Anda di halaman 1dari 47

MEKANISME INFLAMASI

Dr.nila kusuma wardhani


Definisi inflamasi
• Peradangan adalah reaksi jaringan terhadap
kerusakan yang cukup untuk menyebabkan
kematian jaringan.
• Inflamasi adalah reaksi kompleks terhadap
agen/bahan yang merugikan misalnya mikroba
dan sel yang rusak (biasanya nekrosis), yang
berupa respon vaskuler, migrasi dan aktivasi
leukosit serta reaksi sitemik.
• Gambaran umum inflamasi adalah reaksi
pembuluh darah, yang menyebabkan
akumulasi cairan dan leukosit di jaringan
ekstravaskuler. Respon inflamasi berkaitan
erat dengan proses perbaikan.
Gejalanya
• Gejala radang utama diantaranya adalah
• Rasa nyeri (dolor) disebabkan oleh zat-
zatmediator inflamasi seperti histamin dan
adanya tekanan tehadap jaringan oleh
eksudat.
• Kemerahan (rubor) , terjadi karena adanya
peningkatan sirkulasi darah di daerah radang
dan vasodilatasi dari kapiler
• Panas (calor) terjadi akibat peningkatan
sirkulasi darah di daerah radang
• Pembengkakan (tumor) disebabkan oleh
adanya eksudat di jaringan daerah radang
• Funciolensa gangguan pada fungsi tubuh
normal (Boden 2005).
BERGUNA TIDAK INFALAMASI BAGI
TUBUH ??
• Inflamasi berfungsi menghancurkan,
mengencerkan atau membatasi agen yang
merugikan dan memicu terjadinya
serangkaian proses yang mencoba untuk
memulihkan dan mengantikan jaringan yang
rusak.
PENYEBAB INFLAMASI
• keberadaan benda asing di dalam jaringan dan
kerusakan jaringan yang disebabkan oleh agen
infeksi, trauma fisik, radiasi, racun (kimia,
biologi, organik), respon imun, alergi, serta
suhu yang ekstrim
Apa yang terjadi dalam tubuh kita ?
• agen penyebab radang dan kerusakan jaringan
yang terjadi tersebut akan dilokalisasi dan
dieliminasi dengan berbagai cara, diantaranya
adalah melalui fagositosis oleh leukosit
• Kondisi ini akan menyebabkan persembuhan
jaringan yang rusak di lokasi radang.
• Apabila terjadi kelambanan atau
ketidakmampuan proses eliminasi agen
penyebab radang tersebut, maka akan
menyebabkan peradangan menjadi berlanjut
dan persembuhan akan terhambat.
MEKANISME PERADANGAN
• Aktifitas peradangan yang diselenggarakan
oleh mediator inflamasi dimulai dengan
dilatasi pembuluh darah arterial dan
pembuluh darah kapiler setempat untuk
menciptakan kondisi hiperemi.
• Setelah itu, akan terjadi kontraksi endotel
dinding kapiler yang dapat meningkatkan
permeabilitas vaskuler, sehingga akan
terbentuk eksudat serous di interstisium
daerah yang mengalami peradangan.
• pembuluh darah kapiler yang sehat
mempunyai permeabilitas yang terbatas, yaitu
dapat dilalui oleh cairan dan larutan garam,
tetapi sulit untuk dilalui larutan protein yang
berupa koloid.
• Apabila pembuluh darah kapiler cedera akibat
peradangan, maka dinding pembuluh darah
kapiler menjadi lebih permeabel dan akan
lebih mudah dilalui oleh larutan protein yang
berupa koloid.
• Peningkatan permeabilitas tersebut
menyebabkan peningkatan jumlah cairan yang
keluar dari pembuluh darah kapiler.
• Cairan tersebut akan mengisi jaringan sekitar
radang dan menyebabkan edema, sehingga
akan terlihat gejala radang
yaitu pembengkakan
• Larutan protein (koloid) dapat dengan mudah
keluar melalui dinding pembuluh darah kapiler
yang cedera/rusak tersebut. Molekul protein
awal yang keluar dari pembuluh darah adalah
albumin, kemudian diikuti oleh molekul-
molekul protein yang lebih besar (globulin dan
fibrinogen). Kondisi ini menyebabkan cairan
edema mempunyai kadar protein yang tinggi
• Kadar protein yang tinggi dalam plasma di
jaringan tersebut akan mengakibatkan
peningkatan tekanan osmotik dalam jaringan,
sehingga menghalangi cairan plasma tersebut
masuk ke dalam pembuluh darah kapiler.
• Selain itu, terjadi perubahan pengaliran sel-sel
darah putih di dalam pembuluh darah di
daerah yang mengalami radang
• Apabila dalam kondisi normal, maka sel-sel
darah putih akan mengalir di tengah arus.
Sedangkan pada kondisi radang, sel-sel darah
putih akan mengalami marginasi (mengalir
mendekati dinding endotel). Sel-sel darah
putih tersebut berperan dalam fagositosis
agen penyebab radang, menghancurkan sel
dan jaringan nekrotik, serta antigen asing.
• Kondisi radang akan terjadi aktifitas
pengiriman sel-sel darah putih dari lumen
pembuluh darah ke daerah yang mengalami
radang atau ke lokasi yang mengalami
kerusakan jaringan. Tahapan dalam
pengiriman sel-sel darah putih tersebut
diantaranya adalah :
• Sel-sel darah putih mengalir mendekati
endotel pembuluh darah (marginasi).
• Sel-sel darah putih mendarat pada dinding
endotel pembuluh darah dengan cara
menggelinding di sepanjang endotel (rolling).
• Sel-sel darah putih berhenti dengan melekat
pada reseptor di permukaan endotel (adhesi).
• Sel-sel darah putih mengalami ekstravasasi
/emigrasi (keluar dari dalam pembuluh darah)
dengan cara menembus dinding endotel dan
membran basal di bawah endotel. Keluarnya
• sel-sel darah putih terjadi secara diapedesis
(melewati celah diantara endotel).
• Sel-sel darah putih bermigrasi di jaringan
interstisium, menuju ke pusat inflamasi karena
adanya stimulus kemotaktik.
• Mekanisme migrasi sel-sel darah putih keluar
dari pembuluh darah dan menuju ke pusat
inflamasi disebabkan oleh adanya bahan
kemotaktik (mediator inflamasi, jaringan
nekrotik, infeksi oleh mikroba, dan benda
asing).
• Sel-sel darah putih (leukosit) yang berada di
interstitium daerah radang akan bertindak
sebagai sel-sel radang.
• kemotaktik adalah pergerakan menuju arah
tertentu yang disebabkan oleh zat-zat kimia.
Kemotaktik menyebabkan leukosit bergerak
langsung menuju ke jaringan yang
cedera/rusak.
• Sel-sel darah putih terutama tertarik oleh zat-
zat yang dilepaskan oleh bakteri (agen infeksi)
dan zat-zat yang dilepaskan oleh jaringan yang
cedera.
• Kemotaksis menyebabkan sel-sel darah putih
menuju ke agen infeksi, sehingga akan terjadi
fagositosis.
• Mediator inflamasi yang terbentuk
mempunyai kemampuan dalam meningkatkan
potensi (aktivasi) sel-sel di daerah radang (sel
radang, sel endotel, dan sel fibroblast).
• Mediator inflamasi pada umumnya terdapat
dalam bentuk inaktif di berbagai sel dan
plasma darah.
• Mediator inflamasi tersebut akan diaktifkan
oleh adanya stimulus respon peradangan,
diantaranya adalah nekrosa sejumlah sel atau
adanya agen asing di dalam jaringan tubuh.
• Mediator inflamasi pada umumnya terdapat
dalam bentuk inaktif di berbagai sel dan
plasma darah. Mediator inflamasi tersebut
akan diaktifkan oleh adanya stimulus respon
peradangan, diantaranya adalah nekrosa
sejumlah sel atau adanya agen asing di dalam
jaringan tubuh.
• Mediator inflamasi pada umumnya terdapat
dalam bentuk inaktif di berbagai sel dan
plasma darah. Mediator inflamasi tersebut
akan diaktifkan oleh adanya stimulus respon
peradangan, diantaranya adalah nekrosa
sejumlah sel atau adanya agen asing di dalam
jaringan tubuh.
• Beberapa mediator inflamasi yang sudah
diinaktifasi akan menjadi aktifator bagi
mediator inflamasi lainnya yang masih inaktif.
Sel yang ikut berperan dalam menghasilkan
mediator inflamasi pada umumnya terdapat di
daerah respon radang, sel-sel tersebut
diantaranya adalah sel mast, leukosit, endotel,
thrombosit, dan fibroblast
• Selain itu, komponen interstitium yang juga
berperan dalam menghsilkan mediator
inflamasi diantaranya adalah cairan jaringan,
serabut kolagen, dan membran basal.
• beberapa mediator inflamasi lokal yang
penting diantaranya adalah kinin, komplemen,
dan produk penggumpal darah yang
dihasilkan oleh protein plasma, serta histamin,
eikosanoid, dan platelet-activating factor yang
dihasilkan oleh sel mast.
• Selain itu, mediator inflamasi lain diantaranya
adalah monokin (interleukin 1 dan tumor
necrosis factor) yang dihasilkan oleh monosit
dan makrofag serta enzim lisosom yang
dihasilkan oleh makrofag dan neutrofil.
• Histamin merupakan mediator inflamasi yang
dihasilkan oleh sel mast jaringan ikat yang
terletak di tepi vaskuler, basofil darah, dan
thrombosit.
• Histamin mempunyai daya kerja memperluas
(vasodilatasi) mikrovaskuler (arteriol kapiler)
di daerah radang dan membuat lapisan
endotel vaskuler menjadi kontraktif sehingga
meninggalkan celah (peningkatan
permeabilitas vaskuler).
• komplemen terdiri dari 20 komponen protein
sebagai bagian dari plasma darah normal.
Apabila terjadi stimulasi pada komplemen,
maka komplemen akan membentuk
komponen-komponen aktif, misalnya adalah
C3a, C5a, C3b, dan C5-9. C3a dan C5a
berperan sebagai stimulus pelepas histamin
dari sel mast
• C3b berperan sebagai opsonin bakteri
sehingga lebih mudah difagositasi oleh
makrofag dan neutrofil.
• C5a berperan sebagai aktivator pelepas
mediator inflamasi dari neutrofil dan
makrofag, menstimulasi adhesi leukosit pada
endotel, serta bersifat kemotaktik terhadap
leukosit.
• C5-9 berperan sebagai kompleks pelisis
membran dengan cara melekat terlebih
dahulu pada membran hidrofobik sel target
(membran bakteri).
• Aktifasi sistem komplemen dapat dimulai
dengan perlekatan antara komplemen C1
dengan IgM dan IgG pada kompleks antigen-
antibodi.
• Selain itu, aktifasi sistem komplemen juga
dapat dimulai dari komplemen C3 akibat
kontak dengan permukaan mikroba,
endotoksin, kompleks polisakarida, dan enzim
lisosom produk neutrofil yang keluar ketika
terjadi proses fagositosis.
• Sebagian besar komplemen dibentuk oleh
hepatosit hati dan merupakan protein plasma
darah. Jumlah komplemen akan mengalami
peningkatan ketika terjadi proses peradangan,
terutama peradangan yang bersifat sistemik.
• Mediator inflamasi kinin terbentuk dari
protein plasma faktor penggumpalan darah XII
(faktor hageman) yang terstimulasi oleh
adanya kontak antara protein plasma dengan
jaringan subendotel yang terbuka ketika
terjadi kerusakan endotel.
• Produk dari sistem kinin yang utama adalah
bradykinin dan kallikrein. Bradykinin
berperan dalam peningkatan permeabilitas
vaskuler, vasodilatasi, dan peningkatan rasa
nyeri. Kallikrein bersifat sebagai kemotaktik
dan berperan sebagai aktivator komplemen
C5.
• kinin juga berperan dalam aktivasi neuronal
pain receptors.
• Eikosanoid merupakan produk metabolisme
asam arachidonik
(prostaglandin, prostacyclin, thromboxanes, le
ukotrienes) dan berperan sebagai mediator
inflamasi yang penting
• Asam arachidonik merupakan bagian dari
membran fosfolipid sel tubuh.
• Apabila terjadi kerusakan membran sel oleh
pengaruh mekanik, kimiawi, dan fisik, atau
komplemen C5a, maka akan terbentuk enzim
fosfolipase yang akan melepaskan asam
arachidonik dari membran sel yang rusak
tersebut.
• Asam arachidonik tersebut selanjutnya akan
mengalami metabolisme dengan
menghasilkan metabolit (eikosanoid) yang
bersifat sebagai mediator inflamasi.
• menurut Vander et al. (1990), terdapat dua
cabang utama dari asam arachidonik, yaitu
cabang yang dikatalisasi oleh enzim siklo-
oksigenase dengan mengahsilkan
prostaglandin, prostacyclin,
dan thromboxanes. Sedangkan cabang lain
adalah dikatalisasi oleh
enzim lipoxygenase dengan
menghasilkan leukotrienes.
• Proses inflamasi dari eikosanoid diantaranya
adalah kemotaktik, agregasi neutrofil,
vasokonstriksi, bronkospasmus, peningkatan
permeabilitas, dan vasodilatasi.
• Selain itu, prostaglandin juga dapat
menimbulkan rasa nyeri (dolor)
• Platelet Activating Factor (PAF) juga
dilepaskan dari fosfolipid membran sel
tertentu apabila sel mengalami kerusakan.
• Sel-sel tersebut diantaranya adalah basofil, sel
mast, neutrofil, monosit, makrofag,
thrombosit, dan endotel. Stimulasi pelepasan
PAF pada sel basofil dan sel mast berasal dari
perlekatan ganda antigen pada beberapa IgE
di membran sel basofil dan sel mast
• Aktifitas PAF sebagai mediator inflamasi
mempunyai kemampuan vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas yang lebih kuat
daripada histamin.
• Selain menghsilkan agregasi dan mengaktifkan
thrombosit, PAF juga berperan dalam agregasi
leukosit, adhesi dengan endotel, kemotaksis,
degranulasi, dan oxydative burst (peningkatan
kandungan oksigen metabolit di dalam
fagolisosom leukosit).
• Aktifitas oxydative burst berperan untuk
meningkatkan fungsi perusakan terhadap agen
yang telah difagositasi, dalam proses tersebut
beberapa bagian oksigen metabolit ditumpahkan
keluar fagolisosom leukosit dan dapat
memperparah kerusakan jaringan di lokasi
peradangan.
• Mediator peradangan yang berperan dalam
peradangan sistemik diantaranya adalah
interleukin-1, interleukin-6, dan TNF yang
merupakan sitokin yang diproduksi oleh
leukosit dan dilepas ke sirkulasi darah
• Stimulasi dari mediator peradangan sistemik
tersebut diantaranya adalah agen infeksius,
paparan xenobiotik (bahan asing yang
bersifat merusak/toksik), dan respon imun.
• Adanya respon inflamasi sistemik tersebut
menyebabkan hati akan memproduksi protein
fase akut, seprti C-reaktif, komplemen, serum
amyloid, dan protein koagulan darah secara
lebih aktif.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai