SISTEM PROPOSIONAL
kesatuan geografis.
Setiap kesatuan geografis (yang biasa disebut “distrik” karena kecilnya daerah yang
Sistem Proporsional, satu wilayah dianggap sebagai satu kesatuan, dan dalam
wilayah itu jumlah kursi dibagi sesuai jumlah suara yang diperoleh oleh para
kontestan, secara nasional, tanpa menghiraukan distribusi suara itu.
Setengah dari parlemen dipilih dengan sistem distrik dan setengah lagi dengan
sistem proporsional.
Setiap pemilihan mempunyai dua suara; pemilih memilih calon atas dasar sistem
distrik (sebagai suara pertama) dan pemilih itu memilih partai atas dasar sistem
proporsional (sebagai suara kedua).
geografis.
Dalam sistem distrik, satu wilayah kecil (yaitu distrik pemilihan) memilih satu wakil
Dalam sistem distrik, satu distrik menjadi bagian dari suatu wilayah, satu distrik
hanya berhak atas satu kursi, dan kontestan yang memperoleh suara terbanyak
menjadi pemenang tunggal.
Setiap kesatuan geografis (biasanya disebut distrik) memperoleh satu kursi dalam
parlemen.
Untuk keperluan itu negara dibagi dalam sejumlah besar distrik pemilihan yang kira-
kira sama jumlah penduduknya.
Pemenang tunggal meraih satu kursi itu. Hal ini terjadi sekalipun selisihnya tidak jauh
berbeda dengan partai lain.
Suara yang tadinya mendukung kontesstan lain dianggap hilang (wasted) dan tidak
dapat membantu partainya untuk menambah jumlah suara partainya di distrik lain.
Sistem distrik sering dipakai di negara yang mempunyai sistem dwi partai seperti
Inggris serta bekas jajahannya seperti India dan Malaysia dan Amerika.
Dalam sistem distrik dapat terjadi bahwa partai yang menang dengan hanya
memperoleh pluralitas suara dapat membentuk kabinet. Pemerintahan semacan ini
dinamakan minority government.
Selain itu, ada ciri khas yang melekat pada sistem distrik, yaitu
pelaksanaan sistem distrik mengakibatkan “distorsi” atau kesenjangan
antara jumlah suara yang diperoleh suatu partai secara nasional dan jumlah
kursi yang diperoleh partai tersebut.
yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Hal ini akan
mendorong partai-partai untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan yang
ada dan mengadakan kerja sama, sekurang-kurangnya menjelang pemilihan
umum.
Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat
sehingga hubungan dengan konstituen lebih erat. Dengan demikian si wakil akan
lebih cenderung untuk memperjuangkan kepentingan distriknya. Lagi pula
kedudukannya terhadap pimpinan partainya akan lebih independen, karena faktor
kepribadian seseorang merupakan faktor penting dalam kemenangannya dan
kemenangan partai.
Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui distortion effect dapat
suatu distrik kehilangan suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti ada sejumlah
suara yang tidak diperhitungkan atau terbuang sia-sia.
Sistem distrik dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang plural karena terbagi
dalam kelompok etnis, religius, dan tribal, sehingga menimbulkan anggapan bahwa
suatu kebudayaan nasional yang terpadu secara ideologis dan etnis mungkin
merupakan prasyarat bagi suksesnya sistem.
Ada kemungkinan si wakil cenderung untuk lebih memerhatikan kepentingan distrik
dan dalam wilayah itu jumlah kursi dibagi sesuai jumlah suara yang
diperoleh oleh para kontestan, secara nasional tanpa menghiraukan
distribusi suara itu.
Sistem proporsional dianggap representatif, karena jumlah kursi partai
yaitu kesenjangan antara suara nasional dan jumlah kursi dalam parlemen,
tanpa suara yang hilang atau wasted. Akibatnya, semua golongan dalam
masyarakat, termasuk yang kecil pun, memperoleh peluang untuuk
menampilkan wakilnya dalam parlemen. Rasa keadilan masyarakat banyak
terpenuhi.
Sistem ini kurang mendorong partai-partai untuk berintegrasi atau bekerja
karena wilayahnya lebih besar sehingga sukar untuk dikenal orang banyak. Kedua,
karena peran partai dalam meraih kemenangan lebih besar ketimbang kepribadian
seseorang. Dengan demikian si wakil akan lebih terdorong untk memerhatikan
kepentingan partai serta masalah-masalah umum ketimbang kepentingan distrik serta
warganya.
Karena banyaknya partai yang bersaing, sulit bagi suatu partai untuk meraih mayoritas