Pembimbing: Oleh:
Valentina Lakhsmi P LOGO
G99141003
dr. Agus Joko, Sp.PD Cherryl Martha C.A.W. G99141005
Intoleransi dan Alergi Makanan
2 Intoleransi Laktosa
3 Alergi Makanan
Iritan/ racun
Jamur susu
Daging terkontaminasi
Sisa pestisida
Non Toksik
Alergi Intoleransi
Farmakologi Kelainan
Psikis
makanan Metabolik
Perbedaan Alergi dan Intoleransi
0-17% Eropa
95% Kolombia,
Utara, Afrika,
Peru,
India Utara
Suriname
dan Barat
90% Jepang,
85% Etiopia,
Thailand,
Prevalensi Nigeria, Afrika
Selatan
Cina, Taiwan,
Indonesia
Intoleransi
Laktosa
Prevalensi Intoleransi Laktosa
6-12
tahun
68%
1-6
tahun
72%
Indonesia
Diagnosa Intoleransi Makanan
Anamnesis Pemeriksaan
Gejala Klinis
Penunjang
• Memiliki toleransi • 30 menit: Mual, • Analisis tinja
untuk konsumsi muntah, kembung • Diet eliminasi
laktosa • 1-2 jam: sakit • Uji toleransi
perut, flatus, diare laktosa
• Dipengaruhi: • Ekskresi
aktivitas laktase, galaktosa urin
jumlah laktosa, • Hydrogen breath
cara konsumsi, test
waktu
• Pemeriksaan
pengosongan
radiologis-minum
lambung dan
barium laktosa
singgah usus,
flora kolon, • Biopsi usus dan
sensitivitas kolon pengukuran
aktivitas laktase
Anjuran untuk Intoleransi Laktosa
Genetik
Faktor
Umur
lingkungan
Alergi
Makanan
Jenis
Sex
makanan
Pola
makan
Prevalensi Alergi Makanan
World Allergy • 22% populasi dunia
Organization
• Anak usia < 3 tahun
2011
• 1993-2006 meningkat 3x
CDC lipat
• 5-11%
Indonesia • 400 anak 3-12 tahun: 60%
perempuan, 40% laki-laki
Penyebab Alergi Makanan
• Susu sapi
• telur
• Kacang
Anak • Ikan
• Gandum
• kedelai
• Kacang
• Ikan
• Makanan laut
Dewasa • Zat pewarna
• Zat aditif
• Pemanis buatan
Diagnosis Alergi Makanan
Pemeriksaan
Anamnesis Gejala Klinis
Penunjang
• Jenis • Kulit • Uji tusuk kulit
• Jumlah • Gastrointestinal • Diet eliminasi
• Riwayat • Mata • Double blind
• Onset • Kardiovaskuler placebo
• Gejala klinis • Saluran nafas controlled food
challenge
• Hilangnya
gejala • IgE spesifik
dengan RAST
• Durasi
• Terapi
Tatalaksana Alergi Makanan
Terapi Pencegahan
Adverse Drug Reaction
Pada
Efek yang pemberian Bahaya Mengharuskan
tidak obat dosis pengaturan
terapi,
pada
diinginkan/ pemberian dosis/
diagnosa,
berbahaya dan selanjutnya menghentikan
profilaksis pemberian
Klasifikasi ADR
Reaksi Reaksi
tipe A tipe B
• Overdosis
Tipe • Efek samping
• Efek sekunder
A • Interaksi obat
• Intoleransi
Tipe • Idiosinkrasi
• Alergi
B • Reaksi anafilaktoid
Insidensi ADR
5-15%
25-30% terapi dg
tipe B obat
alergi obat ADR
6-10% 80%
ADR tipe ADR tipe
B A
Faktor Risiko ADR
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
• Gejala klinis • Sesuai dengan • Skin prick test
• Kemungkinan reaksi alergi • RAST
onset timbul yang terjadi • Tes provokasi
gejala: • Tes untuk
immediate, hipersensitivitas
accelerated, tipe I dan II
delayed
• Tes untuk
• Skoring Naranjo hipersensitivitas
tipe IV
• Tes lain
Tatalaksana dan Pencegahan
ADR
Tipe A Tipe B
• Modifikasi • Reaksi
pemberian ringan obat
obat sebelum masih dapat
diberikan diberikan lagi
• Membaik • Reaksi
dengan berat
menurunkan jangan
dosis diberikan lagi
Tatalaksana dan Pencegahan
ADR
Pengobatan
Avoidance Premedikasi Desensitisasi
simptomatik
Alur
tatalaksana
ADR
LOGO