Anda di halaman 1dari 52

MITIGASI & DARURAT BENCANA DINAS KESEHATAN PROVINSI

SUMATERA BARAT
Definisi
BENCANA

BENCANA adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (UU 24/2007)
Bencana  disebabkan alam/non alam
 tiba-tiba atau perlahan-lahan
hilangnya jiwa manusia, harta benda, Kerusakan
 di luar kemampuan masyarakat
KONDISI GEOGRAFIS SUMATERA BARAT
• Terdiri dari 19 Kabupaten/Kota
• Luas daratan 42.297,30 km2
• Jumlah penduduk 5.886.977 jiwa.
• Luas perairan laut ±186.500 km2 dengan panjang garis
pantai 2.420.357 km serta memiliki 375 buah pulau
besar dan kecil.
• 5 buah gunung api aktif (Marapi, Talamau, Talang,
Tandikek, Kerinci).
• Sumberdaya air yang melimpah dengan jumlah sungai
sebanyak 254 buah, bermuara di pantai timur dan barat
pulau Sumatera dan dibagi dalam 9 satuan wilayah
sungai (SWS) yaitu 4 SWS utuh dalam Propinsi dan 5
SWS Lintas Provinsi, serta 4 danau besar. (Singkarak,
Maninjau, Diateh, Dibawah).
FISIOGRAFI SUMATERA BARAT
Gambaran fisik Sumatera Barat secara umum dapat dibagai menjadi 4 kelompok, yaitu :

1. Jalur Depan Busur / Kep. Mentawai,


(Megathrust Mentawai)
2. Cekungan Mentawai dan Dataran Pantai
Barat Sumatera.
3. Jalur Busur Vulkanik dan Bukit Barisan
dengan topografi sedang hingga terjal
dan sangat terjal.
4. Jalur Belakang Busur berupa
perbukitan bergelombang hingga datar,
di sebelah timur Bukit Barisan.

Lay out :Yusra Agustin, ST


Alumni Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta
Staf BPBD Provinsi Sumatera Barat
Pemodelan Tsunami Akibat Megathrust Mentawai

Sta. 01

Sta. 02

Potensi gempabumi 8,9 SR, 20-35 menit kemudian disusul tsunami


di Kota Padang tinggi 6-10 meter dan sampai pada jarak 2-5 km.

Sta. 03

Jumlah penduduk yang terpapar 1,3 juta jiwa. Dengan menggunakan skenario terburuk, diperkirakan 39.321 jiwa meninggal
dunia, 52.637 jiwa hilang, dan 103.225 jiwa luka-luka. Pelabuhan Teluk Bayur, Bandara Minangkabau
5 dan lainnya hancur.
JENIS-JENIS BENCANA DI SUMATERA
BARAT
KONDISI CUACA TERKINI SUMATERA BARAT

Tipe Equatorial/wilayah NON ZOM


Terjadi di wilayah barat Sumatera Barat, umumnya tidak
memiliki pola yang jelas (batas antara musim kemarau dan
musim hujan tidak jelas)
Tipe Monsonal/wilayah ZOM
Terjadi di wilayah timur bukit barisan, memiliki batas yang jelas
antara musim kemarau dan musim hujan.

Sumber : BMKG
POTENSI BENCANA ALAM DI KAB. AGAM

Gempa
Bumi dan
Tsunami

Tubo Gunung
Belerang Meletus

Angin Longsor
Puting dan Banjir
Beliung Bandang

Kebakaran Banjir
Hutan

Abrasi
Pantai
TUGAS PADA MITIGASI
1.Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha Penanggulangan Bencana yang mencakup pencegahan
bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara;
2.Menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan Penanggulangan Bencana berdasarkan peraturan
perundang‐undangan;
3.Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana;
4.Menyusun dan menetapkan Prosedur Tetap Penanganan Bencana;
5.Melaporkan penyelenggaraan Penanggulangan Bencana kepada kepala daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi
normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;
6.Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;
7.Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD);
8.Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
FUNGSI PADA MITIGASI
• Perumusan dan penetapan kebijakan Penanggulangan Bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif
dan efisien;

• Pengkordinasian pelaksanaan kegiatan Penanggulangan Bencana


secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA
PRA-BENCANA
a. Pencegahan
b. Mitigasi BIDANG PENCEGAHAN &
KESIAPSIAGAAN
c. Kesiapasiagaan
d. Peringatan Dini
SAAT
BENCANA
DARURAT BENCANA
a. Tanggap Darurat BIDANG KEDARURATAN &
b. Bantuan Darurat LOGISTIK
c. Pemulihan Darurat
KONDISI
PULIH
PASCA BENCANA
a. Rehablitasi BIDANG REHABILITASI &
REKONSTRUKSI
b. Rekonstruksi
BAHAYA DAN KERENTANAN
Bahaya merupakan fenomena atau kondisi yang sulit untuk dirubah
atau diperbaiki.
Kerentanan merupakan situasi/sikap/ perilaku individu/masyarakat
yang relatif dapat dilakukan perubahan.
Oleh karena itu Pengurangan Risiko Bencana dapat dilakukan dengan
cara memperkecil kerentanan.
A. PENCEGAHAN (PREVENTION)
o Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan
risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun
kerentanan pihak yang terancam bencana (UU no. 24/2007).

oMisalnya:
 Melarang pembakaran hutan dalam perladangan
 Melarang penambangan batu di daerah yang curam.
PENCEGAHAN (PREVENTION)
1. Membuat Peta Daerah Bencana
2. Mengadakan dan Mengaktifkan Isyarat-Isyarat tanda bahaya.
3. Menyusun Rencana Umum tata ruang
4. Menyusun Perda mengenai syarat keamanan, bangunan pengendalian
limbah dsb.
5. Mengadakan peralatan/perlengkapan Ops. PB
6. Membuat Prosedur Tetap, Petunjuk Pelaksanaan, Petunjuk Teknis PB.
7. Perbaikan kerusakan lingkungan
MITIGASI (MITIGATION)

oSerangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana baik melalui


pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU no. 24/2007)

oAda 2 bentuk mitigasi :


- Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, dll.)
- Mitigasi non struktural (peraturan, tata ruang, pelatihan) termasuk spiritual.
MITIGASI (MITIGATION)
1. Menegakkan peraturan yg telah ditetapkan
2. Memasang tanda-tanda bahaya/larangan
3. Membangun Pos-pos pengamanan, pengawasan/pengintaian
4. Membangun sarana pengaman bahaya dan memperbaiki sarana kritis (tanggul, dam,
sudetan dll)
5. Pelatihan kebencanaan
Mitigasi Bencana

1. Pembentukan Forum-PRB (1 Prov, 6 Kab/Kota)


2. Kelompok Siaga Bencana (Nagari/Desa/Kelurahan)
3. Desa Tangguh Bencana ( 8 Nagari /Des/Kel di
Kab.Agam, Kab.Pesisir Selatan, Kab. Solok, Kota
Pariaman)
4. Sosialisasi/Simulasi PRB
C. KESIAPSIAGAAN (PREPAREDNESS)
o Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
(UU no. 24/2007).

o Misalnya:
Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi,
Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman penanggulangan
bencana.
D. PERINGATAN DINI (EARLY WARNING)
 Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU no. 24/2007).
 Pemberian peringatan dini harus :
- Menjangkau masyarakat (accesible)
- Segera (immediate)
- Tegas tidak membingungkan (coherent)
- Bersifat resmi (official)
KLASIFIKASI BENCANA
BERDASARKAN PROSES KEJADIANNYA
(UU NO 24 TH.2007)

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
langsor.
2. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
ASAS PENANGGULANGAN BENCANA

1. Kemanusiaan
2. Keadilan
3. Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum Dan
Pemerintahan
4. Keseimbangan,keselarasan,dan Keserasian
5. Ketertiban Dan Kepastian Hukum
6. Kebersamaan
7. Kelestarian Lingkungan Hidup
8. Ilmu pengetahuan dan teknologi
MENGAPA BENCANA PERLU DIKELOLA?
1. Bencana adalah suatu issue kolektif universal yang menyentuh
seluruh umat manusia, terkait erat dengan kesetiakawanan dan
kemanusiaan
Dampaknya tidak memandang batas-batas sosial, birokrasi dan
struktural
Dimensi penanganannya merambah kehidupan orang-perorangan,
lokal, nasional, regional dan internasional
2. Pemerintah bertanggung jawab melindungi masyarakat dari bencana
3. Diperlukan sistim pengelolaan bencana yang memadai, sesuai
kegiatan pengelolaan bencana
4. Pemerintah perlu dukungan dari masyarakat, sektor swasta, LSM,
negara-negara sahabat
5. Pemerintah dan masyarakat dan pihak internasional harus
bekerjasama dalam mengelola ancaman bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi sehingga dapat menangani bencana secara
cepat dan tepat
HAK MASYARAKAT
DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ( PASAL
26 )
Setiap orang berhak:
1. mendapatkan pelindungan sosial dan rasa aman,
khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana;
2. mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
3. mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan
tentang kebijakan penanggulangan bencana.
4. berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan
pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan
kesehatan termasuk dukungan psikososial;
5. berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap
kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang
berkaitan dengan diri dan komunitasnya; dan
6. melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang
diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana.
PRIORITAS PERLINDUNGAN
BAGI KELOMPOK RENTAN ( PASAL 55 )

1. Perlindungan terhadap kelompok rentan dilakukan dengan


memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan,
evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.
2. Kelompok rentan terdiri atas:
 bayi, balita, dan anak-anak
 ibu yang sedang mengandung atau menyusui
 penyandang cacat
 orang lanjut usia
RUMUS BENCANA
R) RISK = RESIKO
(H) HAZZARD = BAHAYA
(V)VULNERABILITTY = KERENTANAN
(C) CAPACITY = KAPASITAS
Bencana tidak bisa dihilangkan
HxV tetapi Resiko bisa dikurangi.
R= Carannya adalah mengurangi
C Kerentanan Dan meningkatkan
kapasitas

For better life Society


BAHAYA (HAZARD)
 Suatu kondisi, secara
alamiah maupun karena
ulah manusia, yang
berpotensi menimbulkan
kerusakan atau kerugian
dan kehilangan jiwa
manusia.

Bahaya berpotensi
menimbulkan bencana, tetapi
tidak semua bahaya selalu
menjadi bencana.
KERENTANAN
(VULNERABILITY )
Sekumpulan kondisi dan atau suatu
akibat keadaan (faktor fisik, sosial,
ekonomi dan lingkungan) yang
berpengaruh buruk terhadap upaya-
upaya pencegahan dan
penanggulangan bencana.
BAHAYA DAN KERENTANAN
Bahaya merupakan fenomena atau kondisi yang sulit
untuk dirubah atau diperbaiki.
Kerentanan merupakan situasi/sikap/ perilaku
individu/masyarakat yang relatif dapat dilakukan
perubahan.
Oleh karena itu Pengurangan Risiko Bencana dapat
dilakukan dengan cara memperkecil kerentanan.
PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Bahaya Kerentanan
(Pasal 48)

(Pasal 58)

(Pasal 57)
(Pasal 59)
Kesiapsiagaan Tanggap
Darurat

Kajian Darurat
Rencana Operasional
Perencanaan Siaga
Bantuan Darurat
Pengkajian
Peringatan dini
Koordinasi

Manajemen Informasi Pemulihan

Mitigasi Mobilisasi Sumberdaya Rehabilitasi


Keterkaitan Nas & Int’l
Perencanaan Kesiapan

Pencegahan Penuntasan

Pencegahan & Pembangunan Kembali Pasca


Mitigasi Darurat
Pra Pasca
Tanggap Darurat
Bencana Bencana
MANAJEMEN
BENCANA
DEFINISI MANAJEMEN
BENCANA
Segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan
pemulihan berkaitan dengan bencana yang dilakukan pada
sebelum, pada saat dan setelah bencana.
FENOMENA YG DPT ULAH MANUSIA:
MENIMBULKAN BENCANA -Teknologi tidak tepat
SIKLUS MANAJEMEN
-Pembangunan sektoral
ANCAMAN -Exploitasi SDA berlebihan
PENANGGULANGAN BENCANA
-Politik tidak memihak rakyat
-Perpindahan penduduk
-Kesenjangan SOSEKBUD
ALAMI:
Exogen: banjir, badai,
Endogen: gempa, gn api
RISIKO BENCANA DARURAT TIBA2: gempa, tsunami, gn api, banjir
DARURAT PERLAHAN: kekeringan
KESIAPSIAGAAN DARURAT KOMPLEK: gagal panen, krisis politik
KERENTANAN Persiapan bila terjadi bencana: KEADAAN DARURAT
versus KAPASITAS: -Sistem peringatan dini
-Fisik/ Material -Perlengkapan evakuasi
-Sosial/ -Kebutuhan pokok
Kelembagaan -SDM/ kesiapan masy. PENANGANAN DARURAT
-Motivasi/ Sikap -Menyelamatkan jiwa, harta
MITIGASI Mengurangi dampak ancaman -Memberi perlindungan
-Penataan kembali lahan desa
-Masyarakat sadar lingkungan -Membantu kebutuhan pokok
KEWASPADAAN -Community based disaster mitigation
PERBAIKAN
UPAYA REHABILITASI BERSIFAT SEMENTARA
MENGURANGI PENCEGAHAN
ANCAMAN
-Peraturan perundangan -Proses kembali ke normal
Membantu (RTRW/ Kawasan Lindung/ PEMULIHAN -Fasos/ fasum berfungsi kembali
warga rentan REKONSTRUKSI -Kebutuhan pokok terpenuhi
menolong diri sendiri Lingkungan Hidup)
-Multi stakeholders peduli -Apakah infrastruktur yg “dulu” telah memenuhi
-Law enforcement kriteria manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi ?
-Reward/ punishment -Bila “ya”, maka perbaikan bersifat permanen dan
-Standar/ Pedoman/ Manual harus sesuai standar keamanan
-Infrastruktur pencegah bencana - Bila “tidak”, seyogyanya di “review” manfaat
(sbg external economy oleh infrastruktur tsb, dan laksanakan “back to nature
Pemerintah) based development”.
-IPAL (sbg external diseconomy) Oxfam-GB/ Indonesia/ WALHI 2000/ SOBIIRIN-TAUFAN/ DPKLTS 2003
KEGIATAN-KEGIATAN MANAJEMEN
BENCANA
PMKP-TB-PRR
1. Pencegahan (prevention)
2. Mitigasi (mitigation)
3. Kesiapan (preparedness)
4. Peringatan Dini (early warning)
5. Tanggap Darurat (response)
6. Bantuan Darurat (relief)
7. Pemulihan (recovery)
8. Rehablitasi (rehabilitation)
9. Rekonstruksi (reconstruction)

Sugeng Triutomo, Sugiharto, Siswantobp


DARURAT BENCANA / TANGGAP DARURAT
DASAR-DASAR TANGGAP DARURAT
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan , serta pemulihan prasarana dan sarana.
TUJUAN UMUM DARI TANGGAP DARURAT
1. Memastikan keselamatan sebanyak mungkin korban dan menjaga mereka dalam kondisi
kesehatan sebaik mungkin
2. Menyediakan kembali kecukupan diri dan pelayanan- pelayanan dasar secepat mungkin
bagi semua kelompok populasi, dengan perhatian khusus bagi mereka yang paling
membutuhkan yaitu kelompok paling rentan baik dari sisi umur, jenis kelamin dan keadaan
fisiknya.
3. Memperbaiki infrastruktur yang rusak atau hilang dan menggerakkan kembali aktivitas
ekonomi yang paling mudah
4. Dalam situasi konflik kekerasan, tujuannya adalah melindungi dan membantu masyarakat
sipil dengan memahami bentuk kekerasan yang mungkin manufestasinya berbeda bagi
korban lelaki, perempuan dan anak- anak,
5. Dalam kasus pengungsian, tujuannya adalah mencari solusi- solusi yang bertahan lama
secepat mungkin
PROSES TANGGAP DARURAT
1. Siaga Darurat
2. Pengkajian Cepat
3. Penentuan Status Kedaruratan
4. Search and Rescue (SAR)
5. Pencarian, Penyelamatan dan evakuasi (PPE)
6. Respon dan Bantuan (Respon and Relief)
7. Pengkajian untuk rehabilitasi dan rekonstruksi
SIAGA DARURAT
Setelah ada peringatan dini maka aktivitas yang pertama kali dilakukan adalah
siaga darurat. Peringatan mengacu pada informasi yang berkaitan dengan jenis
ancaman dan karakteristik yang diasosiasikan dengan ancaman tersebut.
Peringatan harus disebarkan dengan cepat kepada institusi – institusi pemerintah,
lembaga-lembaga, dan masyarakat yang berada diwilayah yang beresiko sehingga
tindakan-tindakan yang tepat dapat diambil.
PENGKAJIAN CEPAT
Tujuan utama pengkajian adalah menyediakan gambaran situasi paska bencana
yang jelas dan akurat. Dengan pengkajian itu dapat diidentifikasikan kebutuhan-
kebutuhan seketika serta dapat mengembangkan strategi penyelamatan jiwa dan
Pemulihan dini. Indikator kaji epat adalah:
1. Jumlah korban meninggal dunia dan luka – luka
2. Tingkat kerusakan Infrastruktur
3. Tingkat ketidakberfungsian pelayanan – pelayanan dasar
4. Cakupan wilayah bencana
5. Kapasitas pemerintah setempat dalam merespon bencana tersebut
PENENTUAN STATUS KEDARURATAN
Penentuan status darurat dilakukan setelah pengkajian cepat dilakukan. Penentuan
status dilakukan oleh pemerintah setelah berkoordinasi dengan tim pengkaji. Status
kedaruratn sibagi menjadi tiga:
1. Darurat nasional
2. Darurat Provinsi
3. Darurat kabupaten/kota
SEARCH AND RESCUE (SAR)
Search and Rescue (SAR) adalah proses mengidentifikasikan lokasi korban bencana
yang terjebak atau terisolasi dan membawa mereka kembali pada kondisi aman seta
pemberian perawatan medis.
PENCARIAN, PENYELAMATAN DAN EVAKUASI
(PPE)
Evakuasi melibatkan pemindahan warga/masyarakat dari zona beresiko bencana ke
lokasi yang lebih aman. Evakuasi yang efektif dapat dilakukan jika ada:
1. Sistem peringatan yang tepat waktu dan akurat
2. Identifikasi jalur evakuasi yang jelas dan aman
3. Identifikasi data dasar tentang penduduk
4. Kebijakan/peraturan yang memerintahkan semua orang melakukan evakuasi
ketika perintah diberikan
5. Program pendidikan publik yang membuat masyarakat sadar tentang rencana
evakuasi
RESPON DAN BANTUAN (RESPONSE AND RELIEF)
Response dan relief harus berlangsung sesegera mungkin, penundaan tidak bisa
dilakukan dalam situasi ini. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki rencana
kontijensi sebelumnya. Relief adalah pengadaan bantuan kemanusiaan berupa
material dan perawatan medis yang dibutuhkan untuk menyelamatkan dan menjaga
keberlangsungan hidup
PENGKAJIAN UNTUK REHABISILTASI DAN
REKONSTRUKSI
Sesudah berlangsungnya tanggap darurat, pengkajian yang lebih mendalam tentang
kondisi masyarakat korban bencana harus dilakukan.langkah ini berkaitan dengan
identifikasi kebutuhan pemulihan masyarakat.
HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN SELAMA TANGGAP
DARURAT
1. Logistik dan suplai
Pemberian bantuan darurat membutuhkan fasilitasi dan Kapasitas logistic.
Pelayanan suplai yang terorganisasi dengan baik sangat penting dalan
menangani pengadaan barang atau tanda terima, penyimpanan/gudang,
pengaturan
2. Manajemen Informasi dan Komunikasi
dua hal yang penting saat penanggulangan bencana adalah pertama alat
komunikasi dan Protokol informasi.
LANJUTAN..
3. Respon dan kemampuan korban
perlunya memperhatikan kebutuhan dan sumber daya riil para korban, untuk itu perlu
memperhatikan kearifan lokal yang sudah ada dimasyarakat tersebut.
4. Kemanan
Keamanan dapat ditinjau dalam dua hal pertama keamanan yang berkaitan dengan
kejadian bencana lanjutan. Kedua keamanan yang berkaitan dengan kejahatan yang
dilakukan semasa tanggap darurat.
HAMBATAN – HAMBATAN TANGGAP DARURAT
Kekurangsiapan atau kegagapan dalam memberikan bantuan
Informasi tidak akurat atau tidak lengkap dan cenderung membingungkan
Terputusnya komunikasi dan transportasi sedangkan pemulihan/fasilitas komunikasi
dan transportasi darurat tidak bisa segera dilakukan
Sasaran/target pemberian bantuan yang tidak jelas
Ketidakamanan dan tidak adanya jaminan perlindungan sedangkan fasilitasi
kemananan belum bisa dicipatakan secara cepat
LANJUTAN..
Ketidakamanan dan tidak adanya jaminan perlindungan sedangkan fasilitasi
keamanan belum bisa diciptakan secara tepat.
Hambatan politis dan administrasi/birokrasi yang lambat
Tidak seimbangnya kebutuhan/permintaan dari lapangan dan persendian bantuan
Cakupan wilayah terlalu luas dan sulit terjangkau sehingga bantuan tidak memadai
Petugas lapangan, relawan, mengalami kelelahan akibat tugas/hal yang harus
dikerjakan terlalu banyak dan terus menerus sedangkan waktu sangat terbatas
Ketidakpuasan atau ketidaksabaran korban karena bantuan terlambat datang.
TERIMAKASIH..

Anda mungkin juga menyukai