Anda di halaman 1dari 52

Trauma Maxillofacial

Bambang Wicaksono-BMW

Subdep Bedah Plastik/ Dept Bedah RSAL Dr.


Ramelan Surabaya
1
Pendahuluan

2
3
4
5
6
Anatomi
7
Mandibula
8
Maxilla
9
Zygoma
10
Klinis Radiologis

 Oedema  Skull AP/Lat


 Deformitas  Waters
 Maloklusi
 Panoramic
 Crossbite
 Unstable mandibula  CT scan
 Floating maxilla  TMJ
 Gangguan pergerakan
mata
 Diplopia
 Trismus

Diagnosis
11
12
13
Klasifikasi
14
Fraktur maxilla
15
Butress

16
Penatalaksanaan
 ABCD
 Diagnosis
 Definitif treatment

17
PRINSIP PENANGANAN
 Konsep “outside to inside”
 Reposisi secara akurat berdasarkan
posisi anatomis
 Exposure, identification, dan fiksasi pada
butress

18
Point of rotation

19
Ekposure

20
Butress

21
Timing of Treatment
Waktu penanganan yang optimal adalah
segera mungkin sebelum terjadi edema
masif jika tidak ada kontraindikasi.

22
Kontraindikasi

1. Tekanan intracranial yang tidak


terkontrol (>20 mmHg)
2. Perdarahan akut yang masif ditempat
lain
3. Koagulopathy
4. ARDS

23
Penatalaksanaan soft tissue

- Debridement
- Restorasi dengan Land mark anatomis
- Menghargai jaringan, dilarang mencukur
rambut
- Jahitan dalam dengan vicril 5-0
- Jahitan kulit dengan nilon 6-0
- Palpebra dengan nilon 7-0

24
Strategi Penanganan
fraktur maxillofacial

25
1. Arcbar + IMF

26
2. Jika terjadi fraktur palatum dan mandibula,
harus dilakukan alignment lebih dulu baru
arcbar

27
3. Intra oral insisi untuk eksposed angulus,
corpus, symphisis, dan parasymphisis

28
4. Untuk fracture pada corpus dan angulus
yang cominutif insisi extra oral disarankan.

29
5. Jika terjadi fraktur condylus
dilakukan fiksasi terlebih dahulu

30
6. Jika terjadi missing bone pada mandibula
disarankan menggunakan 2.4 mm locking
plate

31
7. Coronal insisi digunakan untuk eksposed
frontal, arches zygoma, dan NOE

32
8. Dilakukan reduksi segment
fraktur “outside to inside”

33
34
35
CONTOH KASUS
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Terima kasih

52

Anda mungkin juga menyukai