HEMIPARESE EC CEREBROVASCULAR
DISEASE
Oleh :
Andy Andrean 04084821921061
Berliana Agustin 04084821921070
Pembimbing
Dr. Margareta Dewi Dwiwulandari, Sp.KFR
BAGIAN/REHABILITASI MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
OUTLINE
PENDAHULUAN
STATUS PASIEN
TINJAUAN PUSTAKA
ANALISIS MASALAH
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
• Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat
berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses
berpikir, daya ingat, dan bentuk–bentuk kecacatan lain sebagai
akibat gangguan fungsi otak
• Di Indonesia:
• stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah
jantung dan kanker dan merupakan penyebab utama kecacatan
kronik terutama pada orang dewasa.
• Hemiparesis merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah
serangan stroke. Ditemukan 70-80% pasien yang terkena serangan
stroke mengalami hemiparesis.
STATUS PASIEN
STATUS PASIEN
IDENTIFIKASI
• Nama : Darman Zawawi
• Umur : 55 tahun
• DOB : 15 Desember 2014
• Jenis Kelamin : Laki-Laki
• Alamat : Dusun III Tebat Agung, Kab. Muara enim
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Status Perkawinan : Menikah
• Agama : Islam
• Tanggal MRS : 13 Maret 2019
• Tanggal Pulang RS : 29 Maret 2019
• No. RM/Register : 0001112603 / RJ19057906
STATUS PASIEN
Keluhan Utama
• Pasien mengalami kelemahan sesisi tubuh sebelah kiri secara tiba – tiba
15 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Selama 15 hari dirawat di RSMH, pasien mengalami kelemahan sesisi
tubuh sebelah kiri yang terjadi secara tiba – tiba saat pasien sedang
beraktivitas. Saat terjadi serangan pasien mengalami penurunan
kesadaran. Setelah serangan pasien bicara pelo. Gangguan menelan tidak
ada, kejang tidak ada, sebelumnya sakit kepala hebat, mual (+). Tidak
terdapat gangguan sensibilitas berupa rasa baal dan kesemutan sesisi
tubuh sebelah kiri, pasien masih dapat merasakan nyeri. Pasien dapat
memahami isi pikiran orang lain baik secara lisan, tulisan dan isyarat.
STATUS PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien mampu mengungkapkan isi pikirannya baik secara
lisan, tulisan dan isyarat. Keluarga menceritakan pasien tidak
dapat menahan BAK dan susah BAB sejak terjadi serangan.
Pasien masih dapat memiringkan badannya ke sisi kiri. Pasien
dikonsulkan ke departemen Rehabilitasi Medik untuk
fisioterapi rawat jalan. Saat pemeriksaan, pasien tampak
lemah anggota gerak kiri dan mengalami gangguan bicara.
Pasien berbaring diatas kasur dan dalam beraktivitas
membutuhkan bantuan orang lain. Menurut keluarga pasien,
pasien kurang berinteraksi dengan keluarga (tidak tinggal
bersama keluarga).
STATUS PASIEN
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Penyakit pada Keluarga
• Riwayat trauma : (-) • Terdapat riwayat hipertensi pada
keluarga.
• Riwayat hipertensi : (+)
• Riwayat dislipidemia : (+)
Riwayat Pekerjaan
• Riwayat diabetes mellitus : (+) • Pekerjaan pasien adalah
• Riwayat penyakit jantung : (-) wiraswasta
• Riwayat operasi : (-)
• Riwayat penyakit ginjal : (-) Riwayat Sosial Ekonomi
• Sosial Ekonomi pasien termasuk
dalam kategori menengah
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan Umum • Bahasa / bicara
• Keadaan Umum : tampak sakit sedang • Komunikasi verbal : disarthria (+)
• Kesadaran :GCS: • Komunikasi non verbal : baik
E4M6V5 Tanda vital
• Tekanan darah : 138/100 mmHg
• Tinggi Badan / Berat Badan : 155 cm / 80
• Nadi : 86 x/min, isi dan
kg ; BMI : 35 kg/m2 tegangan cukup
• Cara berjalan / Gait • Pernafasan : 24 x/min
• Antalgik gait : belum dapat dinilai • Suhu : 36.0oC
• Kulit : anemis (-), eritema (-),
• Hemiparase gait : belum dapat dinilai ulkus decubitus (-)
• Steppage gait : belum dapat dinilai Status Psikis
• Parkinson gait : belum dapat dinilai • Sikap : kooperatif
• Ekspresi wajah : cemas
• Tredelenberg gait : belum dapat dinilai • Orientasi : baik
• Waddle gait : belum dapat dinilai • Perhatian : adekuat
• Lain – lain : belum dapat dinilai
PEMERIKSAAN FISIK
Saraf Saraf Otak
Nervus Kanan Kiri
I. N. Olfaktorius Normal Normal
II. N. Optikus Normal Normal
III. N. Occulomotorius Normal Normal
IV. N. Trochlearis Normal Normal
V. N. Trigeminus Normal Normal
VI. N. Abducens Normal Normal
VII. N. Fascialis Normal Plika nasolabialis datar, sudut
mulut tertinggal
Thorax Abdomen
• Bentuk : normal • Inspeksi : datar
• Pemeriksaan Ekspansi Thoraks : Tidak dilakukan • Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba,
Paru – paru nyeri tekan (-)
• Perkusi: timpani
• Inspeksi : simetris statis dan
dinamis, retraksi (-)
• Auskultasi : bising usus (+) normal
Trunkus
• Palpasi : stem fremitus sama kanan kiri
Inspeksi :
• Perkusi : sonor • Simetris : simetris
• Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-/-), • Deformitas : tidak ada
wheezing (-/-) • Lordosis : tidak ada
Jantung • Scoliosis : tidak ada
• Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat • Gibbus : tidak ada
• Palpasi : iktus kordis tidak teraba • Hairy spot : tidak ada
• Perkusi : batas jantung dalam batas normal • Pelvic Tilt : tidak ada
• Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal,
murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Trunkus
Palpasi : • Test Thomas : tidak dilakukan
• Spasme otot-otot para vertebrae : tidak ada
• Test Ober’s : tidak dilakukan
• Nyeri tekan (lokasi) : tidak ada
Luas gerak sendi lumosakral
• Nachalas knee flexion test :
• Ante / retro fleksi (95/35) : belum dapat dinilai
tidak dilakukan
• Laterofleksi (D/S) (40/40): belum dapat dinilai • Mc.Bride sitting test : tidak
• Rotasi (D/S) (35/35) : belum dapat dinilai dilakukan
Test provokasi • Yeoman’s hyprextension :
tidak dilakukan
Valsava test (-) Laseque test (-) • Mc.Bridge toe to mouth sitting
Baragard dan Siscard test (-) Niffzigar test (-) test : tidak dilakukan
SLR test (-) O’Connel test (-) • Test Schober :
FNST (-) Patrick test (-) tidak dilakukan
Kontra Patrick (-) Ganslen test (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Nilai Interpretasi:
• 0-20 :Ketergantungan total
• 25-40 :Ketergantungan berat
• 45-55 :Ketergantungan sedang
• 60-95 : Ketergantungan ringan
• 100 : Mandiri
Tinjauan pustaka
Anatomi otak
Cerebrovascular disease (Stroke)
• Stroke atau Cerebrovascular disease menurut
World Health Organization (WHO) adalah tanda
tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal atau global karena
adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah
di otak dengan gejalagejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih
• Hemiparesis yaitu kelemahan otot atau
kelumpuhan parsial terbatas pada satu sisi tubuh.
Epidemiologi
• Prevalensi stroke di Indonesia sebesar 830 per 100.000
penduduk dan yang telah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan adalah 600 per 100.000 penduduk. NAD
merupakan provinsi dengan prevalensi stroke tertinggi,
yaitu sebesar 16,6 ‰ dan terendah di Papua (3,8‰)
(Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan hasil Riskesdas
tahun 2013 menunjukkan adanya peningkatan
prevalensi stroke per 100.000 di Indonesia, yaitu 830
pada tahun 2007 meningkat menjadi 1.210 pada tahun
2013
Faktor Risiko
Faktor biologik yang tidak dapat Faktor fisiologik yang Faktor gaya hidup
dimodifikasi dapat dimodifikasi dan pola prilaku
Umur Hipertensi Merokok
Jenis kelamin Diabetes Obesitas
Ras Dislipidemia Aktivitas fisik
Predisposisi genetik Penyakit jantung Diet
Herediter Stenosis karotis Alkohol
Transient Ischemic Attack Kontrasepsi oral
Homosisteinemia Hormone
Ateroma aorta Replacement
Hypercoagulabiliy stress Therapy
Etiologi
Klasifikasi dan patogenesis
• Stroke iskemik (infark)
• Stroke iskemik ini dapat dibagi menjadi dua tipe utama, yaitu trombotik
dan embolik. Stroke trombotik terjadi ketika arteri tersumbat oleh
pembentukan bekuan darah di dalamnya. Arteri kemungkinan sudah rusak
dikarenakan oleh endapan kolesterol (atherosclerosis). Penyumbatan total
kemungkinan selanjutnya terjadi dikarenakan diikuti penggumpalan sel
darah (trombosit) atau zat lainnya yang biasa ditemukan di dalam darah.
Stroke embolik yang juga merupakan tipe stroke iskemik yang kedua juga
disebabkan oleh gumpalan dalam arteri, tetapi dalam kasus ini bekuan
atau embolus terbentuk di tempat lain selain di otak itu sendiri. Bahan-
bahan ini bisa menjadi bekuan darah (misal dari jantung) atau dari lemak
(misal dari arteri lain di leher – penyakit arteri karotis)
• Stroke hemoragik
• Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah
perdarahan yang tidak terkontrol di otak. Stroke hemoragik
jarang terjadi dan dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu
Intracerebral Hemorrhage (ICH) dan Subarachnoid
Hemorrhage (SAH).
• ICH terjadi karena adanya perdarahan di dalam otak dan
biasanya sering terjadi karena tekanan darah tinggi.
Peningkatan tekanan yang tiba-tiba di dalam otak akibat
perdarahan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sel-
sel otak yang dikelilingi oleh pembuluh darah
• Pada perdarahan subarachnoid, kelompok stroke
ini terutama disebabkan oleh pecahnya
aneurisma pada bifurkasi arteri besar di
permukaan inferior otak. Seringkali mereka tidak
menyebabkan langsung Kerusakan otak dan
beberapa studi stroke karenanya tidak
memasukkannya. Namun, pasien dengan
perdarahan subaraknoid dapat mengalami gejala
yang ada sesuai dengan definisi stroke dan harus
dianggap sebagai stroke.
• Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah
merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.
Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada
penderita hipertensi. Hipertensi kronis menyebabkan
perubahan degenerasi pada arteri perporata dan arteriol
yang kemudian membentuk mikroaneurisma. Tekanan
darah yang secara tiba-tiba meninggi dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah tersebut. Perdarahan tesebut
dapat terletak di putamen, thalamus, subkortikal, pons, dan
serebellum
Gejala klinis
• Gejala umum yang terjadi pada stroke yaitu wajah, tangan
atau kaki yang tiba-tiba kaku atau mati rasa dan lemah, dan
biasanya terjadi pada satu sisi tubuh saja. Gejala lainnya
yaitu pusing, kesulitan bicara atau mengerti perkataan,
kesulitan melihat baik dengan satu mata maupun kedua
mata, sulit berjalan, kehilangan koordinasi dan
keseimbangan, sakit kepala yang berat dengan penyebab
yang tidak diketahui, dan kehilangan kesadaran atau
pingsan. Tanda dan gejala yang terjadi tergantung pada
bagian otak yang mengalami kerusakan dan seberapa parah
kerusakannya itu terjadi.
• Stroke mempunyai tanda klinik spesifik,
tergantung daerah otak yang mengalami
iskemia atau infark. Serangan pada beberapa
arteri akan memberikan kombinasi gejala yang
lebih banyak pula.
Lesi di korteks hemisferium Lesi di capsula interna Lesi di subkorteks hemisferium
cerebri , gejalanya: hemisferium , gejalanya: cerebri, gejalanya: