2) Diameter transversa
Diameter transversa PAP mengukur jarak terjauh antara linea
terminalis pada salah satu dari dua sisi pelvis; jarak ini kira-kira 12,5-13
cm, bergantung pada bentuk pelvis.
3) Diameter oblique
Diameter oblique PAP disebut juga dengan ukuran sarong.
Diameter oblique mengukur jarak antara articulatio sacroiliaka kiri dengan
tuberkulum pubicum kanan atau sebaliknya. Cara mengukur diameter
oblik adalah dengan menarik garis dari articulatio sakroi I iaka ke titik
persekutuan antara diameter transversa dan CV dan diteruskan ke linea
terminalis. Ukuran diameter oblik lebih kurang 13 cm.
PBP sampai dengan simfisis dan arcus pubis ditentukan oleh 3 ukuran
yakni:
1) Ukuran muka belakang (diameter anteroposterior jalan Iahir inferior):
Pinggir bawah simfisis ke ujung sacrum berukuran rata-rata 11,5 cm.
2) Ukuran melintang: Jarak antara kedua tuber ossis ischiadica kanan dam
kiri. sebesar 10,5 cm.
3) Ukuran diameter sagittalis posterior: Ujung tulang kelangkang ke
pertengahan ukuran melintang, yaitu 7,5 cm.
Gambar 3.9 Bidang panggul
Sumber: Modiflkasi Medical Resources dan Indrayani
Selain ketiga bidang pelvis minor tadi, masih ada gambaran lain yang
dipertimbangkan untuk mengevaluasi keadekuatan pelvis antara lain sebagai
berikut:
1) Inklinasi Pelvis
inklinasi pelvis miring panggul ialah sudut antara pintu atas
panggul dengan bidang sejajar tanah pada perempuan yang berdiri, 55-
60 derajat. Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik
tengah panggul yang melengkung ke depan atau disebut juga dengan
sumbu carus.
6) Incisura sakroskiatika
Bentuk dan Iebar incisura sacroskiatika panting karena kedua hal
ini memengaruhi diameter sagital posterior PAP, yang memadukan
bentuk dan rotasi sakrum untuk menentukan jumlah ruang bagian
posterior pelvis untuk jalan lahir janin.
Bidang-bidang panggul untuk menentukan seberapa jauh bagian
depan janin turun ke dalam rongga panggul, disebut bidang Hodge atau
bidang khayal di dalam panggul.
1) Bidang Hodge I
a) Bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
simfisis dan promontorium.
b) Bidang yang sama dengan PAP.
2) Bidang Hodoe II
Sejajar dengan Hodge l melalui pinggir bawah simfisis.
3) Bidang Hodge lll
Sejajar dengan Hodge l setinggi spina ischiadica.
4) Bidang Hodge IV
Sejajar dengan Hodge I, ll dan III setinggi ujung os coccygis (sudah
sampai di dasar panggul).
b. Android
Pelvis android umumnya dikenal sebagai “pelvis pria” karena bentuk ini
ditemukan lebih sering pada pria. Namun, pelvis ini ditemukan pada 32,5%
perempuan kulit putih dan 15,7% pada perempuan bukan kulit putih. Pelvis
android adalah pelvis yang berat, yang menyulitkan untuk proses kelahiran
per vagina dan meningkatkan insiden posisi posterior, kelahiran dengan
bantuan forsep dan lahir mati. Kontraktur BTP dan PBP pelvis android
meningkatkan insiden disporporsi fetopelvis dan seksio sesarea. Karakteristik
pengidentifikasiannya adalah sebagai berikut:
1) Pintu PAP: Sering disebut sebagai bentuk jantung. Segmen posterior
berbentuk wajik dan segmen anterior sempit dan berbentuk segitiga.
Diameter sagital posterior cukup pendek jika dibandingkan dengan
diameter sagital anterior. Hal ini berarti bahwa terdapat ruang yang
sangat terbatas pada bagian posterior pelvis untuk mengakomodasi
kepala janin.
2) Sakrum: Pada sisi anterior mendaki dan datar, dengan demikian
berkontribusi terjadinya pemendekkan diameter sagital posterior
sepanjang pelvis.
3) Incisura sacroskiatika: Sangat melengkung dan sempit, dengan jarak
rata-rata 1½-2 lebar jari di antara spina ischiadicum dan sakrum.
4) Dinding samping: Dinding samping pelvis yang biasanya konvergen.
5) Spina Ischiadica: Biasanya menonjol dan sering melewati batas sehingga
mengurangi diameter transversa (interspinosa) bidang tengah.
6) Arkus pubis: Sempit, dengan sudut akut jauh kurang dari 90 derajat.
c. Antropoid
Pelvis antropoid adalah bentuk pelvis yang paling sering ditemukan
pada ras bukan kulit putih, terjadi pada 40,5% perempuan bukan kulit putih,
jika dibandingkan dengan 23,50/0 perempuan kulit putih. Bentuk pelvis
antropoid memungkinkan posisi posterior fetus. Pelvis ini adekuat untuk
kelahiran per vagina jika ukurannya besar. Karakteristik pengidentifikasiannya
adalah sebagai berikut:
1) PAP: Karakterlstlk bentuk oval dengan diameter anteroposterior lebih
besar dibandingkan diameter transversal. Segmen anterior pelvis (pelvis
depan) agak mengecil dan menyempit daripada segmen posterior.
2) Sakrum: Di bagian posterior mendaki sehingga walaupun datar,
bidangbidang sagitalis posterior panjang di seluruh pelvis. Oleh karena
itu, ada lebih banyak ruang pada bagian posterior pelvis untuk
mengakomodasi kepala janin. Pelvis ini memiliki sacrum paling panjang
dari keempat tipe pelvis dan merupakan bentuk pelvis yang paling dalam.
3) Incisura sacroskiatika: Memiliki tinggi rata-rata, tetapi cukup lebar;
memiliki jarak kurang dari 4 lebar jari sepanjang ligament sacrospinosa di
antara spina ischiadica dan sakrum.
4) Binding samping: Sering agak konvergen.
5) Spina ischiadica: Biasanya menonjol, tetapi tidak melebihi batas sehingga
diameter diameter transversal (interspinosa) bidang tengah umumnya
lebih kecil daripada diameter pelvis gynecoid, tetapi tidak berkontraksi
seperti pelvis android.
6) Arkus pubis: Kemungkinan agak sempit, tetapi masalah potensial
kontraktur pintu bawah panggul umumnya diimbangi Oleh diameter
panjang anteroposterior memiliki bidang sagital posterior, yang panjang
sehingga menyediakan ruang pada bagian posterior pelvis untuk bayi.
d. Platypeloid
Untungnya, pelvis platypeloid jarang karena tipe ini tidak secara khusus
kondusif untuk kelahiran per vagina. Pelvis tipe ini ditemukan kurang dari 3%
baik pada perempuan kulit putih maupun bukan kulit putih. Karakteristik
pengidentifikasiannya adalah sebagai berikut:
1) PAP: Dianggap sama dengan pelvis gynecoid datar. Tipe ini merupakan
kebalikan dari pelvis antrophoid, dengan diameter anteroposterior pendek
dan diameter transversa yang lebar. Segmen anterior pelvis (pelvis depan)
cukup lebar.
2) Sacrum: Di bagian posterior mendaki dan cukup dalam, sehingga
membentuk sakrum yang pendek dan pelvis yang dangkal.
3) Incisura sacroskiatika: Lebar dan datar dengan sudut akut antara spina
ischiadicum dan sakrum.
4) Dinding samping: Sedikit konvergen.
5) Spina ischiadica: Spina ischiadicum agak menonjol tetapi karena
karakteristik mendatar pelvis dan diameter transversal yang lebar di
seluruh pelvis, penonjolan ini tidak berpengaruh. Diameter transversal
bidang tengah pada pelvis platypeloid adalah yang terlebar di antara
semua pelvis.
6) arcus pubis: cukup lebar; pelvis ini paling lebar di antara tipe-tipe pelvis
lainnya.
Perineum
Perineum merupakan daerah yang menutupi PBP, yang terdiri atas:
a. Regio analis, sebelah belakang spingter ani eksterna, yaitu muskulus yang
me~ ngelilingi anus berada disini.
b. Regio urogenitalis terdiri atas musculus bulbo cauemosus, ishiocauernosus
dan transversus perinei superfisialis.
Jaringan lunak sebelum persalinan dimulai dari uterus, terdiri dari korpus
uteri dan serviks uteri. Saat persalinan dimulai, kontraksi uterus menyebabkan
korpus uteri berubah menjadi dua bagian, yakni bagian atas yang tebal dan berotot
dan bagian bawah yang berotot pasif dan berdinding tipis. Suatu cincin retraksi
fisiologis memisahkan kedua segmen ini. Segmen bawah uterus secara bertahap
membesar karena mengakomodasi isi dalam uterus, sedangkan bagian atas
menebal dan kapasitas akomodasinya menurun. Kontraksi korpus uteri
menyebabkan janin tertekan ke bawah, terdorong ke arah serviks. Serviks
kemudian menipis dan berdilatasi (terbuka) secukupnya sehingga memungkinkan
bagian terbawah janin memasuki vagina. Dasar panggul adalah lapisan otot yang
memisahkan rongga panggul di bagian atas dari ruang perineum di bawahnya.
Struktur ini membantu janin berotasi ke arah anterior saat menuruni jalan lahir.
Vagina kemudian mengembang, berdilatasi untuk mengakomodasi sehingga
memungkinkan janin ke dunia luar.
Gambar 3.16 Otot-otot Parineum
Sumber: Hacker, Neville
Passanger
Passanger meliputi Janin, plasenta dan air ketuban. Berikut akan dibahas
mengenai ketiga hal tersebut:
1. Janin
Janin bergerak sepanjang jalan lahir akibat interaksi beberapa faktor,
di antaranya: ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin
karena plasenta dan air ketuban juga harus melewati jalan lahir, maka
dianggap sebagai bagian darl passenger yang menyertai janin. Namun
plasenta dan air ketuban jarang menghambat proses persalinan pada
kehamilan normal. Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah
kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat memengaruhi jalan persalinan.
Kepala janin dan ukuran-ukurannya :
a. Tulang tengkorak (cranium)
1) Bagian muka dan tulang-tulang dasar tengkorak.
2) Bagian tengkorak, meliputi os frontalis, os parietalis, os temporalis
dan os occipitalis.
3) Sutura, meliputi: Sutura frontalis, sutura sagittalis, sutura coronaria,
sutura lambdoidea.
4) Ubun-ubun (fontanel) meliputi fontanel mayor/bregmadan fontanel
minor.
b. Ukuran-ukuran kepala
1) Diameter
a) Diameter cccipito frontalis ± 12 cm.
b) Diameter mentooccipitalis ±3,5 cm.
c) Diameter sub occipito bregmatika ±9,5 cm.
d) Diameter biparletalls ±9.25 cm.
e) Diameter ditemporalis ±8 cm.
2) Ukuran keliling (cirkumferensial)
a) Cirkumferensial fronto occipitalis ±34 cm.
b) Cirkumferensial mento occipitalis ±35 cm.
c) Cirkumferensial sub occipito bregmatika ±32 cm.
c. Ukuran badan yang lain
1) Bahu: Jarak (12 cm) dan lingkaran (34 cm).
2) Bokong: Jarak trochanter: 9,5-10 cm.
Gambar 3.18 Penunjuk dan diameter pada tengkorak kepala janin
Sumber: Modlflkasi dari Widjanarko
2. Tali Pusat
Umumnya plasenta akan terbentuk lengkap pada kehamilan kira-kira
16 minggu, dimana ruang amnion telah mengisi seluruh rongga rahim. Tali
pusat/cord umbilicalis disebut juga foeniculus Pada minggu ke-5 tali pusat
terbentuk. Tali pusat terdapat antara pusat janin dan permukaan fetal plasenta.
a. Struktur tali pusat
Pada saat aterm panjang tali pusat berkisar 30-90 cm, namun rata-
rata 55-60 cm dengan diameter 2 cm. Warnanya dari luar putih dan bukan
merupakan tali yang lurus tapi yang terpilin. Pembuluh-pembuluh
darahnya biasanya lebih panjang dari tali pusatnya sendiri, hingga
pembuluh berkelok-kelok hingga sedemikian rupa menimbulkan tonjolan
pada permukaan tali pusat yang disebut simpul palsu.
3. Plasenta
Selama minggu ke-3 setelah konsepsi, sel tropoblast dari villi chorionic
berlanjut untuk meng-invasi desidua basalis. Saat kapiler uteri terbentuk,
keadaan ini berlanjut dengan arteri endometrial yang membentuk posisi
seperti spiral, ruang yang terbentuk diisi dengan darah maternal. Villi chorionic
tumbuh di dalam rongga dengan dua lapisan sel, yang terluar namanya
syncitium dan yang bagian dalam adalah cytotropoblast. Lapisan yang ketiga
berkembang di dalam septa yang membagi desidua ke dalam area yang
terpisah yang disebut cotyledons. Pada setiap 15-20 kotiledon, villi chorionik
bercabang keluar dengan sistem pembuluh darah fetal yang begitu kompleks.
Setiap cotyledon merupakan satu unit fungsional. Struktur secara keseluruhan
disebut dengan plasenta. Plasenta adalah alat yang sangat panting bagi janin
karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak dan sebaliknya.
a. Struktur
Struktur plasenta akan lengkap pada sekitar 16 minggu kehamilan,
plasenta terus tumbuh meluas sampai minggu ke-20 saat plasenta
menutupi sekitar setengah permukaan uterin. Plasenta kemuclian tumbuh
menebal. Percabangan villi terus berkembang ke dalam tubuh plasenta,
meningkatkan area permukaan fungsional.
b. Struktur Plasenta
Plasenta barbentuk bundar atau oval. Ukuran diameter 15-20 cm
dan tebal 2-3 cm serta berat 500-600 gram. Pembagian plasenta, yaitu
bagian maternal dan bagian janin dari plasenta.
1) Bagian yang terdiri dari jaringan MATERNAL. Piring desidua/piring
basal yang terdiri dari desidua kompakta dan Seba. gian dari desidua
spongiosa, yang nantinya ikut lepas dengan plasenta
2) Bagian yang terdiri dari jaringan JANIN. Piring penutup atau
membran chorii, yang dibentuk oleh amnion, pembuluh-pembuluh
darah janin, chorion dan villi.
Gambar 3.20 Permukaaan Plasenta. A. Sisi Maternal; B. Sisi Janin
Sumber: Robicondior, Aagaard dan Indriyani
c. Fungsi plasenta
Adapun fungsi dari plasenta adalah:
1) Nutrisi, alat pemberi makanan pada janin.
2) Respirasi, yaitu alat penyalur zat asam dan pembuang CO2.
3) Eksresi, yaitu alat pengeluaran sampah metabolisme.
4) Produksi, yaitu alat yang menghasilkan hormon-hormon.
5) Imunisasi, yaitu alat penyalur bermacam-macam antibodi ke janin.
6) Pertahanan (sawar), alat yang menyaring obat-obatan dan kuman-
kuman yang bisa melewati uri.
d. Mekanisme transfer plasenta
Ada sejumlah mekanisme transfer melalui plasenta antara fetus
dan maternal, antara lain:
1) Difusi sederhana
Transfer substansi melewati membran dari daerah dengan
daerah konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Mekanisme ini
memungkinkan transfer oksigen, karbon dioksida, elektrolit, air, obat,
seperti senyawa analgesik dan anastetik.
2) Difusi terfasilitasi
Transfer materi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah, difasilitasi melewati membran placenta untuk
menyediakan transfer yang lebih cepat dan lebih spesifik. Plasenta
memfasilitasi dlfusi substansi yang penting untuk pertumbuhan fetus
yang cepat tapi konsentrasi rendah dalam darah maternal, misalnya
glukosa.
3) Transport aktif
Transfer yang berlawanan dengan prinsip fisiologi umum.
Transport aktif termasuk transfer substansi dari ibu ke fetus yang
konsentrasinya rendah pada darah maternal dan konsentrasinya
tinggi pada darah fetus. Contohnya adalah transport besi dan asam
askorbat dari ibu ke fetus.
4) Pinositosi
Pergerakan substansi melewati sel membran fetus ke aliran
darah fetus melalui penelanan invaginasi chorionic villi, seperti
transfer molekul protein bemkuran besar seperti immunoglobulin G.
5) Perubahan antar sel
Pembahan villi chorionic menyediakan transfer sel secara
langsung. Contoh sensitisasi Rh-negatif perempuan dari eritrosit
yang diterima dari Rh-positif fetusnya.
6) Infeksi plasenta
Ketika plasenta terinfeksi, luka pada plasenta disebabkan
oleh organism yang mampu menembus aliran darah fetus protozoa
dan bakteri ditransfer dengan cara ini. lnfeksi virus mungkin melewati
membran plasenta dan menginfeksi fetus tanpa menginfeksi plasenta.
e. Substansi transfer
Substansi yang diidentifikasi ditransfer melewati membran
plasenta sebagai berikut:
1) Oksigen (dari ibu ke fetus)
2) Co2 (dari ibu ke fetus)
3) Hasil sisa, misalnya urea, asam urat, bilirubin
4) Anti bodi maternal untuk penyakit tertentu
5) Kebanyakan obat dan senyawa farmakologi
6) Air
7) Vitamin
8) Glukosa
9) Elektrolit
10) Asam amino
11) Protein tertentu
12) Lemak
13) Mineral
14) Hormon
15) Virus tertentu
f. Hormon-hormon plasenta
Hormon-hormon yang disintesis plasenta adalah sebagai
1) Human chorionic gonadotropin (hCG)
Hormon protein yang diproduksi pada awal kehamilan oleh syncytio
trophobiast, terutama untuk memelihara corpus luteum dan
endometrium pada kehamilan.
2) Human placental lactogen (hPL)
Hormon protein yang dihasilkan pada awal kehamilan oleh syncytio
trophoblast. Bemeran dalam laktogenik dan proses metabolism. hPL
disebut juga hormon pertumbuhan chorionic dan chorionic somamo-
mamatropin.
3) Estrogen
Hormon steroid dihasilkan oleh plasenta untuk menyebabkan
keadaan hiperestrogen. Precursor untuk produksi estrogen adalah
korteks adrenal ibu dan fetus, dengan hasil yang lebih besar pada
fetus.
4) Progesteron
Hormon steroid dihasilkan oleh plasenta, menggunakan kolesterol
darah sebagai precursor.
5) Plasenta juga mensintesis thyroid stimulating hormone (Chorionic
thyrotropin) dan adeno corticosteroid (chorionis ACTH), meskipun
belum ada hubungan yang langsung terhadap chorionic ACTH.
g. Sirkulasi darah ke plasenta
Sirkulasi maternal-plasenta-embrionik berada pada tempatnya
pada hari ke17, saat jantung embrio mulai berdenyut. Pada akhir minggu
ke-3, darah embrio bersirkulasi di antara embrio dan villi korion. Pada
rongga intervilli, darah maternal mensuplai oksigen dan nutrient ke kapiler
embrio di dalam villi. Plasenta berfungsi sebagai pertukaran metabolik.
Pertukaran minimal terjadi pada saat ini disebabkan dua lapisan sel pada
membran villi terlalu tebal. Permaebilitas meningkat saat cytotropoblast
menjadi tipis dan menghilang pada bulan ke-5, meninggalkan hanya
lapisan tunggal syncytium di antara darah maternal dan kapiler fetal.
Syncitium merupakan selaput fungsional dari plasenta. Pada minggu ke-
8, test genetik dapat dilakukan dengan memperoleh sampel villi chorion
melalui aspirasi biopsi. Berikut ini akan dijelaskan tentang sirkulasi darah
dari ibu ke plasenta:
1) Darah janin menuju ke plasenta melalui dua buah arteri umbilikalis
dan dari plasenta kembali ke tubuh janin melalui vena umbilikalis.
2) Ketiga pembuluh darah ini terdapat dalam tali pusat.
3) Arteri mengandung darah yang kotor dan vena mengandung darah
yang bersih.
4) Dari tali pusat, pembuluh-pembuluh darah tersebut berjalan dalam
korion dan kemudian masuk ke dalam villi.
5) Darah ibu memancar ke dalam ruangan intervillair yaitu rongga di
antara villi dari arteri-arteri ibu yang terbuka pada dasar ruangan
tersebut.
6) Darah ibu menyebar ke segala jurusan clan dengan lambat laun
mengalir kembali ke bawah dan masuk ke dalam vena pada dasar
plasenta.
4. Air Ketuban
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500
cc. Air ketuban berwama putih keruh, berbau amis dan berasa manis.
Reaksinya agak alkalis atau netral, dengan berat jenis 1,008. Komposisinya
terdiri atas 90% air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel,
rambut lanugo, verniks caseosa dan garam an-organik. Kadar protein kira-kira
2,6% g/I terutama albumin. Cavum amnion menerima cairan dengan difusi
dari darah maternal. Fetus menelan cairan tersebut dan mengalirkannya ke
dalam dan keluar paru fetal. Urine fetus juga mengalir masuk ke dalam cairan
ini yang akan mempertinggl volume cairan amnion. Sedikitnya kurang dari 300
ml cairan amnion dihubungkan dengan abnormalitas pada renal fetal. Cairan
yang lebih tinggi dari 2 liter cairan amnion (hydramnion) dihubungkan dengan
malformasi gastrointestinal dan malformasi lainnya.
a. Fungsi air ketuban
Adapun fungsi air ketuban antara lain:
1) Sumber bagi cairan oral sebagai tempat penyimpanan zat sisa.
2) Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat
benturan dengan memperhalus dan menghilangkan kekuatan
benturan.
3) Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat
menyebabkan mengerut sehingga menghambat penyaluran
oksigen melalui darah ibu ke janin.
4) Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrisi bagi janin
untuk sementara.
5) Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu sistem
pencernaan janin, sistem muskuloskeletal clan tulang rangka, serta
sistem pernafasan janin agar berkembang dengan baik.
6) Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga
kehangatan disekitar janin karena dapat memelihara temperatur
tubuh secara konstan.
7) Menjaga fetus dari lilitan dengan membran sehingga memfasilltas)
pertumbuhan yang simetris dari fetal.
Selaput ketuban dengan cairan ketuban di dalamnya merupakan
penahan janin dan rahim terhadap kemungkinan infeksi. Pada saat
kehamilan, air ketuban bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan yang
dialami oleh janin, khususnya yang berhubungan dengan kelainan
kromosom dengan cara memeriksa sampel air ketuban. Pada waktu
persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi dalam
rahim, sehingga serviks membuka dan saat selaput ketuban pecah, air
ketuban yang keluar sekaligus akan membersihkan jalan Iahir.
b. Kelainan air ketuban
Berikut ini adalah macam-macam kelainan air ketuban, yaitu:
1) Ketuban pecah dini (KPD). Penegakkan diagnosa KPD ditetapkan
apabila pecahnya selaput ketuban sebelum inpartu tanpa
memandang usia kehamilan. Namun, dalam penanganannya
dibedakan berdasarkan usia kehamilan, apakah aterm (≥37 minggu)
atau belum (<37 minggu).
2) Ketuban pecah sebelum waktu (KPSW). Penegakkan diagnosa
KPSW ditetapkan apabila pecahnya selaput ketuban setelah ada
tanda-tanda inpartu tanpa memandang usia kehamilan. Namun,
dalam penanganannyadibedakan berdasarkan usia kehamilan,
apakah aterm (≥37 minggu) atau belum (<37 minggu).
3) Polihidramnion atau hidramnion, yaitu suatu keadaan air ketuban
lebih dari normal atau Iebih dari 2000 ml. Pada kasus ini, sering
disertai dengan prolaps tali pusat atau tali pusat menumbung.
4) Oligohidramnion, yaitu suatu keadaan dimana air ketuban kurang
dari normal atau kurang dari 500 ml.
Power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari:
1. His (kontraksi otot uterus)
His merupakan kontraksi otot rahim pada persalinan yang terdiri dari kontraksi
otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan dan
kontraksi ligamentum rotundum.
2. Tenaga mengejan
Power atau tenaga yang mendorong anak keluar.
Kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempuma dengan sifat-sifat:
1. Kontraksi simetris.
2. Fundus dominan.
3. Relaksasi.
4. Involunter: Terjadi di luar kehendak.
5. Intermitten: Terjadi secara berkala (berselang-seling).
6. Terasa sakit.
7. Terkoordinasi.
8. Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis.
Perubahan-perubahan akibat his:
1. Pada uterus dan serviks
Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban
dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar
(effacement) dan terbuka (dilatasi).
2. Pada ibu
Rasa nyeri karena iskemia uterus dan kontraksi uterus. Juga ada kenaikan
nadi dan tekanan darah.
3. Pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul
hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang jelas
didengar karena adanya iskemia fisiologis. Jika benar-benar terjadi hipoksia
yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin
asfiksia dengan denyut jantung janin di atas 160 per menit, tidak teratur.
Gambar 3.21 Otot-otot pada uterus dan karakteristik dari kontraksi uterus
Sumber: General Surgeon
Pembagian his dan sifat-sifatnya:
1. His pendahuluan
a. His tidak kuat, tidak teratur.
b. Menyebabkan ”show".
2. His pembukaan (kala satu)
a. His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10 cm.
b. Mulai kuat, teratur dan sakit.
3. His pengeluaran/his mengedan (kala dua)
a. Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama.
b. His untuk mengeluarkan janin.
c. Koordinasi bersama antara: His .kontraksi otot perut, kontraksi diafragma
dan ligamen.
4. His pelepasan uri (kala tiga): Kontraksi sedang untuk melepaskan dan
melahirkan plasenta.
5. His pengiring (kala empat): Kontraksi lemah, masih sedikit, Pengecilan rahim
dalam beberapa rahim dalam beberapa hari.
His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tldak efisien atau spasme usus,
kand kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyerl. His palsu timbul
beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat
merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persallnan
sungguhan mulai pasien berada dalam kondisl yang jelek, baik fisik maupun
mental.
Position
Posisi ibu memengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi
tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisl membuat rasa letih hilang,
memberi rasa nyaman dan melancarkan sirkulasi darah. Posisi tegak meliputi
posisi berdiri, berjalan, duduk, jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi
untuk penurunan bagian terendah janin. Kontraksi uterus lebih kuat dan lebih
efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan lebih
cepat. Posisi tegak dapat mengurangi lnsidensl penekanan tali pusat. (lihat pada
tabel 5.3 mengenai posisi persalinan).
Psychology
Psychology adalah respon psikologl ibu terhadap proses persalinan. Faktor
psikososial terdiri dari persiapan fisik maupun mental melahirkan, nilal dan
kepercayaan sosiobudaya, pengalaman melahirkan sebelumnya, harapan
terhadap persalinan, keslapan melahirkan, tingkat pendidikan, dukungan orang
yang bermakna dan status emosional. Kepercayaan beragama dan dan spiritual
dapat memengaruhi kepercayaan ibu tertang penyebab nyeri, penyembuhan dan
pemilihan penyedia asuhan layanan kesehatan. Kepercayaan tersebut dapat
menjadi sumber kekuatan dan rasa nyaman ibu atau dalam keadaan krisis. Faktor
psikososial dan spiritual ibu merupakan faktor yang paling utama.
Tingkat kecemasan perempuan selama bersalin akan meningkat jika
perempuan tersebut tidak memahami apa yang terjadi dengan dirinya, ibu bersalin
biasanya akan mengutarakan kekhawatirannya jika ditanya. Perilaku dan
penampilan perempuan serta pasangannya merupakan petunjuk berharga tentang
jenis dukungan yang akan diperlukannya. Membantu perempuan berpartisipasi
sejauh yang diinginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan perempuan akan
hasil akhir persalinan. Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan
membantu memperlancar proses persalinan yang sedang berlangsung. Tindakan
mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan suasana nyaman, memberikan
sentuhan, masase punggung. (lihat chapter 4 mengenai hubungan kecemasan
dengan rasa nyeri).
Halaman 192-199
Perubahan yang terjadi pada ibu selama persalinan dibagi menjadi 2 (dua) bagian
yaitu perubahan fisiologis dan pembahan psikologis
3. Perubahan metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun
anaerob terus menerus meningkat seiring dengan kecemasan dan aktivitas
otot. Peningkatan metabolisme ini ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh,
denyut nadi, pernafasan, cardiac output dan kehilangan cairan.
4. Pembahan suhu
Selama persahnan, suhu tubuh akan sedikit naik selama persalinan
dan segera turun setelah persalinan. Perubahan suhu dianggap normal
apabila peningkatan suhu tidak melebihi 0,5-1° C. Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan metabolisme dalam tubuh. Apabila peningkatan suhu
melebihi 0,5-1°C dan berlangsung lama, maka harus dipertimbangkan
kemungkinan ibu mengalami dehidrasi atau infekslmi. Lakukan pengkajian
kapan terakhir kali ibu minum dan nilai keadaan selaput ketuban, apakah
sudah pecah? Bagaimana keadaannya (warna, bau, jumlah)
6. Perubahan pemafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama persalinan dan
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventilasi yang
memanjang merupakan kondisi abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis
respiratorik (pH meningkat), yaitu rasa kesemutan pada ekstremitas dan
perasaan pusing dan hipoksia.
7. Pembahan ginjal
Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini disebabkan oleh
meningkatnya curah jantung selama persalinan dan meningkatnya filtrasi
glomerulus dan aliran plasma ginjal, sedangkan his uterus menyebabkan
kepala janin semakin turun. Kandung kemih yang penuh bisa menjadi
hambatan untuk penurunan kepala janin. Poliuria menjadi kurang jelas pada
posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran urin berkurang selama
persalinan.
8. Perubahan gastrointestinal
Pergerakan lambung dan absorbsi pada makanan padat sangat
berkurang selama persalinan. Hal ini diperberat dengan berkurangnya
produksi getah lambung, menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti,
dan pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak berpengaruh
dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. Mual dan muntah biasa
terjadi sampai ibu mencapai akhir kala satu.
9. Pembahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1.2 gram per 100 ml selama persalinan
dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah
pasca salin kecuali ada perdarahan postpartum.
3) Polaritas
Polaritas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keselarasan saraf-saraf otot yang berada pada dua kutub atau
segmen uterus ketika berkontraksi. Ketika segmen atas uterus
berkontraksi dengan kuat dan beretraksi maka segmen bawah uterus
hanya berkontraksi sedikit clan membuka.
4) Differensiasi atau perbedaan kontraksi uterus
Selama persalinan aktif uterus berubah menjadi dua bagian yang
berbeda Segmen atas uterus yang berkontraksi secara aktif menjadi
lebih tebal ketika persalinan maju. Segmen bawah uterus dan serviks
relatif pasif dibanding dengan segmen atas dan bagian ini
berkembang menjadi jalan yang berdinding jauh lebih tipis untuk janin.
Cincin retraksi terbentuk pada sambungan segmen bawah dan atas
uterus. Segmen bawah rahim terbentuk secara bertahap ketika
kehamilan bertambah tua dan kemudian menipis sekali pada saat
persalinan. Berikut adalah gambar cincin retraksi antara segmen
bawah dan atas uterus:
Gambar 5.3 Cincin retraksi antara segmen bawah dan atas uterus
Sumber: Jackson
b. Perubahan serviks
Kala satu persalinan dimulai dari munculnya kontraksi persalinan
yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri
dengan pembukaan serviks lengkap. Ada 2 (dua) proses fisiologi utama
yang terjadi pada serviks:
1) Pendataran serviks disebut juga penipisan serviks adalah
pemendekan saluran serviks dari 2 cm menjadi hanya berupa muara
melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. Proses ini terjadi dari
atas ke bawah sebagai hasil dari aktivitas miometrium. Serabut-
serabut otot setinggi ostium serviks internum ditarik ke atas dan
dipendekkan menuju segmen bawah uterus. sementars ostium
eksternum tidak berubah.
2) Pembukaan seviks. Pembukaan terjadi sebagai akibat dari kontraksl
uterus serta tekanan yang berlawanan dari kantong membran dan
bagian bawah janin. Kepala janin saat fleksi akan membantu
pembukaan yang efisien. Pada primigravida pembukaan didahului
oleh pendataran seviks, sedangkan pada multigravida pembukaan
serviks dapat terjadi bersamaan dengan pendataran.
Seperti yang telah di bahas sebelumnya bahwa kala satu
persalinan dibagl mem jadi dua fase yaitu fase laten dan aktif.
1) Fase laten pada kala satu persalinan
Di mulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap atau dimulai dari adanya
pembukaan sampai pembukaan serviks mencapai 3 cm atau serviks
membuka kurang dari 4 cm. Pada umumnya, fase laten berlangsung
hampir atau hingga 8 jam. Pada fase ini kontraksi uterus meningkat,
baik frekuensi durasi dan intensitasnya, yaitu dari setiap 10-20 menit,
lama 15-20 detik dengan intensitas cukup menjadi 5-7 menit, lama
30-40 detik dan dengan intensitas yang kuat.
2) Fase aktif pada kala satu persalinan
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 4O detik
atau lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm
per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara). Pada umumnya, fase aktif berlangsung hampir atau
hingga 6 jam. Pada fase ini kontraksi uterus menjadi efektif ditandai
dengan meningkatnya frekuensi, durasi dan kekuatan kontraksi.
Tekanan puncak kontraksi yang dihasilkan mencapai 40-50 mmHg.
Di akhir fase aktif kontraksi berlangsung antara 2-3 menit sekali,
selama 6O detik dengan intensitas lebih dari 40 mmHg. Fase aktif
dibedakan menjadi fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase
deselerasi.
a) Fase akselerasi
Dari pembukaan serviks 3 menjadi 4 cm umumnya berlangsung
selama 2 jam. Fase ini merupakan fase persiapan menuju fase
berikutnya.
b) Fase dilatasi maksimal
Fase ini merupakan waktu ketika dilatasi serviks meningkat
dengan cepat. Dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm selama 2 jam.
Normalnya pembukaan serviks pada fase ini konstan yaitu 2-3
cm perjam untuk multipara dan 1-2 cm per jam untuk primipara.
c) Fase deselerasi
Fase ini merupakan akhir fase aktif dimana dilatasi serviks dari 9
cm menuju pembukaan lengkap (10 cm). Dilatasi serviks pada
fase ini kembali menjadi lambat rata-rata 1 cm per jam pada
primipara namun pada multipara lebih cepat.
2. Fase aktif
Saat kemajuan persalinan sampai pada fase kecepatan maksimum
rasa khawatir ibu menjadi meningkat. Kontraksi menjadi semakin kuat dan
frekuensinya lebih sering sehingga kadang ibu tidak dapat mengontrol
sikapnya. Dalam keadaan ini ibu akan menjadi lebih serius. Umumnya ibu
menginginkan seseorang untuk mendampinginya karena ia merasa takut tidak
mampu beradaptasi dengan kontraksinya.
Halaman 233-247
KEBUTUHAN IBU BERSALIN KALA SATU
4. Posisi persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal,
tanpa disadari dan mau tidak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu
agar tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan
pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaiknya,
peranan bidan adalah untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun
yang dipilihnya, menyarankan alternatif-altematif hanya apabila tindakan ibu
tidak efektif atau membahayakan bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya. Bila
ada anggota keluarga yang hadir untuk melayani sebagai pendukung ibu,
maka bidan bisa menawarkan dukungan pada orang yang mendukung ibu
tersebut.
Posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan bagi ibu
yang akan bersalin. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi
tertentu )ustru akan membantu proses penumnan kepala janin sehingga
persalinan dapat berjalan lebih cepat (selama tidak ada kontraindikasi dari
keadaan ibu). [bu bersalin harus diberikan kebebasan dalam melakukan
gerakan dan memilih posisi yang nyaman bagi ibu dan tidak membahayakan
bagi ibu dan janin.
Dulu ibu bersalin dibatasi hanya berbaring terlentang, tetapi setelah
dilakukan penelitian terbukti bahwa posisi terlentang akan mengakibatkan
berat janin dapat menekan vena cava inferior dan aorta sehingga dapat
menghambat aliran darah ibu-janin yang berdampak pada hypotensi supine
pada ibu dan hipoksia bagi janin. Saat persalinan sebenarnya telah terjadi
pengurangan aliran darah plasenta akibat aktivitas otot rahim saat kontraksi.
Bila ditambah dengan posisi terlentang akan menimbulkan bahaya bagi janin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bersalin dalam posisi terlentang akan
menghambat aliran darah ke Ibu dan janin. Dampak bagi ibu, dapat terjadi
hypotensi supine dan pada janin akan mengalami hipoksia. Selain itu telah
terbukti bahwa ibu yang lebih banyak bergerak dan dibiarkan memilih posisi
yang diinginkan mengalaml proses persalinan lebih singkat dan kurang
merasakan nyeri.
Beberapa posisi yang dapat diambil antara lain rekumben lateral
(miring). lutut, dada, tangan lutut, duduk, berdiri, berjalan, dan jongkok. Posisi
tersebut dapat membantu rotasl janin darl posisi posterior ke anterior. Setiap
posisi yang mengarahkan uterus ke depan membantu gravitasi untuk
membawa sisi yang lebih berat pada punggung janin kearah depan, ke sisi
bawah abdomen ibu. Posisinya membungkuk ke depan di atas kandungan
atau jika sedang berada di tempat tidur, membungkuk ke atas meja kecil yang
biasa dipakai di tempat tidur. Selain itu, posisi ke depan berlawanan dengan
individu penopang dalam posisi berdiri juga dapat dilakukan. Jika ibu berada
di tempat tidur, posisi rekumben miring ke kiri sangat dianjurkan karena akan
membantu putaran rotasi kepala janin yang berada dalam posisi oksipito
posterior kiri.
Selain posisi di atas, bidan juga dapat menganjurkan ibu untuk
berjalan-jalan (jika masih memungkinkan) sambil menunggu pembukaan
lengkap. Hal ini akan membantu mempercepat penurunan bagian terbawah
janin dan untuk putaran paksi dalam sehingga dapat mempercepat proses
persalinan. Sebagian besar ibu akan merasa rileks dan mampu mengatasi
persalinan mereka dengan lebih balk. Beri ibu kebebasan untuk berjalan,
duduk dikursi, menggunakan toilet, dan sebagainya agar lebih kondusif untuk
mencapai persalinan yang nyaman dan progesif, yang berorientasi pada
proses persalinan normal, bukan berorientasi pada keadaan sakit yang hanya
berbaring di tempat tidur serta memberikan pengalaman melahirkan yang
positif.
Apabila ibu tidak lagi memungkinkan untuk turun dari tempat tidur,
seperti pada kasus ketuban pecah sebelum waktunya, maka bidan dapat
menganjurkan ibu Untuk memilih posisi miring ke kiri (posisi rekumben lateral)
jika ibu menginginkannya. Beberapa keuntungan dari posisi rekumben lateral
yaitu:
a. Koordinasi lebih baik dan efisiensi kontraksi uterus yang lebih besar,
kontraksi lebih kuat dan lebih jarang daripada ketika ibu dalam posisi
telentang.
b. Memfasilitasi fungsi ginjal, karena aliran urin menurun pada posisi
terlentang.
c. Memfasilitasi rotasi janin pada posisi posterior.
d. Meredakan tekanan uterus dan kompresi pada pembuluh darah utama
ibu (vena cava inferior dan aorta).
Posisi rekumben lateral sangat dianjurkan pada kondisi yang tidak
menguntungkan seperti:
a. Sindrom hipotensi supine pada ibu.
b. Gawat janin.
c. Pre-eklamsia berat.
d. Hipertonik uterus atau kontraksi uterus yang tidak efektif.
5. Kontak fisik
lbu mungkin tidak ingin bercakap-cakap tetapi ia mungkin akan merasa
nyaman dengan kontak fisik. Pasangan atau pendamping hendaknya
didorong untuk mau berpegangan tangan dengannya, menggosok
punggungnya, menyeka wajahnya dengan spons atau mungkin hanya
mendekapnya. Sebagian pasangan suami istri mungkin ingin mempraktikkan
dimana pasangarmya (suami) mengelus-elus perut dan paha ibu atau teknik-
teknik lain yang serupa. Mereka yang menginginkan kelahiran yang aktif bisa
mencoba stimulasi puting dan klitoris untuk mendorong pelepasan oksitosin
dari kelenjar pituitari dan dengan demikian merangsang kontraksi uterus
secara alamiah. Hal ini juga akan merangsang produksi endogenous opiates,
yang memberikan sedikit analgesia alamiah.
7. Lingkungan persalinan
Lingkungan tempat ibu bersalin dapat memengaruhi proses persalinan,
baik intervensi dalam persalinan maupun terhadap psikososial ibu bersalin.
Penting bagi bidan untuk menciptakan lingkungan persalinan yang nyaman
dan aman bagi ibu. Ada sebagian ibu yang lebih suka melahirkan di rumah
sendiri karena merupakan lingkungan yang sudah dikenal, ia dapat
mempertahankan privasi dan dikelilingi oleh orang-orang yang diinginkannya,
yang akan memberi dukungan dan ketenangan pada dirinya. Namun,
sebagian ibu lebih tenang melahirkan di Iingkungan yang memiliki teknologi
dan tersedia pelayanan dari para ahli. Keséimbangan dapat disediakan
dengan membuat unit maternitas menjadi tidak bersifat institusional, dengan
sistem pemberian asuhan yang memungkinkan ibu dan keluarganya
mendapatkan jenis dan standar asuhan yang memenuhi kebutuhan fisik,
emosional, sosial dan psikologis mereka.
3. Memberikan informasi
Setiap ibu bersalin selalu ingin mengetahui apa yang terjadi pada
tubuhnya. lnformasi yang diberikan oleh bidan terkait dengan kondisi dirinya
saat itu akan sangat bermanfaat untuk membuat ibu menjadi lebih tenang dan
percaya diri. Informasi/penjelasan yang dapat diberikan pada ibu tentang:
a. Penjelasan tentang proses dan perkembangan persalinan. Ibu yang telah
siap mempunyai anak biasanya mengetahui proses-proses persalinan
dan merasa ingin diinformasikan mengenai perkembangannya,
sedangkan pada ibu yang belum siap biasanya mereka ingin mengetahui
apa saja yang sedang terjadi dalam tubuhnya.
b. Jelaskan semua hasil pemeriksaan. Semua hasil pemeriksaan harus
dijelaskan pada ibu tersebut, hal ini akan mengurangi kebingungan pada
ibu. Setiap tindakan yang akan kita lakukan harus memperoleh
persetujuan sebelum melakukan prosedur.
c. Pengurangan rasa takut akan menurunkan nyeri akibat ketegangan dari
rasa takut.
d. Penjelasan tentang prosedur dan adanya pembatasan hal ini
memungkinkan ibu bersalin merasa aman dan dapat mengatasinya
secara efektif. ibu tersebut haruslah menyadari prosedur tersebut sebagai
salah satu yang dia perlukan dan yang akan membantunya dan juga
tentang keterbatasan prosedur tersebut.
Untuk dapat memfasilitasi pemenuhan kebutuhan ibu selama
persalinan dan untuk memberikan pengalaman bersalin yang menyenangkan,
bidan dapat menggali keinginan ibu selama proses persalinan melalui
pengisian formulir rencana persalinan atau birth plan (lihat lampiran). Idealnya
pengisian birth plan dilakukan pada masa kehamilan menjelang persalinan,
setelah ibu mengikuti kelas ibu hamil atau antenatal class.
e. Peran pendamping
Suami memiliki peran yang sangat besar untuk memberikan
dukungan kepada ibu selama persalinan. Salah satu peran penting
adalah memastikan ibu sampai di rumah sakit dan memberi semangat
kepada istrinya, menemani istri selama proses persalinan secara tidak
langsung mengajarkan suami untuk bisa lebih menghargai dan perhatian
pada ibu nantinya karena suami adalah orang paling dekat dengan ibu.
Penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada yang lebih efektif
dalam mem‘ bantu seorang calon ibu untuk menghadapi persalinannya
daripada dukungan yang baik dari bidan dan teman yang dipilih untuk
menemaninya. Dukungan yang penuh kasih akan mengurangi kebutuhan
ibu terhadap obat pereda nyeri dan campur tangan medis dalam
persalinannya, dan ini akan meningkatkan kepuasan terhadap
pengalamannya dalam melahirkan.
f. Tindakan pendamping menjelang persalinan
Tindakan seorang yang menjadi pendamping menjelang
persalinan adalah sebagai berikut:
1) Memberi ketenangan dan rasa santai pada ibu dan ketenangan diri
sendiri.
2) Pijatlah punggung Ibu dengan lembut dan tidak tergesa-gesa.
3) Ingatkan ibu untuk mencoba buang air kecil sedikitnya satu jam sekali.
4) memberikan kata kata yang meyakinkan lbu dan pujian.
5) Bernafaslah bersamaan, jika ibu mengalami kontraksi sulit. Namun
jangan memaksakan melakukan latihan pernafasan jika lbu merasa
terganggu atau tegang.
6) Ingatkan ibu untuk islirahat di antara kontraksi.
7) Gunakan lap basah untuk menyegarkan tubuh clan wajahnya.
8) Memberikan minum dan makanan kepada ibu.
9) Jika mungkin berjalan-Jalan bersama ibu di sekitar ruangan rumah
sakit/ rumah bersalin.
g. Tindakan pendamping saat persalinan
Tindakan pendamping persalinan adalah semua tindakan yang
dilakukan oleh setiap pendamping persalinan, untuk membantu
meningkatkan motivasi ibu dalam menyelesaikan proses persalinan.
Bentuk tindakan yang dapat dilakukan seorang pendamping adalah tetap
menghibur dan mendukung, memberi makan dan minum pada ibu,
membimbing ibu mengejan dan bernafas, membantu ibu agar dapat
beristirahat di antara waktu kontraksi dengan memberikan kata-kata yang
menyenangkan, menyeka keringat ibu dengan waslap dingin di dahi,
Ieher atau bahu, dan jika ibu menghendaki, lakukan pijatan ringan di
bagian punggung untuk meredakan sakit punggung, posisikan ibu sesuai
dengan permintaannya, sanggah pinggang ibu ketika mengejan,
genggam tangan, memberitahukan setiap kemajuan yang berhubungan
dengan proses persalinan.
Kecenderungan untuk melakukan tindakan dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan. lbu bersalin sebaiknya didampingi oleh orang yang
dipercayai dan yang dapat membuatnya merasa nyaman. Umumnya
mereka sebagai pendamping adalah orang-orang yang sudah dekat
dengan ibu. Penolong persalinan yang profesional harus mengajak
pendamping persalinan untuk bekerjasama dalam memotivasi ibu untuk
mengenal tugas suportif dan sekaligus tugas medis, serta mampu
melakukannya secara bersama-sama dengan kompeten dan sensitif.
Kehadiran suami atau kerabat dekat, akan membawa ketenangan
bagi ibu, sehingga hal ini akan menekan tingkat kecemasan/stressor.
Mendampingi istri saat melahirkan juga akan membuat suami semakin
menghargai istri dan mengeratkan hubungan batin di antara suami dan
istri serta bayi yang baru lahir.
Secara umum kehadiran pendamping sangat diharapkan namuu
ada juga pendamping persalinan yang tidak diharapkan misalnya:
pendamping yang tidak bisa melihat darah, pendamping tidak kuat dalam
melihat proses persalinan, pendamping tidak sabar dalam menunggu
persalinan, tidak membantu lbu dalam merubah posisi, tidak berbuat apa-
apa di saat ibu mengeluh dan tidak memberi dukungan saat ibu bersalin.
Untuk hal inilah sebaiknya penolong persalinan memberikan penjelasan
agar pendamping persalinan dapat berpartisipasi untuk mencapai proses
persalinan yang sehat dan aman.
Anjurkan ibu untuk ditemani oleh suami/anggota keluarga atau
temannya yang ia inginkan selama proses persalinan, menganjurkan
mereka untuk melakukan peran aktif dalam mendukung ibu dan
mengidentifikasi langkah-langkah yang mungkin sangat membantu
kenyamanan ibu. Seorang bidan harus menghargai keinginan ibu untuk
menghadirkan teman atau saudara yang khusus untuk menemaninya.
Adapun dukungan yang dapat diberikan oleh pendamping persalinan
seperti mengusap keringat, menemani jalan-jalan, memberikan minum.
Asuhan Sayang lbu
Pada tanggal 22 Desember 1996 bertepatan dengan Hari ibu, pemerintah
merancang gerakan sayang ibu sebagai wadah kemitraan antara pemerintah dan
masyarakat di semua tingkat pemerintah dari pemerintah sampai pedesaan
dengan tujuan percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI). Asuhan sayang
ibu adalah asuhan yang saling menghargai budaya, kepercayaan dari keinginan
ibu pada asuhan yang aman selama proses persalinan serta melibatkan ibu dan
keluarga sebagai pembuat keputusan, tidak emosional dan sifatnya mendukung.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan dari ibu bersalin. Salah satu prinsip dasar asuhan
sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses
persalinan dan kelahiran bayinya. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan
bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan bahwa intervensi
yang tidak perlu dan pengobatan untuk proses alamiah ini harus dihindarkan.
Konsep asuhan sayang ibu yaitu:
1. Persalinan merupakan peristiwa alami.
2. Sebagian besar persalinan umumnya akan berlangsung normal.
3. Penolong memfasilitasi proses persalinan.
4. Adanya rasa persahabatan, rasa saling percaya, tahu, dan siap membantu
kebutuhan klien, memberi dukungan moril dan kerja sama semua pihak
(penolong, keluarga, klien).
Dukungan dari pemberi asuhan dalam persalinan harus bersifat fisik dan
emosional. Asuhan sayang ibu pada persalinan kala l, meliputi:
1. Memberikan dukungan emosional berupa pujian dan besarkan hati ibu bahwa
ibu mampu melewati proses persalinan dengan baik.
2. Memberikan pemijatan pada punggung ibu untuk meringankan rasa sakit
pada punggung ibu dan mengelap keringat ibu.
3. Menganjurkan ibu untuk mandi gosok gigi terlebih dahulu jika ibu masih kuat
untuk berjalan.
4. Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
5. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan pada saat kala I dan mengatur posisi
yang nyaman bagi ibu kecuali posisi terlentang dengan melibatkan keluarga.
6. Menganjurkan ibu untuk makan makanan ringan dan mlnum jika ibu mau.
7. Menghadirkan pendamping persalinan yang sesuai dengan keinginan ibu.
8. Membimbing ibu cara meneran yang baik bila ada dorongan meneran.
9. Menganjurkan ibu untuk buang air kecil jika ibu mau.
10. Menjaga privasi ibu.
Halaman 294-309
ASUHAH PERSALINAN KALA DUA
Kala dua persalinan disebut juga dengan kala pengeluaran bayi yang dimulai
ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran
bayi. Tanda dan gejala kala dua meliputi perasaan ingin meneran bersamaan
dengan terjadinya kontraksl, adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau
vaginanya, perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
2. Perubahan uterus
Dalam persalinan, perbedaan segmen atas rahim (SAR) dan segmen
bawah rahim (SBR) akan tampak lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh
korpus Uteri dan bersifat memegang peranan aktif (berkontraksi) dan
dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan, dengan kata lain
SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar,
sedangkan SBR dibentuk oleh isthmus uteri yang sifatnya memegang
peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan (disebabkan karena
regangan), dengan kata lain SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan
dilatasi.
b) Asinklitismus
Dikatakan asinklitismus apabila arah sumbu kepala janin miring
dengan bidang PAP.
(1) Asinklitismus anterior (Naegele)
Dikatakan asinklitismus anterior (Naegele) apabila sumbu
kepala membuat sudut lancip ke depan dengan PAP atau
sutura sagitalis mendekati simfisis.
Gambar 5.4 Asinklitismus entefior. A. Tampak dari samping kanan
(posisi berbaring)B. Tampak samping kiri (posisi berdiri ). C. Kepala
bersesuaian dengan panggul (terjadi moulage). sumber: Modifikasi dari
Zarzosa. Osma. Indrayani
2) Majunya kepala
Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala
masuk dalam rongga panggul, sebaliknya pada multipara masuknya
kepala dalam rongga panggul majunya kepala terjadi bersamaan
dengan gerakan lain seperti: Heksi, putaran paksi dalam dan ekstensi.
b. Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-
ubun kecil jelas Iebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari
bertambah fleksi ialah ukuran kepala yang Iebih kecil melalui jalan lahir:
Diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter
suboksipito frontalis (12,5 cm).
f. Ekspulsi
Segera setelah rotasi luar, bahu depan kelihatan di bawah simfisis
dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang, kemudian
bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah
dengan paksi jalan lahir.
2. Melahirkan kepala
a. Tidak memanipulasi atau tidak melakukan tindakan apapun pada
perineum sampai kepala tampak di vulva.
b. Menahan perineum untuk menghindari laserasi perineum pada saat
diameter kepala janin sudah tampak 5-6 cm di vulva. Melindungi
perineum dengan satu tangan (di bawah kain berslh dan kering), ibu jari
pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain.
c. Menahan belakang kepala dengan memberi tekanan terukur pada
belakang kepala dengan cara tiga jari tangan kiri diletakkan pada
belakang kepala untuk menahan posisi defleksi atau mengendalikan
keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati agar dapat
mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum.
Anjurkan ibu meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
d. Usap muka bayi dengan kain atau kassa bersih atau DTT untuk
membersihkan lendir dan darah dari mulut dan hidung bayi.
Jangan melakukan penghisapan lendir secara rutin pada mulut
dan hidung bayi. Sebagian besar bayi sehat dapat menghilangkan lendir
tersebut secara alamiah dengan mekanisme bersin dan menangis saat
lahir. Pada penghisapan lendir yang terlalu dalam, ujung kanul penghisap
dapat menyentuh daerah orofaring yang kaya dengan persarafan
parasimpatis sehingga dapat menimbulkan reaksi vaso-vagal. Reaksi ini
menyebabkan perlambatan denyut jantung (bradikardia) dan/atau henti
nafas (apneu) sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa bayi.
Dengan alasan itu maka penghisapan lendir secara rutin menjadi tidak
dianjurkan.
Selalu isap mulut bayi lebih dulu sebelum menghisap hidungnya.
menghisap hidung lebih dulu dapat menyebabkan bayi menarik nafas dan
terjadi aspirasi mekonium atau cairan yang ada di mulutnya. Jangan
masukkan katetel penghisap terlalu dalam pada mulut atau hidung bayi.
Hisap lendir pada bayi dengan lembut, hindari penghisapan yang dalam
dan agresif.
4. Melahirkan bahu
a. Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu
kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi luar secara sponlan
(ekstemal rotation).
b. Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran
sambil menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu
depan melewati simfisis.
c. Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi
sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.
Catatan:
Sulit untuk memperkirakan kapan distosia bahu dapat terjadi. Sebaiknya
selalu diantisipasi kemungkinan terjadinya distosia bahu pada setiap kelahiran
bayi, terutama pada bayi-bayi besar dan penurunan kepala lebih Iambat dari
biasanya. Jika terjadi distosia bahu maka tatalaksana sebaik mungkin.