transportasi ternak lokal antar daerah dan antar Simulasi kerugian susut bobot badan akibat transportasi.
pulau dikelola secara tradisional. • Apabila volume sapi yang ditransportasikan dari
daerah produksi ke konsumsi sebanyak 500.000 ekor,
– Transportasi ternak impor, sejak tiba dipelabuhan BB rata-rata 300 kg.
bongkar, diangkut ke feedlot; kemudian dari feedlot • Susut akibat penanganan transportasi diasumsikan
dibawa ke RPH untuk disembelih; sudah mulai 8.75% (kisaran 5.5-12%), berapa kerugian dalam
setahun?
memperhatikan kaidah-kaidah kesejahteraan hewan
• Susut 8.75% x 300 kg x 500.000 = 13.125.000 kg.
dalam proses transportasinya, sejak Agustus 2011
• Harga sapi (tahun 2012) = Rp27.500/kg bobot hidup
• Mutu sarana transportasi ternak yang buruk menimbulkan
Kerugian/tahun = Rp361 MILYAR…!!!
kerugian yang besar, akibat susutnya bobot badan ternak
selama perjalanan.
– Kesejahteraan hewan (animal welfare)
– Ekonomi : adanya kerugian produksi (dehidrasi, luka,
mutu daging, dll)
kesimpulan
● Sistem Logistik Nasional tidak terintegrasi untuk mendukung
terwujudnya peranan seperti halnya dalam Perpres no 26 tahun 2012.
● Indikator utamanya adalah Kondisi geografis Indonesia dan jumlah
penduduk yang besar.
● Mengoptimalkan sistem logistik nasional.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai