Anda di halaman 1dari 36

Kodifikasi Hukum

#09
Pengertian kodifikasi hukum
secara umum adalah suatu
langkah pengkitaban hukum atau
penulisan hukum ke dalam suatu
kitab undang-undang (codex)
yang dilakukan secara resmi oleh
pemerintah.
Maksud dan tujuan
dilakukannya kodifikasi hukum
 Untuk lebih menjamin kepastian hukum di mana suatu
hukum tersebut sungguh-sungguh telah tertulis di dalam
suatu kitab undang-undang.
 Untuk lebih memudahkan masyarakat dalam
memperoleh atau memiliki dan mempelajarinya.
 Sedapat mungkin mengurangi dan mencegah
kesimpang siurang terhadap hukum yang bersangkutan.
 Mencegah penyelewengan dalam pelaksanaan hukum.
 Mengurangi keadaan yang berlarut-larut dari
masyarakat yang buta hukum mengingat dengan telah
dikodifikasikannya suatu hukum, maka masyarakat
menjadi lebih mudah untuk mencari dan memperoleh
serta mempelajarinya.
KODIFIKASI ?
> Pembukuan jenis hukum tertentu dalam suatu kitab
Undang-undang, dilakukan secara sistematis, dan
lengkap
Tujuan Kodifikasi, adalah untuk memperoleh:
- Kesatuan Hukum,
- Kepastian Hukum, dan
- Penyederhanaan Hukum
Menurut bentuknya

 Hukum tertulis (Statute Law = Written


Law) yakni hukum yang dicantumkan
dalam pelbagai peraturan-
perundangan.
 Hukum Tidak Tertulis (unstatutery Law =
Unwritten Law ) yaitu hukum yang masih
hidup dalam keyakinan masyarakat,
tetapi tidak tertulis namun berlakunya
ditaati seperti suatu perundang-
undangan (disebut juga hukum
kebiasaan).
Hukum tertulis, ada yang telah
dikodifikasikan, dan yang
belum dikodifikasikan.
Unsur-unsur kodifikasi ialah
a) Jenis-jenis hukum tertentu (misalnya hokum perdata)
b) Sistematis
c) Lengkap
Contoh kodifikasi Hukum :

a. Di Eropa :
Corpus Iuris Civilis (mengenai Hukum Perdata) yang
diusahakan oleh kaisar Justianus dari kerajaan Romawi Timur
dalam tahun 527 – 565.
Code Civil (mengenai Hukum Perdata) yang diusahakan
oleh Kaisar Napoleon di Perancis dalam tahun 1604.

b. Di Indonesia
Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (01 Mei 1848)
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (01 Mei 1848)
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (01 Januari 1918)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHP), 31
Desember 1981.
Hukum yang telah
dikodifikasikan di Indonesia

 Hukum pidana yang telah dikodifikasikan dalam


Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
 Hukum perdata yang telah dikodifikasikan
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUH Perdata).
 Hukum dagang yang telah dikodifikasikan
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD).
 Hukum acara pidana yang telah dikodifikasikan
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP).
Unifikasi hukum

adalah suatu langkah


penyeragaman hukum atau
penyatuan suatu hukum untuk
diberlakukan bagi seluruh bangsa
di suatu wilayah negara tertentu
sebagai hukum nasional di negara
tersebut.
hukum yang telah diunifikasikan
antara lain :

 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang


Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
 Berbagai undang-undang lainnya seperti misalnya
Undang-Undang Anti Korupsi, Undang-Undang Anti
Subversi, Undang-Undang Narkotika dan sebagainya,
yang mana kesemua undang-undang ini berlaku
tanpa terkecuali di seluruh wilayah Indonesia bagi
seluruh Bangsa Indonesia

 Beri contoh ter update yaa…


Maksud dan tujuan
dilakukannya unifikasi hukum
 Untuk lebih menjamin kepastian hukum dalam arti kepastian berlakunya
suatu hukum bagi seluruh masyarakat di negara yang bersangkutan,
mengingat hukum itu telah diseragamkan berlakunya bagi semua orang di
negara tersebut, tanpa adanya lagi pembedaan menurut suku, golongan,
agama atau faktor lainnya.
 Untuk lebih memudahkan masyarakat dalam mengetahui dan menaatinya.
 Sedapat mungkin mencegah kesimpangsiuran pengetahuan dan
pengertian masyarakat tentang hukum yang berlaku bagi diri tiap-tiap
warga untuk ditaatinya
 Sedapat mungkin mencegah berbagai penyelewengan hukum baik yang
tidak disengaja maupun yang disengaja yang umumnya beralasan pada
kesalahpahaman tentang hukum yang berlaku, mengingat memang begitu
banyaknya hukum yang berbeda-beda cara pengaturannya bila hukum itu
belum diunifikasi.
 Sedapat mungkin mencegah keadaan berlarut-larut dari tidak mengertinya
atau belum mengertinya banyak warga masyarakat mengenai hukum
mana yang berlaku bagi dirinya, bila seandainya hukum itu belum
diunifikasikan.
kodifikasi hukum
vs
unifikasi hukum
Kemungkinan pertama

Hukum itu telah dikodifikasikan dan juga diunifikasikan,


misalnya :
 Hukum pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP)
 Hukum dagang dalam KItab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD)
 Hukum acara pidana dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Kemungkinan kedua

 hukum itu telah dikodifikasikan tetapi belum


diunifikasikan,
 contohnya adalah hukum perdata yang
meskipun telah dikodifikasikan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata),
namun isinya masih tetap membeda-bedakan
bagi masyarakat menurut golongannya.
Akibatnya isi putusannya masih tetap bersifat
realistis.
Kemungkinan ketiga

 hukum itu telah diunifikasi tetapi belum


dikodifikasikan.

Contoh :
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Undang-Undang Anti Sub versi.
Undang-Undang anti Korupsi dan sebagainya.
Olah pikir

Hukum adat
terhadap hukum
nasional
Isi Hukum

 Hukum Publik :
Hukum yang melindungi kepentingan umum/ negara
 Hukum Privat :
Hukum yang melindungi kepentingan privat/
perorangan. Misalnya : jual beli, sewa menyewa.
Hukum Publik

 Hukum pidana adalah bagian dari hukum publik


 Hukum internasional dapat bersifat publik maupun
privat
 Hukum tentang Negara adalah bagian dari hukum
publik
Hukum Publik dalam Praktek
Hukum Internasional Publik
Hukum Pidana
Hukum Privat

 Hukum privat sama dengan hukum


perdata dalam arti luas.
 Kitab UU Hukum Dagang (KUHD) dan
Kitab UU Hukum Perdata (KUHP –
Burgerlijk Wetboek) adalah hasil
kodifikasi hukum perdata Eropa yang
pada waktu ini berlaku di Indonesia.
 Kodifikasi adalah membukukan hukum
ke dalam kitab UU secara sistematis dan
lengkap.
 Hukum bisnis/ hukum ekonomi :
berkembang pada masa Orde Baru
dengan rujukan sebagian besar kepada
model Amerika Serikat
Hukum Privat dalam Praktek
Hukum Privat dalam Praktek
Hukum Islam dalam Praktek
Hukum Islam dalam Praktek
Pengaruh Hukum Amerika
Sistem Hukum Indonesia

Hukum Indonesia dapat dibagi atas :


1. Hukum adat/ hukum kebiasaan
2. Hukum perdata dan hukum dagang Eropa
3. Hukum acara perdata
4. Hukum pidana
5. Hukum acara pidana
6. Hukum tata negara
7. Hukum administrasi negara
8. Hukum internasional

9. Hukum Islam (?)

(Bachsan Mustafa)
Pembedaan Hukum untuk
Golongan yang Berbeda-
beda
 Masih berlaku peraturan-peraturan
hukum jaman Hindia Belanda melalui
Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 :
“Segala peraturan perundang-
undangan yang ada masih tetap
berlaku selama belum diadakan yang
baru menurut UUD ini.”
 Beberapa peraturan perundang-
undangan dari tatanan hukum pada
zaman Belanda yang belum diganti
dengan yang baru, adalah Pasal 163
dan 131 IS (indische Staats Regeling)
I. Berdasarkan pasal 163 I.S. penduduk
Hindia Belanda dibagi dalam 3 golongan :
1. Semua warga negara Belanda;
2. Semua yang tidak disebut pada nomor
satu di atas yang berasal dari Eropa;
3. a. Semua warga negara Jepang;
b. Semua orang yang berasal dari tempat
lain yang tidak termasuk ke dalam no 1
dan no 2 di tanah asalnya mempunyai
hukum keluarga yang dalam asasnya
bersamaan dengan hukum keluarga
Eropa. Anak dari nomor 2 dan nomor 3
yang dilahirkan di Indonesia secara sah
atau menurut UU yang diakui dan turunan
mereka selanjutnya.
II. Golongan Timur Asing berdasarkan
Pasal 163 (4) adalah mereka yang
tidak termasuk ke dalam golongan
bumiputera dan golongan Eropa,
yaitu orang-orang India, Pakistan,
Arab, Cina dan sebagainya.
III. Golongan Bumiputera (Indonesia Asli)
berdasarkan pasa 161 (3) adalah
orang-orang Indonesia Asli yang
turun temurun menjadi penghuni dan
bangsa Indonesia.
 Termasuk ke dalam Golongan Bumiputera adalah :
1. Mereka yang termasuk pribumi yang tidak pindah
ke golongan lain
2. Mereka yang tadinya termasuk ke dalam golongan
lain tapi telah meleburkan diri ke dalam golongan
bumiputera.
Hukum Perdata yang
Berlaku
1. Berdasarkan pasal 131 ayat 29 :
Untuk golongan Eropa berlaku Hukum Perdata dan
Hukum Dagang Eropa seluruhnya tanpa kecuali.
2. Berdasarkan pasal 131 ayat 26 :
Untuk golongan Bumiputera berlaku hukum perdata adat
yang sinonim dengan hukum yang tidak tertulis
III. Berdasarkan Staatsblad 1917 – 129
a. Golongan Timur Asing China
b. Golongan Timur Asing Bukan China.

Hukum perdata berlaku untuk golongan


Timur Asing China adalah hukum
perdata dan hukum dagang Eropa
seluruhnya, kecuali mengenai kongsi
dan adopsi,masih berlaku hukum
adat golongan Timur Asing China.
 Hukum perdata yang berlaku untuk golongan Timur
Asing bukan China yakni orang-orang India, Pakistan,
Arab, Parsi dan sebagainya berlaku hukum perdata
dan hukum dagang Eropa, kecuali hukum keluarga
dan hukum waris tanpa surat wasiat masih berlaku
huum adat mereka masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai