Anda di halaman 1dari 15

SISTEM DISTRIK DAN

SISTEM PROPOSIONAL

Dr. Sri Sutarsi, M.Si


Sistem Distrik adalah sistem pemilihan umum yang paling tua dan didasarkan atas

kesatuan geografis.
Setiap kesatuan geografis (yang biasa disebut “distrik” karena kecilnya daerah yang

tercakup) memperoleh satu kursi dalam parlemen.


Untuk keperluan itu negara dibagi dalam sejumlah besar distrik pemilihan (kecil)

yang kira-kira sama jumlah penduduknya.

Sistem Proporsional, satu wilayah dianggap sebagai satu kesatuan, dan dalam

wilayah itu jumlah kursi dibagi sesuai jumlah suara yang diperoleh oleh para
kontestan, secara nasional, tanpa menghiraukan distribusi suara itu.
Setengah dari parlemen dipilih dengan sistem distrik dan setengah lagi dengan

sistem proporsional.
Setiap pemilihan mempunyai dua suara; pemilih memilih calon atas dasar sistem

distrik (sebagai suara pertama) dan pemilih itu memilih partai atas dasar sistem
proporsional (sebagai suara kedua).

Sistem pemilihan yang digunakan ialah Sistem Proporsional.

Jumlah anggota DPR ditetapkan berdasarkan imbangan jumlah penduduk.

Tiap 300.000 penduduk diwakili oleh 1 anggota DPR.

Menggunakan Stelsel Daftar Mengikat dan Stelsel Daftar Bebas.


Sistem distrik adalah sistem pemilihan yang paling tua dan didasarkan atas kesatuan

geografis.

Dalam sistem distrik, satu wilayah kecil (yaitu distrik pemilihan) memilih satu wakil

tunggal atas dasar pluralitas.

Dalam sistem distrik, satu distrik menjadi bagian dari suatu wilayah, satu distrik

hanya berhak atas satu kursi, dan kontestan yang memperoleh suara terbanyak
menjadi pemenang tunggal.

Setiap kesatuan geografis (biasanya disebut distrik) memperoleh satu kursi dalam

parlemen.
 Untuk keperluan itu negara dibagi dalam sejumlah besar distrik pemilihan yang kira-
kira sama jumlah penduduknya.

 Hal ini dinamakan the first past the post (FPTP).

 Pemenang tunggal meraih satu kursi itu. Hal ini terjadi sekalipun selisihnya tidak jauh
berbeda dengan partai lain.

 Suara yang tadinya mendukung kontesstan lain dianggap hilang (wasted) dan tidak
dapat membantu partainya untuk menambah jumlah suara partainya di distrik lain.

 Sistem distrik sering dipakai di negara yang mempunyai sistem dwi partai seperti
Inggris serta bekas jajahannya seperti India dan Malaysia dan Amerika.

 Dalam sistem distrik dapat terjadi bahwa partai yang menang dengan hanya
memperoleh pluralitas suara dapat membentuk kabinet. Pemerintahan semacan ini
dinamakan minority government.
 Selain itu, ada ciri khas yang melekat pada sistem distrik, yaitu
pelaksanaan sistem distrik mengakibatkan “distorsi” atau kesenjangan
antara jumlah suara yang diperoleh suatu partai secara nasional dan jumlah
kursi yang diperoleh partai tersebut.

 Akibat dari distorsi menguntungkan partai besar melalui over-


representation.
 Hal ini disebabkan karena banyak suara dari partai kecil bisa dinyatakan
hilang atas wasted, yaitu lantaran tidak berhasil menjadi juara pertama di
suatu distrik.
Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai olitik karena kursi

yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Hal ini akan
mendorong partai-partai untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan yang
ada dan mengadakan kerja sama, sekurang-kurangnya menjelang pemilihan
umum.
Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat

dibendung, malahan sistem ini bisa mendorong ke arah penyederhanaan


partai secara alami tanpa paksaan.
Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh komunitasnya,

sehingga hubungan dengan konstituen lebih erat. Dengan demikian si wakil akan
lebih cenderung untuk memperjuangkan kepentingan distriknya. Lagi pula
kedudukannya terhadap pimpinan partainya akan lebih independen, karena faktor
kepribadian seseorang merupakan faktor penting dalam kemenangannya dan
kemenangan partai.
Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui distortion effect dapat

meraih suara dari pemilih-pemilih lain, sehingga memperoleh kedudukan mayoritas.


Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam

parlemen, sehingga tidak perlu diadakan koalisi dengan partai lain.


Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.
Sistem ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan

minoritas, apalagi jika golongan-golongan ini terpencar dalam berbagai distrik.


Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa partai yang calonnya kalah dalam

suatu distrik kehilangan suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti ada sejumlah
suara yang tidak diperhitungkan atau terbuang sia-sia.
Sistem distrik dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang plural karena terbagi

dalam kelompok etnis, religius, dan tribal, sehingga menimbulkan anggapan bahwa
suatu kebudayaan nasional yang terpadu secara ideologis dan etnis mungkin
merupakan prasyarat bagi suksesnya sistem.
Ada kemungkinan si wakil cenderung untuk lebih memerhatikan kepentingan distrik

serta warga distriknya, daripada kepentingan nasional.


Dalam sistem proporsional, satu wilayah dianggap sebagai satu kesatuan,

dan dalam wilayah itu jumlah kursi dibagi sesuai jumlah suara yang
diperoleh oleh para kontestan, secara nasional tanpa menghiraukan
distribusi suara itu.
Sistem proporsional dianggap representatif, karena jumlah kursi partai

dalam parlemen sesuai dengan jumlah suara masyarakat yang diperoleh


dalam pemilihan umum.
Sistem proporsional dianggap lebih demokratis karena tidak ada distorsi,

yaitu kesenjangan antara suara nasional dan jumlah kursi dalam parlemen,
tanpa suara yang hilang atau wasted. Akibatnya, semua golongan dalam
masyarakat, termasuk yang kecil pun, memperoleh peluang untuuk
menampilkan wakilnya dalam parlemen. Rasa keadilan masyarakat banyak
terpenuhi.
Sistem ini kurang mendorong partai-partai untuk berintegrasi atau bekerja

sama satu sama lain dan memanfaatkan persamaan-persamaan yang ada,


tetapi sebaliknya cenderung mempertajam perbedaan-perbedaan. Sistem
ini umumnya dianggap berakibat menambah jumlah partai.
Sistem ini mempermudah fragmentasi partai, jika timbul konflik dalam suatu

partai, anggotanya cenderung memisahkan diri dan mendirikan partai baru,


dengan perhitungan bahwa ada peluang bagi partai baru itu untuk
memperoleh beberapa kursi dalam parlemen melalui pemilihan umum. Jadi,
kurang menggalang kekompakan dalam tubuh partai.
Sistem proporsional memberikan kedudukan yang kuat pada pimpinan partai melalui

sistem daftar karena pimpinan partai menentukan daftar calon.


Wakil yang terpilih kemungkinan renggang ikatannya dengan konstituennya. Pertama,

karena wilayahnya lebih besar sehingga sukar untuk dikenal orang banyak. Kedua,
karena peran partai dalam meraih kemenangan lebih besar ketimbang kepribadian
seseorang. Dengan demikian si wakil akan lebih terdorong untk memerhatikan
kepentingan partai serta masalah-masalah umum ketimbang kepentingan distrik serta
warganya.
Karena banyaknya partai yang bersaing, sulit bagi suatu partai untuk meraih mayoritas

dalam parlemen, yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan. Partai yang


terbesar terpaksa berkoalisi dengan beberapa partai lain untuk memperoleh suara
mayoritas.
Dari uraian tentang sistem distrik dan sistem proporsional tadi,

menjelaskan bahwa kedua sistem pemilihan umum memiliki segi


yang positif dan negatif. Maka dari itu beberapa negara mencoba
mengambil alih beberapa ciri dari sistem pemilihan umum yang
lain. Seperti Singapura dan Jepang yang menggunakan sistem distrik
dengan beberapa pengecualian yang dipakai pada sistem
proporsional.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai