Anda di halaman 1dari 9

A.

Prinsip Dasar
1. Jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagian tulang dan jalan lahir bagian
lunak. Dalam proses persalinan pervaginam janin harus melewati jalan
lahir ini. Jika jalan lahir, khususnya bagian tulang memiliki bentuk dan
ukuran rata-rata normal serta ukuran janinnya pun rata-rata normal,
maka dengan kekuatan yang normal pula persalinan per vaginam akan
berlangsung tanpa kesulitan (Cunningham, Leveno et al., 2014).

2. Penolong perdalinan harus mampu mengenal panggung normal dalam


kehamilan, serta mampu pula mengenal penyimpangan dari keadaan
normal. Kelainan panggul bawaan atau karena suatu penyakit umumnya
jarang, dan kalaupun ada mudah dikenali secara klinis (Cunningham,
Leveno et al., 2014).

B. Jalan Lahir Bagian Tulang

1. Tulang-tulang panggul terdiri atas os coxae disebelah depan dan


samping, serta os sacrum dan os coccygeus di belakang. Os coxae
terdiri dari 3 bagian yaitu os ilium, os ischia, dan os pubis.

2. Os ilium merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior


berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut krista
iliaka. Ujung-ujungnya disebut spina iliaka anterior superior dan spina
iliaka posterior superior.

3. Os ischia adalah bagian terendah dari os coxae. Tonjolan dibelakang


disebut tuber ischiadikum yang menyangga tubuh sewaktu duduk

4. Os pubis mulai dari ramus superior dan ramus inferior. Ramus superior
os pubis berhubungan os ilium, sedang ramus inferior kanan dan kiri
membentuk arkus. Ramus inferior berhubungan dengan os ischia kira-
kira pada 1/3 distal foramen obturator. Kedua os pubis bertemu pada
simfisis.

1
5. Sakrum berbentuk baji, terdiri ataqs 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama
paling besar menghadap ke depan. Pinggir atas vertebra ini dikenal
sebagai promontorium, merupakan suatu tanda penting dalam penilaian
ukuran-ukuran panggul. Permukaan anterior sacrum berbentuk konkaf.

6. Os coccygeus merupakan tulang kecil, terdiri atas 4 vertebra coccygeus.

C. Pelvis Mayor dan Minor

1. Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis


mayor/false pelvis dan pelvis minor/true pelvis. Pelvis mayor adalah
bagian pelvis di atas linea terminalis yang tidak banyak kepentingannya
di dalam obstetric (Cunningham, Leveno et al., 2014).

Gambar C.1. Potongan sagittal panggul (Saifuddin, 2007; Rachimhadi,


2011)

2. Bagian yang lebih penting adalah pelvis minor, dibatasi oleh pintu atas
panggul (inlet) dan pintu bawah panggul (outlet). Pelvis minor berbentuk
saluran yang mempunyai sumbu lengkung ke depan (sumbu carus).

2
Gambar C.2. Sumbu panggul (Saifuddin, 2007; Rachimhadi, 2011)

3. Sumbu ini secara klasik adalah garis yang menghubungan titik


persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera pada pintu
atas panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge II, III, dan IV. Sampai
dekat Hodge III sumbu itu lurus, sejajar sacrum. Diantara pelvic inlet
dan pelvic outlet terdapat ruang panggul/pelvic cavity.

4. Ukuran ruang panggul dari atas ke bawah tidak sama. Ruang panggul
mempunyai ukuran paling luas di bawah pintu-atas panggul, kemudian
menyempit di panggul tengah, selanjutnya menjadi sedikit lwbih luas lagi
di bagian bawah. Penyempitan di panggul tengah ini setinggi spina
ischiadica yang jarak antara kedua spina ischiadica (distansia
interspinarum) normal 10,5 cm (Cunningham, Leveno et al., 2014).

D. Pintu Atas Panggul

1. Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh


promontorium korpus vertebra sakral I, linea innominata (terminalis), dan
pinggir atas simfisis. Terdapat 4 diameter pada pintu atas panggul, yaitu
diameter anteropsterior, diameter transversa, dan 2 diameter oblique.
Ukuran pintu atas panggul yang penting diketahui (Cunningham, Leveno
et al., 2014)

3
Gambar D.1. Bidang pintu atas panggul (Saifuddin, 2007; Rachimhadi,
2011)

- Diameter anteroposterior diukur dari promontorium sampai ke permukaan


posterior simfisis. Diameter anteroposterior disebut juga konjugata
obstetrika.

- Diameter transversa adalah jarak terjauh garis lintang pintu atas panggul
lebih kurang 12,5-13 cm.

- Diameter oblique adalah jarak dari artikulatio sakro-iliaka ke titik


persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera, kemudian
diteruskan ke linea innominata, ukurannya lebih kurang 13 cm.

Gambar D.2. Pintu atas panggul dengan konjugata vera, diameter


transversa, dan diameter oblique (Saifuddin, 2007;
Rachimhadi, 2011)

4
- Konjugata diagonalis yaitu jarak bagian bawah simfisis sampai ke
promontorium, yang dapat diukur dengan memasukkan jari tengah dan
telunjuk dalam vagina dan mencoba meraba promontorium. Pada
panggul normal promontorium tidak teraba dengan jari apabila jarak
bagian bawah simfisis ke promontorium adalah 12 cm (Cunningham,
Leveno et al., 2014).

Gambar D.3. Cara mengukur konjugata diagonalis (Saifuddin, 2007;


Rachimhadi, 2011)

Gambar D.4. Cara mengukur konjugata diagonalis dengan dengan


mengukur panjang jari telunjuk (Saifuddin, 2007;
Rachimhadi, 2011)

5
- Konjugata vera yaitu jarak pinggir atas simfisis dengan promontorium.
Cara mengukur konjugata vera adalah dengan jari tengah dan telunjuk
dimasukkan ke dalam vagina untuk meraba promontorium. Secara
statistik diketahui bahwa konjugata vera = konjugata diagonalis – 1,5
cm. apabila jarak konjugata diagonalis adalah 13 cm, berarti
konjugata vera adalah 11,5 cm (13 cm – 1,5 cm = 11,5 cm)
(Cunningham, Leveno et al., 2014).

Gambar D.5. Ruang panggul dan diameternya (Saifuddin, 2007;


Rachimhadi, 2011)

E. Pintu Bawah Panggul

1. Batas atas pintu bawah panggul adalah setinggi spina ischiadika. Jarak
antara kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9,5-
10 cm

2. Batas bawah pintu bawah panggul berbentuk segi empat panjang,


disebelah anterior dibatasi oleh arkus pubis, di lateral oleh tuber
ischiadikum, dan di posterior oleh os coccygeus dan ligamen
sakrotuberosum. Pada panggul normal besar sudut arkus pubis adalah
lebih kurang 90o . Jika kurang dari 90o, lahirnya kepala janin lebih sulit

6
karena janin memrlukan lebih banyak tempat ke posterior (Cunningham,
Leveno et al., 2014).

3. Diameter anteroposterior pintu bawah panggul diukur dari apeks arkus


pubis ke ujung os coccygeus.

Gambar E.1. Bidang pintu bawah panggul (Saifuddin, 2007; Rachimhadi,


2011)

Gambar E.2. Pintu bawah panggul (Saifuddin, 2007; Rachimhadi, 2011)

7
Gambar E.3. Perbandingan sudut arkus pubis terhadap proses kelahiran
(Saifuddin, 2007; Rachimhadi, 2011)

8
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary, Leveno, Kenneth J, et al. 2014. Williams Obstetric,


24th ed. New York: McGraw Hill.

Rachimhadi, T. 2011. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo edisi 4.


Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; p.188-98.

Saifuddin, Abdul B. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan Sarwono Prawirohardjo


edisi 1. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; p.1-8

Anda mungkin juga menyukai