Anda di halaman 1dari 27

MASTIKASI SEBAGAI

A L AT U N T U K
MENCEGAH
DISFUNGSI KOGNITIF
DW I WA H Y U N I N G S I H
RIANDI VERDI
S A U S A N E A B D U L WA D U D
DEFINISI MASTIKASI

Mastikasi adalah proses penghancuran dan


penggilingan makanan oleh gigi dengan tujuan
meningkatkan luas permukaan untuk penghancuran
makanan yang efektif oleh enzim.
RINGKASAN
Fungsi mastikasi

1. Pencernaan

2. Efek peningkatan kesehatan umum (terutama kemampuan


kognitif terkait aspek daya ingat)
• Mastikasi menyampaikan sejumlah besar informasi sensorik ke otak, dan
mempertahankan fungsi belajar dan mengingat dari hippocampus
• Mempertahankan oklusi normal dan menjaga fungsi pengunyahan selama
mungkin sangatlah diperlukan  untuk mencegah melemahnya hippocampus
yang disebabkan oleh ketidakharmonisan oklusal dan penurunan mastikasi.
HIPPOCAMPUS

Organ kecil yang terletak di dalam lobus temporal medial otak dan
merupakan bagian penting dari sistem limbic (daerah yang mengatur emosi).
1. PENDAHULUAN

-Aktivitas semi otonom


Mastikasi -Program motor yg mengatur : SSP

peningkatan kinerja fungsi kognitif selama mastikasi


(Hollingworth (1939).

peningkatan dalam memori kerja episodik, spasial, dan numerik


pada kelompok mengunyah dibandingkan dengan kelompok yang
tidak mengunyah (Wilkinson et al. (2002).
2. METODOLOGI PENELITIAN DAN
KRITERIA EVALUATIF
 Peninjauan dan referensi silang artikel yang diterbitkan tahun 1939-2015

Mesin Pencarian -Scopus -PubMed -ScienceDirect


-Clinikal Key -Google Scholar

Keyword -mastication -stress -cognition


-working memory -occlusal disharmony
JALUR PEMBAWA INFORMASI
MASTIKASI MENUJU HIPPOCAMPUS
• Hippocampus adalah daerah pada SSP untuk :
– Pembelajaran
– memelihara ruang ingatan
– membentuk dan mengambil memori episodik
• Ada 2 jalur yang membawa informasi mastikasi menuju hippocampus :
– Jalur Neuronal
– Jalur Humoral
JALUR NEURONAL
• Sensasi nosiseptik dan proprioseptik (terletak pada nukleus trigeminal
mesensefalik dan ganglion trigeminal) → melewati sensor somata
pertama (membawa input sensoris) → melalui kavitas mulut → menuju
SSP
• Akson sentral pada nukleus trigeminal mesensefalik (bertanggungjawab
terhadap mastikasi yang disengaja) berakhir di
– anak inti trigeminal motor
– daerah supra dan infra trigeminal
• Semua ganglion trigeminal ini berakhir pada nukleus sensorik pusat dan
spinal dari saraf trigeminal dan inti sensoris trigeminal
• Sel saraf sensoris pertama mesensefalik memproyeksikan serabut
aferen menuju formasi retikular dari batang otak, yang mengatur
input sensoris sebagai RAS (Reticular Activating System) menuju ke
pusat otak.
• Formasi retikular dan RAS berperan penting dalam stimulasi otak
– Belajar
– Persepsi
– Perhatian
• Rasa persepsi dari rongga mulut mempengauhi kemampuan belajar
dan mengingat.
JALUR HUMORAL

• Saat pengunyahan, terjadi peningkatan Growths factors


(dihasilkan oleh kelenjar saliva
– Epidermal growth factor
– Nerve growth factor
• Ketidakharmonisan oklusal bisa mempengaruhinya.
• Penelitian oleh Momose
– Tentang : Efek mastikasi pada aliran darah di daerah otak oleh
positron emission omography (PET)
– Hasil : Peningkatan aktivitas metabolisme yang merangsang
sistem saraf otonom dan jaringan rongga mulut.
• Peningkatan aktivitas metabolis → peningkatan tekanan
parsial karbon dioksida pada saraf sensorimotoris kortikal
→ mempersempit lumen kapiler → menghasilkan
peningkatan aliran darah menuju otak dan jaringan rongga
mulut.
• Saat mastikasi terjadi, banyak region otak menjadi aktif :
– korteks motorik primer
– korteks somatosensoris primer
– area premotor
– area motoris tambahan
– korteks prefrontal
– Thalamus
– korteks posterior parietal
– serebelum dan striatum
• Pengunyahan memengaruhi fungsi hippocampus melewati banyak
jalur persarafan, dan dapat pula dikatakan bahwa efek mastikasi pada
SSP dapat dikaitkan dengan berbagai jalan.
EFEK MASTIKASI PADA FUGSI KOGNITIF
DAN INGATAN KERJA MANUSIA
• Penelitian dilakukan oleh Luo
– Subjek : 3063 orang berusia lanjut di cina (diatas 60 tahun)
– Tujuan : menganalisa hubungan antara kehilangan gigi dan fungsi
kognitif.
– Hasil : individu dengan rata-rata kehilangan 18.7 giginya menderita
demensia, mereka yang kehilangan 10.2 giginya memiliki kerusakan
ringan kognitif dan mereka dengan rata-rata kehilangan 9.2 memiliki
fungsi kognitif yang normal
• Penelitian oleh Wilkinson
– Subjek : Wilkinson membentuk 2 grup yang terbagi menjadi grup
pengunyah dan grup non pengunyah (grup kontrol). Masing-
masing grup disuruh untuk menghafal sejumlah kata, dan
diberikan 2 batas waktu, yang pertama adalah batas waktu
segera, dan batas waktu 24 jam.
– Tujuan : mengetahui efek mastikasi terhadap fungsi kognitif.
– Hasil : terdapat peningkatan substansial pada ingatan pada grup
pengunyah (sebesar 30%) jika dibandingkan grup non pengunyah
setelah diberikan kesempatan menghafal sejumlah kata dan
diminta mengulangi kata-kata tersebut sesegera mungkin dan
setelah 24 jam.
• Penelitian Folstein
– Mengeluarkan kriteria penilaian tentang fungsi kognitif
menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE). Skor
tertinggi adalah 30, dan individu dengan skore 25 atau lebih
dengan keadaan kognitif normal diikutsertakan dalam penelitian.
– Subjek : 2 grup, pengguna GTL dan mereka yang gigi aslinya
masih utuh dan lengkap.
– Skor akhir MMSE menyatakan bahwa subjek dengan gigi asli yang
utuh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengguna GTL.
• Penelitian olehWatanabe
– Subjek : 195 orang tua yang usianya terkait dengan penurunan
kognitif untuk mencari tahu hubungan antara angka dari jumlah
gigi yang tersisa dengan yang berada pada ambang batas otak.
– Hasil : Individu dengan jumlah gigi yang berkurang memiliki
penurunan ambang batas sekitar hippocampus, juga volume lobus
frontalis yang berkaitan dengan pikiran dan kesalahan mengalami
pengurangan.
• Beberapa penelitian -> meningkatkan tingkat kelangsungan hidup sel-
sel yang baru terbentuk pada gyrus dentatus hippocampus

Gambar tanduk bawah, Cornu Temporale dari ventrikel samping, Ventriculus lateralis.
(Sumber: Sobotta Edisi 21, Jilid 1)
• Penelitian Aoki dkk. (studi eksperimental tikus Wistar
jantan )-> diberi soft diet -> penurunan jumlah sel gyrus
dentatus hippocampus

• Aktifitas sistem syaraf akan menyebabkan kontraksi dan


relaksasi dari otot-otot pengunyahan. Koordinasi dan
ritmisitas dari pengunyahan berkaitan dengan aktivasi dua
refleks batang otak yaitu gerakan menutup dan membuka
mandibular
Penelitian Kato, dkk: pada tikus yang dihilangkan gigi gerahamnya –>
• kemampuan belajar menurun
• Protein c-Fos -> menurun
Penelitian Bordji dkk. bersama Gladding dan Raymond:
• Hewan -> ->

rewiring, remapping,
dan rebuilding akumulasi hilangnya
kehilangan motorik dan
koneksi yang tingkat Beta- ekstrasinaptik
informasi sensorik
banyak gigi ke jalur tidak ideal Amyloid pada dan fungsi
neuromuskuler sel-sel otak sinaptik
asal menjadi sulit
PENGARUH MASTIKASI PADA SAAT STRES
• Stres: kondisi dimana tuntutan > kemampuan
• Mekanisme Kortisol ->
mekanisme
Kelenjar coping
STRESS adrenal
mengaktifkan sistem saraf melepas
Kelenjar
otonom dan neuroendokrin hormon
pituitary
(kortisol,
melalui Hipotalamus Pituitary melepas
katekolamin)
Adrenal axis Sekresi CRF di ACTH ke
(HPA axis), hipotalamus aliran darah

• Mastikasi-> mengubah aktivitas HPA axis dan sistem saraf otonom ->
menurunkan stress.
EFEK KETIDAKHARMONISAN OKLUSAL
• Oklusi dan otak harus berkoordinasi agar secara efektif membawa
fungsi penting mastikasi dan manejemen stress
• Penelitian Iinuma et al. : pengurangan protein c-Fos yang signifikan
ditandai dengan ketidakharmonisan oklusal.
• Ketidakharmonisan oklusal : gambaran stress yang kronis, dapat
mempengaruhi kemampuan untuk belajar
• Penelitian pada monyet yang diberi splint oklusal pada RA ->
meningkatnya kortisol dalam urin dan kadar plasma kortikosteron ->
respon stress akut.
• Budtz-Jorgensen ketika memperbaiki ketidakharmonisan oklusal ->
kadar kortisol dan kortikosteron kembali ke nilai basal
• Percobaan pada tikus (Tes Morris Water Maze) dengan
ketidakharmonisan oklusal -> densitas dendrit spinal dan saraf pyramidal
meningkat bersamaan dengan hipertrofi astrosit, pada Hippocampal CA1
• Sakatani dkk. -> meneliti efek AOD -> memvalidasi penurunan fungsi
kerja memori dan aktivitas PFC pada populasi lansia.
Memelihara
input sensor
Mastikasi & perifer
Kesehatan
Umum Meningkatkan
suplai darah ke
otak
Kesimpulan

Lansia
Efek mastikasi
-> fungsi kognitif
stress

Anda mungkin juga menyukai