Anda di halaman 1dari 24

DIVISI GERIATRI

Book Reading

ELDER ABUSE
“REVIEW SISTEM DAN PERUBAHAN MELALUI KOLABORASI
MULTIDISIPLIN”

Penyaji :
Dr. Endah Warroza Putri

Pembimbing :

Dr. Nyoman Ratep, SpKJ(K)


Dr. Ni Ketut Sri Diniari, SpKJ(K)
Kekerasan pada lansia di Indonesia
• Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015 jumlah lansia di Indonesia sebanyak
21,6 juta jiwa. lansia perempuan > laki-laki.
• Survei Pengalaman Hidup Nasional Perempuan
(SPHNP) 2016 perempuan usia 50-64 tahun
mengalami berbagai kekerasan.
• Di antaranya kekerasan ekonomi 17,25%,
kekerasan fisik yang dilakukan oleh pasangan
11,18 %, kekerasan yang dilakukan selain
pasangan 4,92%, dan kekerasan seksual 24,43%
Kekerasan pada lansia di Indonesia
• Jenis kekerasan  verbal, tindakan, dan
pembebanan pekerjaan rumah tangga berlebihan
oleh  “keluarganya”.
• Kepedulian anggota keluarga terhadap lansia
masih sangat sedikit.
• Hal itu terbukti dengan masih adanya perkataan
kasar dan kurangnya kesabaran anggota keluarga
dalam merawat lansia.
• “Lansia = beban yang merepotkan bagi keluarga”
Aspek mediko legal pada lansia di Indonesia

Secara hukum, korban mempunyai tiga kebutuhan yaitu :


1. kebutuhan Medis Dokter berkewajiban memberikan
penanganan medis yang diperlukan korban berupa
pengobatan dan atau perawatan
2. kebutuhan psikososial  penanganan kejiwaan terhadap
korban
3. kebutuhan mediko legal penanganan Kedokteran
Forensik dalam pengumpulan bukti-bukti medis dan
penerbitan Keterangan Ahli.
Pendahuluan

Kolaborasi multidisiplin, formal ataupun informal, dapat


memberikan dua keuntungan bermakna selain meningkatkan
upaya mencegah atau memberikan respons pada kekerasan
terhadap orang tua:
1. cara disiplin atau metode yang memberikan pelayanan,
pencegahan atau reaktif, terhadap orang usia lanjut, dan
2. ketersediaan dan fungsi pelayanan terkait kekerasan terhadap
orang usia lanjut.
1. Review Sistem

• Review sistem “pengkajian kebutuhan” sistem yang terlibat dalam telaah


dan pelayanan yang disediakan untuk korban dan pelaku kekerasan terhadap
lansia
• Langkah-langkah telaah sistem:
•Mengidentifikasi apakah sistem memenuhi kebutuhan korban?
•Mengidentifikasi Peran Setiap Sistem yang Berpartisipasi dalam Telaah
•Mengidentifikasi Cara Sistem yang Terlibat Berhubungan dengan Satu Sama
Lain dan dengan Kliennya
•Mengidentifikasi Kebutuhan Pelatihan Pegawai dalam Sistem
•Mengidentifikasi Kekurangan dalam Pelayanan dan Pemberian Pelayanan
•Mengidentifikasi Cara Mengatasi Masalah dengan Kolaborasi, Pelatihan,
dan Pelayanan
a. Mengidentifikasi apakah sistem memenuhi kebutuhan korban

Secara langsung  melibatkan orang


usia lanjut terkait pengalaman mereka
dalam menggunakan pelayanan atau
alasan mereka tidak menggunakan
suatu pelayanan wawancara, survei,
Pemenuhan kuesioner atau diskusi terarah
kebutuhan korban
kekerasan
Secara tidak langsung  bertanya
kepada representatif berbagai disiplin
 wawancara, survei atau diskusi
terarah
b. Mengidentifikasi Peran Setiap Sistem yang Berpartisipasi
dalam Telaah

• Menentukan tujuan dan peran setiap sistem dalam hubungannya dengan


pencegahan kekerasan terhadap orang tua dan respons terhadap korban
kekerasan tersebut.
• Peserta telaah mungkin kurang informasi, atau informasi yang dimiliki sudah
tidak berlaku menimbulkan salah paham dan salah pengelompokkan
tujuan, peran, dan aktivitas setiap sistem
• Hambatan antara pegawai Layanan Perlindunngan Dewasa (Adult Protective
Services, APS) dan dokter  sering mengkritisi dokter yang gagal
melaporkan dugaan kekerasan terhadap orang usia lanjut.
• Dokter merasa bahwa kebutuhan melaporkan berbenturan dengan prinsip
etik mereka untuk menjaga kerahasiaan pasien.
c. Mengidentifikasi Cara Sistem yang Terlibat Berhubungan
dengan Satu Sama Lain dan dengan Kliennya

•Tahap ini mencakup lebih dari melihat tujuan dan peran setiap
peserta yang dijelaskan dalam peraturan, regulasi, kebijakan,
atau prosedur.
•Tahap ini juga melibatkan analisis apakah, cara, dan alasan peran
sistem saling melengkapi, atau kombinasi dari hubungan
tersebut.
•Tahap ini mencakup menentukan jika ada, cara sistem yang
terlibat dalam berkomunikasi dan saling berkolaborasi.
d. Mengidentifikasi Kebutuhan Pelatihan Pegawai dalam Sistem

• Hambatan utama kolaborasi multidisiplin kurangnya pemahaman terkait


tujuan dan prinsip disiplin lain.
• Sesuai dengan itu, telaah hubungan sistem dapat membantu peserta
untuk mengidentifikasi beberapa pegawai yang membutuhkan pelatihan
untuk meningkatkan pelayanan terkait kekerasan terhadap orang usia
lanjut.
• Area yang jelas membutuhkan pelatihan informasi terkini terkait sistem
dan peraturan, regulasi kebijakan, dan praktik yang memandu sistem;
masalah komunikasi dan kerahasiaan; kebutuhan korban; dan cara
hubungan sistem dapat ditingkatkan untuk meningkatkan pencegahan
kekerasan terhadap orang usia lanjut atau dalam melayani korban
e. Mengidentifikasi Kekurangan dalam Pelayanan dan Pemberian
Pelayanan

• Audit pelayanan ini dari sisi korban dapat membantu penyedia layanan utnuk
mengenali masalah, seperti kekurangan dalam layanan transportasi umum untuk
mencapai penyedia layanan, atau kurangnya materi tertulis atau dalam bahasa asing
• Proses lebih formal untuk mengidentifikasi kekurangan dalam sistem intervensi yang
dikenal sebagai “community resource assessment” (komunitas pengkaji sumber daya)
atau “audit komunitas” 
(1) kekurangan sumber daya;
(2) masalah dengan pegawai yang bekerja di dalam sistem, seperti kurangnya pegawai,
pegawai tak terlatih, atau kurangnya pemahaman terkait peran dan tanggung
jawab; dan
(3) masalah dengan sistem, seperti kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat,
kurangnya tanggung jawab, kurangnya persetujuan terkait tujuan intervensi, dan
hambatan fisik dan budaya terhadap layanan
f. Mengidentifikasi Cara Mengatasi Masalah dengan
Kolaborasi, Pelatihan, dan Pelayanan

• Program mempertimbangkan semua pilihan yang ada dan meneliti apakah


lainnya yang ada di kondisi yang sama pernah mengalami masalah yang sama
Jika ya, apakah cara kreatif mengatasi masalah telah dikembangkan? Apakah
mereka bekerja seperti yang diharapkan? Apa hasilnya? Apakah ada keuntungan
bagi korban? Pelajaran apa yang didapat utnuk mempermudah proses untuk
digunakan atau diadaptasi oleh sistem lain?
• Teknologi, seperti internet dan server, telah mempermudah pembagian ide antar
program.
• Cara mengatasi masalah harus diidentifikasi dengan baik. Secara ideal, korban
ditanyakan terkait pilihan yang mereka suka
2. Perubahan Sistem

•Perubahan sistem  dicapai melalui kolaborasi informal atau tim


formal, namun tidak terbatas pada:
•Program pelatihan
•Dokumen, seperti pernyataan pemahaman, prosedur, dan
kebijakan
•Kolaborasi baru atau tambahan
•Pelayanan baru atau yang telah ditingkatkan
•Peraturan dan regulasi baru
•Penelitian
a. Mengembangkan Program Pelatihan

• Program pelatihan sering yang paling pertama dipotong sumber


dananya Pelatihan berbasis-web dan pelatihan jarak jauh lainnya
memberikan kesempatan untuk melaksanakan pelatihan dengan biaya
rendah.
• Mengembangkan program pelatihan yang baik membutuhkan waktu dan
sumber daya Pemerintah kota dan Negara mendanai program, seperti
yang didanai oleh Old Americans Act, Violence Against Women Act, atau
Victims of Crime act, dapat memberikan dukungan keuangan.
• Pelatihan dan program yang menggunakan pendekatan interaktif dan
membangun kemampuan, sangat cocok untuk mendukung tujuan
kolaborasi multidisiplin.
b. Mengembangkan Pernyataan Pemahaman, Prosedur, dan
Kebijakan

• Meskipun namanya berbeda, ketiga jenis dokumen biasanya


mempunyai isi yang sama untuk menyatakan persetujuan antara dua
pihak atau lebih terkait proses yang diikuti dengan pelaksanaannya.
• Pelaksanaannya proses bahwa semua pihak akan saling mengikuti
proses rujukan kasus kepada pihak lain atau mengatasi kasus secara
bersama, persetujuan antar pihak tentang tanggung jawab mereka
sebagai anggota dari tim multidisiplin atau pasangan dalam
perencanaan program pelatihan, atau persetujuan antar pihak terkait
peran mereka dalam implementasi dana proyek.
c. Mengembangkan Kolaborasi Baru atau Tambahan

Tujuan kolaborasi  mengembangkan tim review kasus atau


review sistem; membuat pernyataan pemahaman, prosedur,
atau kebijakan; mengembangkan dan mengimplementasi
program pelatihan; mengembangkan program dan pelayanan
untuk memenuhi kebutuhan korban; dan untuk
mengembangkan dan memberikan advokasi untuk perubahan
indang-undang dan kebijakan lain
d. Mengembangkan atau Meningkatkan Pelayanan

• Kolaborasi biasanya dapat melaksanakan lebih daripada


pengembangan sistem baru dan menguatkan pelayanan yang
ada dibandingkan yang dapat dicapai satu sistem secara mandiri.
• Upaya kolaboratif memberikan bukan hanya kekuatan dalam
jumlah, tapi pertimbangan yang lebih luas terkait masalah dan
sumber daya, dan hubungan yang lebih luas dengan
kemungkinan pendanaan dan dukungan politik.
e. Pengembangan Peraturan dan Regulasi Baru

• Tujuan perubahan peraturan mungkin sangat sempit Contohnya adalah


telaah sistem dapat menunjukkan bahwa peraturan dalam satu propinsi
terkait perintah perlindungan umum dan/atau kejahatan atau keharusan
menangkap untuk kekerasan dalam rumah tangga ketika melibatkan
pasangan atau pasangan serumah.
• Peraturan ini tidak melindungi korban dari kekerasan terhadap orang usia
lanjut karena tidak mencakup kekerasan oleh anggota keluarga lain seperti
anak dewasa. Upaya kolaboratif yang melibatkan organisasi kekerasan dalam
rumah tangga, APS, pihak kepolisian, penuntut, persatuan hukum, dan ahli
pendukung korban dapat membuat dan mendukung perubahan untuk
memperbaiki masalah ini
f. Mengembangkan Penelitian

• Proses telaah sistem dapat memicu penelitian yang kemudian dapat


menginformasikan sistem untuk berubah.
• Mengidentifikasi atau berupaya mengidentifikasi masalah yang ada dalam
respons terhadap kekerasan terhadap orang usia lanjut dapat digunakan
sebagai instrument utnuk melibatkan penelitian dalam menganalisis
pelayanan atau sistem tertentu.
• Penelitian juga berperan penting dalam kolaborasi yang berjalan untuk
pelaksanaan tinjauan pustaka yang membantu memberikan informasi terkait
praktik dan kebijakan; menganalisis hasil dari diskusi terarah bersama
korban, anggota disiplin yang melayani korban, atau lainnya; atau menguji
intervensi.
Contoh Review Kematian

• Dokter forensik mendapatkan laporan terkait kematian Chloe, wanita usia 60 tahun.
Chloe tinggal dengan pacarnya yang masuk ke rumah sakit dengan diagnosis sepsis,
infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh. Chloe meninggal tidak lama setelah tiba di
rumah sakit.
• Dokternya menduga ada pengabaian orang usia lanjut karena terlihat ada
penurunan berat badan sebesar 40%, 50% rambutnya tidak ada, dan Chloe penuh
dengan luka tekan.
• Pacar Chloe mengatakan bahwa Chloe sehat hingga 1minggu sebelum masuk ke
rumah sakit, dan menolak bantuan medis.
• Chloe meninggal meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk
menyelamatkannya. Hasil otopsi menunjukkan bahwa Chloe mengalami edema paru
(cairan di dalam paru-paru), yang ditulis sebagai penyebab kematian. Unit forensic
memberikan pernyataan terkait temuan awal yaitu adanya pemberian cairan
berlebihan oleh dokter yang berkontribusi terhadap kematian Chloe.
Contoh Review Kematian

• Tim telaah kematian orang usia lanjut yang mengalami kekerasan


menganalisis kematian Chloe ketika diminta unit forensik. Tim ini
mempunyai dua tujuan: menentukan adanya perubahan sistem yang
dapat mencegah kematian serupa di masa depan dan membantu
menentukan jika ada tindakan pidana.
• Dengan informasi ini, unit forensik dan kantor penuntut, keduanya
merepresentasikan dalam tim, menentukan bahwa telah terjadi tindakan
pidana.
• Unit forensik menentukan bahwa penyebab kematian adalah
pembunuhan melalui pengabaian. Kantor penuntut menuntut pacar Chloe
dengan pembunuhan.
KESIMPULAN

Seperti yang disampaikan pada awal bab ini, review kasus dapat
dan harus menginformasikan review dan perubahan sistem
dengan cara yang sama, review dan perubahan sistem harus
menginformasikan strategi yang lebih luas untuk mengakhiri
kekerasan terhadap orang usia lanjut.
Matur Suksma

Anda mungkin juga menyukai